BEBERAPA KESALAHAN DALAM BERWUDU

BEBERAPA KESALAHAN DALAM BERWUDU

Berwudu merupakan salah satu syarat sah salat. Salat seseorang tidak diterima kecuali dengan berwudu.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ، وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ

Tidaklah salat diterima tanpa bersuci, dan tidaklah sedekah diterima dari ghulul (harta yang diperoleh melalui pengkhianatan).” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

Tidak diterima Allah salat seseorang yang berhadas hingga dia berwudu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ada beberapa kesalahan yang berhubungan dengan berwudu. Di antaranya adalah:

1️⃣ Kebanyakan orang menyembah Allah dengan dasar kebodohan sehingga mereka terjebak dalam kesalahan yang sangat fatal dalam hal bersuci, salat, puasa, berhaji, dan ibadah lainnya. Bahkan kesalahan itu menjurus kepada kesalahan dalam urusan tauhid dan keimanan. Sangat disayangkan kalau mereka yang terjebak dalam kesalahan itu justru orang yang mengkalaim dirinyanya cendikiawan, padahal pengetahuan mereka sangat dangkal, ilmu mereka tidak melampaui apapun kecuali halaman surat kabar, majalah, dan televisi. Yang harus dilakukan oleh seorang muslim adalah mengambil agamanya dari al-Kitab dan as-Sunnah dan bertanya kepada orang yang berilmu jika tidak mengerti persoalan-persoalan tertentu.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِۗ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui. (Mereka Kami utus) dengan menbawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur’an) agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.” (QS al-Nahl: 43-44)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.” (HR Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى

Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku salat!” (HR al-Bukhari)

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada saat melakukan haji,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فَإِنِّى لَا أَدْرِى لَعَلِّى لَا أَحُجُّ بَعْدَ عَامِى هَذَا

Wahai manusia, ambilah manasik kalian (dariku), karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah tahun ini.” (HR al-Bukhari)

Bahkan sebagian orang sampai kepada tingkatan berpaling dari agama Allah. Ini adalah bahaya yang sangat besar.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِيْٓ اَعْمٰى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيْرًا قَالَ كَذٰلِكَ اَتَتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَاۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit. Dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Dia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?’ Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.’” (QS Thaha: 124-126)

2️⃣ Di antara kesalahan yang berhubungan dengan wudu adalah berwudu secara tidak sempurna. Maksud menyempurnakan wudu adalah memberikan setiap anggota wudu haknya secara sempurna. Oleh karena itu, orang yang hendak mendirikan salat hendaklah memerhatikan wudunya, terutama jika pada anggota wudu terdapat jam tangan atau cincin atau yang lainnya. Air wudu harus sampai ke anggota wudu.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَيْلٌ لِّلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ

Celakalah tumit yang tidak terbasuh air wudu dengan api neraka!” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan kata “al-aqib” untuk ujung kaki atau tumit.

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Umar radhiyallahu ‘anhu memberitahuku bahwa seseorang berwudu dan membiarkan seukuran kuku pada kakinya tidak terkena basuhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat hal itu lalu bersabda,

ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ

Kembalilah dan dan berwudulah dengan baik!

Kemudian laki-laki itu kembali, barulah salat. (HR Muslim)

3️⃣ Di antara kesalahan yang terjadi saat berwudu adalah tidak sempurna dalam membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Yang wajib adalah membasuh seluruh bagian pada kedua tangan dari ujung jari-jari hingga siku, sebab kedua telapak tangan termasuk bagian dari tangan. Hal ini telah diingatkan oleh sebagian ulama kita pada masa sekarang ini.

Syekh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata ketika membahas cara berwudu, “Dan membasuh kedua tangan hingga kedua siku, yaitu dari ujung tangan sampai siku-siku dicuci satu kali. Dan wajib bagi orang yang berwudu untuk memerhatikan kedua telapak tangannya pada saat mencuci kedua tangannya. Maka dia mencuci kedua telapak tangannya bersamaan dengan mencuci kedua tangannya. Sebagian orang meremehkan hal ini dimana mereka tidak mencuci kecuali kedua tangannya saja (tanpa telapak tangan). Dan ini adalah kesalahan.”

4️⃣ Di antara kesalahan yang terjadi pada saat berwudu adalah sebagian orang tidak membasuh wajahnya secara sempurna. Dia membiarkan bagian muka tertentu tidak tersentuh air atau bagian telinga tidak tersentuh air. Yang benar adalah batas tinggi wajah adalah tempat tumbuhnya rambut kepala, kedua rahang, dan dagu. Batas lebar wajah adalah kedua pangkal telinga.

5️⃣ Di antara kesalahan yang terjadi pada saat berwudu adalah sebagian orang hanya mencukupkan diri dengan mengusap ujung kepala atau mengusap pertengahan kepala. Yang benar adalah dia harus mengusap seluruh bagian kepalanya.

Dari Abdullah bin Zaid bin Ashim radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Kemudian beliau mengusap kepalanya dengan kedua tangannya. Beliau mengusap (kepalanya) dengan cara menempelkan sambil menggerakkan tangannya ke depan dan ke belakang. Beliau mulai dari depan kepala (dengan tangannya) bergerak ke belakang menuju tengkuk, kemudian kembali ke tempat semula. Setelah itu beliau membasuh kedua kaki. (HR al-Bukhari)

6️⃣ Di antara kesalahan yang sering terjadi adalah tidak menyelang-nyeling jari-jari kedua tangan dan kedua kaki saat membasuh keduanya.

Dari al-Mustaurad bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat berwudu menggosok seluruh jari-jari kedua kakinya dengan jari kelingkingnya.” (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا تَوَضَّأْتَ فَخَلِّلْ بَيْنَ أَصَابِعِ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكَ

Apabila berwudu, hendaklah kamu menyelang-nyelingkan di antara jari-jari kedua tangan dan kakimu.” (HR at-Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada al-Qaith bin Shabrah,

أَسْبِغِ الْوُضُوءَ، وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ

Sempurnahkanlah wudu dan cucilah sela-sela jari-jari!” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

7️⃣ Di antara kesalahan yang sering terjadi saat berwudu adalah berlebihan dalam memakai air.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُسْرِفُوْا ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ

Dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS al-An’am: 141)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dengan air seukuran satu sha’ hingga lima mud dan berwudu dengan air seukuran satu mud. (HR al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang berwudu melebihi tiga kali.

Dari Amru bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kekeknya, ia berkata: Seorang Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya tentang wudu. Beliau memperlihatkan cara berwudu dengan membasuh anggota wudu tiga kali tiga kali, kemudian bersabda,

هَكَذَا الْوُضُوءُ. فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا، فَقَدْ أَسَاءَ وَتَعَدَّى وَظَلَمَ

Seperti inilah berwudu. Barangsiapa melebihi ini, maka sungguh dia telah berbuat keburukan, melampui batas, dan zalim.” (HR an-Nasa-i)

Baca juga: SIFAT WUDU NABI

Baca juga: MENGUSAP KERUDUNG DALAM BERWUDU

Baca juga: APAKAH MENYENTUH KEMALUAN MEMBATALKAN WUDU?

(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)

Fikih