SYARAT-SYARAT KALIMAT TAUHID

SYARAT-SYARAT KALIMAT TAUHID

Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلٍ

Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan roh dari (ciptaan)-Nya, Surga adalah benar adanya, dan Neraka adalah benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke Surga, apa pun amalannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Dari Utban radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

Sesungguhnya Allah mengharamkan memasuki Neraka siapa saja yang mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’ dengan mengharapkan wajah Allah.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa mengucapkan kalimat tauhid ‘laa ilaaha illallah’, tapi tidak mengamalkannya, maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya. Tetapi Allah Ta’ala mengharamkan masuk Neraka bagi mereka yang mengucapkan kalimat tauhid dengan ikhlas dari hati mereka dan mati di atas perkara tersebut. Hal itu sebagaimana ditunjukkan oleh hadis dari Utban yang membatasi hadis mutlak yang diriwayatkan dari Ubadah, dengan pernyataan ‘dengan mengharapkan wajah Allah’.

Syekh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dan selainnya berkata, “Ia mengatakan kalimat tauhid itu dengan benar, ikhlas dan yakin, serta mati di atas perkara itu. Hakikat tauhid adalah menarik hati kepada Allah Ta’ala secara umum dengan bertobat dari dosa-dosa secara tulus (tobat nasuha). Jika ia mati di atas perkara itu, maka ia mendapatkan hal itu. Karena disebutkan dalam hadis-hadis mutawatir bahwa akan keluar dari Neraka siapa saja yang mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’ dan dalam hatinya terdapat kebajikan seberat biji gandum, seberat biji sawi, atau seberat zarah. Hadis-hadis mutawatir menyebutkan bahwa diharamkan masuk Neraka siapa yang mengucapkan ‘laa ilaaha illallah’, dan siapa saja yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Namun hadis-hadis itu dibatasi dengan batasan-batasan yang berat.”

Kalimat tauhid, yaitu kalimat persaksian bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah memiliki tujuh syarat. Kalimat ini tidak bermanfaat bagi pengucapnya kecuali dengan memenuhi ketujuh syarat ini:

1. Ilmu

Syarat pertama kalimat tauhid adalah ilmu, yaitu mengetahui makna yang dimaksud dari kalimat itu, apa yang menafikannya dan apa yang menetapkannya, yaitu ilmu yang menafikan kebodohan terhadapnya.

2. Yakin

Syarat kalimat tauhid berikutnya adalah yakin, yaitu pengucapnya meyakini makna yang ditunjukkan oleh kalimat itu. Jika ia meragukan makna yang ditunjukannya, maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya.

3. Menerima konsekwensi dari kalimat tauhid

Syarat kalimat tauhid yang lain adalah menerima konsekuensi dari kalimat tauhid, yaitu beribadah kepada Allah semata dan tidak beribadah kepada selain-Nya.

4. Mematuhi apa yang ditunjukkan oleh kalimat tauhid

Mematuhi apa yang ditunjukkan oleh kalimat tauhid adalah syarat berikutnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗٓ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰىۗ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

Dan barangsiapa menyerahkan diri kepada Allah sedangkan ia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (QS Luqman: 22)

al-urwah al-wutsqa adalah ‘laa ilaaha illallah’. Makna yuslimu wajhahu adalah patuh kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas karena-Nya.

5. Ikhlas

Syarat kalimat tauhid yang lain adalah ikhlas, yaitu memurnikan amal dari segala noda syirik dengan tidak meniatkan ucapannya karena ambisi dunia, riya’ atau sumah.

6. Shidq (jujur)

Syarat lain adalah jujur, yaitu mengucapkan kalimat ini dengan jujur dari hatinya.

7. Mahabah

Syarat kalimat tauhid yang terakhir adalah mahabah, yaitu mencintai kalimat ini, makna yang ditunjukannya, dan pelakunya yang mengamalkan konsekwensinya.

Sementara itu terdapat juga rukun kalimat tauhid: nafy (menafikan) dan itsbat (menetapkan), yaitu menafikan ilahiyyah (peribadatan) dari selain Allah dan menetapkan peribadatan hanya bagi Allah semata.

Sebagian orang menyangka bahwa bersikap keras dalam perkara tauhid hanya dilakukan oleh segolongan ulama yang mengatakan demikian. Namun, Syekh Abdullah Ababatin membantah dengan pernyataannya, “Perkataan kalian bahwa Syekh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah rahimahullah bersikap keras dalam perkara syirik dengan sikap keras yang tiada yang melebihinya, maka sebenarnya Allah-lah yang menjadikannya bersikap keras mengenai hal itu, berdasarkan firman-Nya:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (QS an-Nisa: 48)

Allah Ta’ala berfirman lewat lisan al-Masih kepada Bani Israil:

اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga.” (QS al-Maidah: 72)

Allah Ta’ala berfirman:

 وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu.’” (QS az-Zumar: 65)

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Jika mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS al-An’am: 88)

Allah Ta’ala berfirman:

فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُّمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوْا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍۚ

Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.” (QS at-Taubah: 5)

Dalam sunah yang sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat peringatan keras terhadap syirik yang sangat banyak jumlahnya. Hadis-hadis yang menyebutkan tentang dosa-dosa besar pada umumnya didahului dengan syirik. Ketika Nabi ditanya, “Apakah dosa terbesar di sisi Allah?” Beliau menjawab,

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

Kamu menjadikan bagi Allah suatu tandingan, padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Abu Dawud, dan Ahmad)

Baca juga: PAHALA YANG BESAR BAGI MEREKA YANG MEREALISASIKAN TAUHID

Baca juga: FAEDAH TAUHID

Baca juga: TAUHID ULUHIAH

(Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim)

Akidah