TAWAKAL KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA

TAWAKAL KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA

Di antara ibadah hati yang paling agung adalah tawakal kepada Allah Ta’ala dalam segala perkara.

Sebagian ulama berkata, “Tawakal adalah kejujuran hati dalam bersandar kepada Allah Azza Wa Jalla dalam keyakinan mendatangkan manfaat dan menolak mudarat, baik dalam perkara dunia maupun akhirat. Seorang hamba menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah Ta’ala. Ia mewujudkan keimanannya dengan meyakini bahwa tidak ada yang dapat memberi, mencegah, menimpakan kemudaratan, dan mendatangkan kemanfaatan kecuali Allah Azza Wa Jalla.”

Allah Ta’ala berfirman:

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا هُوَ وَاِنْ يَّمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS al-An’am: 17)

Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertawakal kepada Allah pada banyak tempat di dalam kitab-Nya, bahkan disebutkan secara jelas dalam lebih dari lima puluh ayat di dalam al-Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهٖۗ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًا

Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang Tidak Mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya, dan cukuplah Dia Mahamengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS al-Furqan: 58)

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami. Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS al-Taubah: 51)

Allah Ta’ala berfirman:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ؛ الَّذِيْ يَرٰىكَ حِيْنَ تَقُوْمُ؛ وَتَقَلُّبَكَ فِى السّٰجِدِيْنَ

Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Mahapenyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk salat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS al-Syu’ara: 217-219)

Dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَ كَّلُوْنَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ. تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung-burung diberi rezeki. Mereka berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim, asy-Syihab, al-Baghawi. Disahihkan oleh Syekh Ahmad Syakir dalam Hamisyul Musnad, dan Syekh al-Albani dalam Silsilatul Ahadits ash-Shahihah)

Ibnu Rajab berkata, “Hadis ini sebagai dasar bagi tawakal dan sebagai sebab terbesar untuk mendapatkan rezeki.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا؛ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS al-Thalaq: 2-3)

Hadits dari Umar radhiyallahu ‘anhu ini menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia diberi rezeki karena rendahnya tawakal yang mereka miliki. Mereka berpatokan pada sebab-sebab lahir dan merasa tenang dengannya. Mereka berusaha keras dan bersungguh-sungguh mengerjakan perkara sebab. Namun mereka tidak mendapatkan kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk mereka. Seandainya mereka mewujudkan tawakal dengan sebenar-benarnya di dalam hati mereka, tentu Allah akan memberikan rezeki kepada mereka dengan sebab yang paling kecil, sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Burung itu memperoleh rezeki hanya dengan pergi di pagi hari dan pulang di sore hari. Ini merupakan salah satu bentuk pencarian dan usaha yang sangat mudah.”

Sebagian ulama salaf berkata, “Bertawakallah kepada Allah, niscaya rezeki akan dialirkan tanpa usaha yang melelahkan.”

Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Bertawakal kepada Allah mengumpulkan keimanan.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Bertawakal kepada Allah merupakan sebab yang paling kuat bagi seseorang dalam menolak semua gangguan, kezaliman, dan keburukan yang dilakukan orang lain yang tidak sanggup ia hadapi.” Ia juga berkata, “Tawakal adalah setengah agama. Setengahnya lagi adalah inabah (kembali) kepada Allah. Dengan demikian, sesungguhnya agama adalah meminta tolong kepada Allah Ta’ala dan beribadah kepada-Nya. Tawakal adalah bentuk isti’anah (meminta tolong kepada Allah), dan inabah adalah bentuk ibadah.”

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ

Apabila seseorang keluar dari rumahnya lalu mengucapkan

بِسْم اللَّهِ توكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، وَلا حوْلَ وَلا قُوةَ إلاَّ بِاللَّهِ

(Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah),

يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ. فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟

maka dikatakan kepadanya pada saat itu, ‘Engkau telah diberi petunjuk, telah diberi kecukupan, dan telah mendapat penjagaan’ hingga setan-setan pun menjauh darinya. Lalu setan yang lain berkata, ‘Bagaimana (engkau bisa memperdaya) seorang laki-laki yang telah diberi petunjuk, kecukupan, dan penjagaan?’”  (HR Abu Dawud)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

 حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung) merupakan perkataan yang diucapkan oleh Ibrahim ‘alaihissalam ketika ia dilempar ke dalam kobaran api. Perkataan ini diucapkan pula oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika orang-orang kafir berkata kepada kaum mukminin,

إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ. فَاخْشَوْهُمْ

(Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu, takutlah kepada mereka).

Maka perkataan itu menambah keimanan kaum mukminin. Mereka menjawab,

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’”  (QS ali Imran: 17)

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengatakan حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ, kesudahannya adalah seperti yang firman Allah Azza wa Jalla:

قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ

Kami berfirman, ‘Wahai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.’” (QS al-Anbiya’: 69)

Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ, kesudahannya adalah seperti firman Allah Azza wa Jalla:

فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah. Mereka tidak mendapatkan bencana apa-apa. Mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Ali Imran: 174)

Seorang anggota keluarga Fir’aun yang beriman, ketika kaumnya memperdaya dirinya, berkata,

وَاُفَوِّضُ اَمْرِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَصِيْرٌ ۢبِالْعِبَادِ﴿44﴾ فَوَقٰىهُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِ مَا مَكَرُوْا وَحَاقَ بِاٰلِ فِرْعَوْنَ سُوْۤءُ الْعَذَابِۚ﴿45﴾

‘Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahamelihat akan hamba-hamba-Nya.’ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (QS Gafir: 44-45)

Baca juga:

TAWAKAL YANG BENAR

MENCARI REZEKI DENGAN BERTAWAKAL KEPADA ALLAH

(Dr Amin bin Abdullah asy-Syaqawi)

Kelembutan Hati