STRATEGI AWAL PERANG BADAR DAN MANUVER ABU SUFYAN

STRATEGI AWAL PERANG BADAR DAN MANUVER ABU SUFYAN

Rencana Rasulullah Menghadang Kafilah Dagang Quraisy

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar bahwa Abu Sufyan pulang dari Syam dengan membawa kafilah dagang milik Quraisy, beliau mengajak kaum muslimin untuk menghadang mereka. Beliau bersabda, “Aku telah diberitahu bahwa kafilah yang dibawa Abu Sufyan sedang dalam perjalanan pulang. Apakah kalian setuju untuk menghadang kafilah ini? Semoga Allah menjadikannya sebagai harta rampasan perang bagi kita.”

Para sahabat pun berkata, “Baik.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meminta seluruh sahabat berangkat, melainkan hanya mereka yang memiliki kendaraan yang telah siap. Beliau tidak mengizinkan orang yang meminta izin untuk mengambil kendaraannya dari bagian atas Madinah. Oleh karena itu, tidak seorang pun dicela karena tidak mengikuti Perang Badar. Saat itu jumlah mereka antara 313 hingga 319 orang, terdiri dari sekitar 82 atau 86 orang dari kalangan Muhajirin, 61 orang dari Aus, dan 170 orang dari Khazraj. Mereka membawa 70 unta yang dikendarai secara bergantian, dan hanya memiliki dua ekor kuda.

Abu Lubabah dan Ali bin Abu Thalib bergantian mengendarai unta bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika tiba giliran beliau berjalan kaki, mereka berkata, “Kami akan berjalan menggantikanmu.” Beliau bersabda, “Kalian berdua tidak lebih kuat dariku, dan aku pun membutuhkan pahala sebagaimana kalian.”

Ketika sampai di ar-Rauha’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta Abu Lubabah kembali ke Madinah dan menunjuknya sebagai pemimpin di sana. Sebelumnya, beliau telah menunjuk Abdullah bin Ummi Maktum untuk memimpin shalat di Madinah. Posisi Abu Lubabah yang bergantian mengendarai unta dengan Rasulullah digantikan oleh Martsad bin Abu Martsad.

Gerak Cepat Quraisy Menyambut Seruan Abu Sufyan

Ketika Abu Sufyan mengetahui bahaya yang mengancam kafilahnya, ia mengutus Dhamdham bin ‘Amr al-Ghifari ke Makkah untuk meminta bantuan Quraisy. Dhamdham pun berangkat menuju Makkah. Sesampainya di sana, ia berdiri di atas untanya, melukai hidung unta tersebut, menjatuhkan pelananya, lalu berteriak, “Wahai orang-orang Quraisy, unta-unta dan harta kalian yang bersama Abu Sufyan telah dihadang oleh Muhammad dan para sahabatnya! Kalian mungkin tidak akan dapat menyelamatkannya. Bala bantuan! Bala bantuan!”

Orang-orang Quraisy segera keluar untuk menyelamatkan kafilah dagang dan orang-orang mereka, sekaligus untuk menghadapi kaum muslimin dalam sebuah perang yang mereka yakini akan menghancurkan kekuatan kaum muslimin yang sering mengancam perdagangan mereka. Tidak ada seorang pun pemimpin mereka yang tidak ikut, kecuali Abu Lahab yang mengirim al-‘Ash bin Hisyam sebagai pengganti dengan imbalan pelunasan hutangnya yang berjumlah empat ribu dirham. Demikian pula, tidak ada satu pun kabilah Quraisy yang tidak ikut, kecuali Bani ‘Adi.

Pada awal keberangkatan mereka dari Makkah, jumlah mereka sekitar 1.300 prajurit, dengan membawa 100 kuda perang, 600 tameng, dan unta dalam jumlah besar. Mereka dipimpin langsung oleh Abu Jahal.

Karena khawatir akan dikhianati oleh Bani Bakar bin ‘Abd Manat bin Kinanah akibat permusuhan di antara mereka, pasukan Quraisy sempat berniat membatalkan keberangkatan. Lalu muncullah iblis di hadapan mereka dalam wujud Suraqah bin Malik al-Mudlaji, pemimpin Bani Kinanah. Ia berkata kepada mereka, “Aku menjamin bahwa Bani Kinanah —yakni Bani Bakar— tidak akan melakukan sesuatu yang tidak kalian inginkan di belakang kalian.” Maka mereka pun keluar dari negeri mereka, sebagaimana yang diceritakan oleh al-Qur’an:

“…dengan rasa angkuh dan ingin dipuji (riya’), serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah.” (QS al-Anfal: 47)

Mimpi ‘Atikah binti Abdul Muththalib dan Strategi Abu Sufyan Menghindar

Tiga malam sebelum kedatangan Dhamdham bin ‘Amr yang membawa berita tentang Abu Sufyan, ‘Atikah binti ‘Abdul Muththalib bermimpi. Ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki datang mengendarai unta. Ia berhenti di Al-Abthah, lalu berseru, ‘Keluarlah, wahai keluarga Ghudar, menuju kebinasaan kalian dalam tiga malam!’ Kemudian lelaki itu mengambil sebuah batu karang dan menjatuhkannya dari puncak gunung. Batu tersebut jatuh dengan keras dan hancur berkeping-keping, sehingga tidak ada satu rumah atau bangunan pun yang tidak dimasuki oleh pecahan batu itu.”

Abu Sufyan sangat menyadari bahaya yang sering datang dari pihak kaum muslimin. Ketika telah mendekati daerah Badar, ia bertemu Majdi bin ‘Amr dan menanyakan tentang pasukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Majdi memberitahunya bahwa ia melihat dua orang penunggang unta berada di atas sebuah bukit, mengambil air untuk keperluan mereka, lalu pergi. Abu Sufyan pun mendatangi bukit tersebut dan menemukan kotoran unta kedua penunggang itu. Ia mengetahui bahwa kotoran tersebut berasal dari tumbuhan yang ada di Madinah. Maka Abu Sufyan segera meninggalkan jalan utama yang melewati sebelah kiri Badar dan mengarahkan kafilahnya ke jalur pantai di sebelah barat, sehingga selamat dari bahaya. Ia kemudian mengirim surat kepada pasukan Quraisy yang saat itu telah berada di Juhfah, mengabarkan bahwa ia telah selamat dan meminta mereka kembali ke Makkah.

Baca sebelumnya: EKSPEDISI MILITER SEBELUM PERANG BADAR

Baca setelahnya: TEKAD PASUKAN MUSLIM

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah Sirah Nabawiyah