BANGKIT MEMENUHI PANGGILAN RABB ALAM SEMESTA

BANGKIT MEMENUHI PANGGILAN RABB ALAM SEMESTA

Di antara perkara yang terjadi pada Hari Kiamat adalah manusia bangkit dari kubur masing-masing menuju Rabb alam semesta guna memenuhi panggilan-Nya. ‘Kubur’ di sini bermakna umum, karena ada pula mayit yang tidak dikubur.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَّكَانٍ قَرِيْبٍ؛ يَوْمَ يَسْمَعُوْنَ الصَّيْحَةَ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ يَوْمُ الْخُرُوْجِ

Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat. (Yaitu) pada hari dimana mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya (dahsyat). Itulah hari keluar (dari kubur).” (QS Qaaf: 41-42)

Lalu mereka bangkit dari kubur mereka memenuhi panggilan agung itu menuju Rabb alam semesta.

Allah Ta’ala berfirman:

اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ؛ لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ؛ يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

Tidaklah mereka mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia bangkit menghadap Rabb alam semesta.” (QS al-Muthaffifin: 4-6)

Pada Hari Kiamat manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan, sebagaimana hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُحْشَرُالنَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا

“Pada Hari Kiamat manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan tidak dikhitan.”

Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan saling melihat?”

Nabi menjawab,

يَاعَائِشَةِ، الْأَ مْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَلِكَ

Wahai Aisyah, perkaranya lebih berat daripada sekedar memikirkan hal itu.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

 مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ

Daripada sekedar melihat satu sama lain.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Hufat (tidak beralas kaki), yaitu tidak bersandal atau bersepatu; ‘urat (telanjang), yakni tidak berpakaian; dan ghurlan (tidak dikhitan), yaitu tidak satu pun berkurang pada tubuhnya. Daging di ujung penis yang dahulu di dunia dikhitan dikembalikan ke tempat semula pada Hari Kiamat, karena Allah Ta’ala berfirman:

كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya.” (QS al-Anbiya: 104)

Manusia dihidupkan kembali dalam keadaan utuh, tidak berkurang sedikit pun. Mereka kembali dalam keadaan seperti itu. Laki-laki dan perempuan berbaur jadi satu.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hal itu kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, laki-laki dan perempuan saling melihat?”

Nabi menjawab, “Wahai Aisyah, perkaranya lebih berat daripada sekedar memikirkan hal itu.” Dalam riwayat lain, “Daripada sekedar melihat satu sama lain.”

Meskipun memungkinkan untuk saling melihat, namun mereka tidak saling melihat karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Allah Ta’ala berfirman:

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ؛ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِ؛ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِ؛ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِ

Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS Abasa: 34-37)

Laki-laki tidak melihat perempuan, begitu pula sebaliknya. Bahkan bapak lari dari anak dan istrinya karena khawatir ia dituntut untuk mengembalikan hak mereka. Dalam keadaan demikian, tidak mungkin laki-laki melihat perempuan atau sebaliknya. Perkaranya lebih besar dan lebih dahsyat daripada sekedar melihat satu sama lain.

Setelah itu, mereka diberi pakaian. Orang pertama yang diberi pakaian adalah Ibrahim ‘alaihissalam sebagaimana hadis dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَأَوَّلُ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ

Dan orang yang pertama diberikan pakaian pada Hari Kiamat adalah Ibrahim ‘alaihissalam.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: PENGEMBALIAN ROH KE JASAD

Baca juga: MATAHARI MENDEKAT HINGGA SEJAUH SATU MIL

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah