MENGUCAPKAN SALAM HANYA UNTUK PERKENALAN

MENGUCAPKAN SALAM HANYA UNTUK PERKENALAN

Di antara tanda-tanda yang menunjukkan dekatnya kiamat sebagaimana yang dikabarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia meninggalkan ucapan salam yang disyariatkan Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menumbuhkan rasa cinta dan persaudaraan. Mereka mengucapkan salam sebatas untuk saling mengenal saja.

Tanda dekatnya kiamat lainnya adalah hati manusia cenderung kepada dunia. Mereka menumpuk banyak harta sehingga orientasi mereka hanya urusan materi, seperti perdagangan (bisnis).

Tanda dekatnya kiamat lainnya adalah terputusnya hubungan kekeluargaan (silaturahmi) yang Allah perintahkan untuk menyambungnya.

Tanda dekatnya kiamat lainnya adalah kesaksian palsu dan kebohongan merebak dengan tujuan agar dapat memakan harta orang lain dan merampasnya secara batil. Di sisi lain kesaksian yang benar dan ucapan yang benar malah disembunyikan.

Disebutkan dalam hadis sahih dari Thariq bin Syihab, ia berkata,

Ketika kami sedang duduk bersama Abdullah -yakni lbnu Mas’ud, seorang laki-laki datang lalu berkata, “Ikamah telah dikumandangkan.”

Ibnu Mas’ud berdiri. Kami pun ikut berdiri.

Ketika kami masuk masjid, kami mendapati sebagian orang sedang rukuk di bagian depan masjid.

Ibnu Mas’ud bertakbir dan rukuk. Kami pun ikut rukuk. Kami mengikuti seperti yang ia lakukan.

Lalu seorang laki-laki melewat Ibnu Mas’ud dengan terburu-buru dan berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, alaikas-salam.”

Ibnu Mas’ud berkata, “Mahabenar Allah dan benarlah apa yang disabdakan Rasul-Nya.”

Selesai salat kami pulang. Ibnu Mas’ud masuk ke rumah untuk menemui keluarganya, sedangkan kami duduk di luar. Sebagian dari kami berkata kepada yang lain, “Tidakkah kalian mendengar jawaban Ibnu Mas’ud terhadap laki-laki tadi ‘Mahabenar Allah dan benarlah apa yang disabdakan Rasul-Nya? Siapakah di antara kalian yang akan bertanya kepadanya?”

Thariq berkata, “Aku akan bertanya kepadanya.”

Lalu Thariq bertanya kepada Ibnu Mas’ud ketika ia keluar rumah.

Ibnu Mas’ud menceritakan hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

أَنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ تَسْلِيمَ الْخَاصَّةِ، وَفُشُوَّ التِّجَارَةِ حَتَّى تُعِينَ الْمَرْأَةُ زَوْجَهَا عَلَى التِّجَارَةِ، وَتُقْطَعُ الْأَرْحَامُ، وَشَهَادَةَالزُورِ، وَكِتْمَانَ شَهَادَةِ الْحَقِّ، وَظُهُورَ الْقَلَمِ

Sesungguhnya menjelang kiamat akan ada salam khusus, meluasnya perdagangan sampai seorang isteri membantu perniagaan suaminya, terputusnya hubungan kekeluargaan, kesaksian palsu, disembunyikannya kesaksian yang benar, dan munculnya pena.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah)

Maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsalam khusus” adalah bahwa seorang laki-laki mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenalnya saja, sebagaimana disebutkan dalam hadis lain dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ إِذَا كَانَتِ التَّحِيَّةُ عَلَى الْمَعْرِفَةِ 

Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah bila salam diucapkan hanya untuk perkenalan.”

Dalam riwayat lain disebutkan,

أَنَّ يُسَلِّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ. لَا يُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلَّا لِلْمَعْرِفَةِ 

Seorang laki-laki mengucapkan salam kepada orang lain. Dia tidak mengucapkan salam kepadanya kecuali untuk perkenalan.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah)

Kita telah menyaksikan sendiri fenomena yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terjadi di masa kini. Bahkan semakin bertambah parah dan akibatnya semakin buruk. Orang-orang telah meninggalkan salam Islam sehingga orang-orang tidak saling mencintai dan persaudaraan hilang, perdagangan meluas, serta orientasi manusia terfokus kepada pengumpulan harta. Sang isteri membantu suaminya mencari nafkah. Begitu juga sang anak. Semuanya mengacu pada orientasi materi sebagaimana yang disebutkan dalam salah satu riwayat,

حَتَى يَخْرُجُ الرَّجُلُ بِمَالِهِ إِلَى أَطْرَافِ الْأَرْضِ فَيَرْجِعْ فَيَقُولُ: لَمْ أَرْبَعْشَيْئًا

Sampai seorang laki-laki berangkat dengan membawa hartanya ke seluruh penjuru bumi, lalu pulang dengan berkata, ‘Aku tidak mendapatkan keuntungan apa-apa.’” (Diriwayatkan oleh al-Hakim. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah)

Terputusnya hubungan kekeluargaan (silaturahmi) juga bukan fenomena yang asing bagi kita. Mayoritas manusia sekarang ini telah menjauh dari kerabat dekatnya. Mereka berat melakukan silaturahmi karena menyita waktu atau harta mereka. Andai saja mereka mau mempelajari ajaran agama ini, tentu mereka akan mengetahui bahwa silaturahmi memiliki banyak manfaat, baik di dunia maupun di akhirat, yaitu menyebabkan umur panjang dan rezeki melimpah, serta mendatangkan keridaan Allah.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِى أَثَرِهِ فَلْيصِلْ رَحِمَهُ

Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya oleh Allah atau dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung silaturahmi (menyambung hubungan kekeluargaan).” (HR al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)

Adapun kasaksian palsu, fenomena ini telah mewabah dalam masyarakat. Kita berlindung kepada Allah dari hal semacam ini. Faktor pemicunya bisa jadi adalah ingin membela orang yang diberi kesaksian secara batil, atau karena tamak terhadap harta yang dimiliki orang tersebut (ingin mendapatkan hartanya) sebagai imbalan atas kesaksian palsunya, tanpa peduli dengan akibat yang timbul, yaitu hilangnya hak, lepasnya jiwa, dan akibat-akibat lain yang merusak dunia dan agama. Karena kesaksian palsu berbahaya, maka Allah Ta’ala menggabungkan kesaksian palsu dengan kesyirikan.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ

Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS al-Hajj: 30)

Bila manusia dituntut untuk menjauhi perkataan dusta, maka ia juga dituntut untuk memberi kesaksian yang benar, walaupun terhadap diri sendiri atau kerabat terdekat, tanpa takut celaan orang lain, tanpa tergiur dengan harta, tanpa takut ancaman orang lain, dan tanpa nepotisme. Ia tidak boleh menyembunyikan kesaksian karena menyembunyikan kesaksian seperti kesaksian palsu dapat menghilangkan hak dan merusak hubungan dengan sesama manusia.

Yang terakhir, yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada akhir hadis ini “dan munculnya pena” adalah buku-buku bermunculan dan tersebar luas hingga setiap orang mudah mendapatkannya. Ini terjadi karena Allah telah melimpahkan karunianya kepada umat manusia, yaitu berupa ditemukannya alat-alat modern seperti mesin cetak (dan internet). Meskipun  demikian, kita masih menyaksikan kebodohan menjangkiti kebanyakan manusia, terutama dalam hal akidah.

Baca juga: ALAT MUSIK MERAJALELA DAN DIHALALKAN

Baca juga: MENGAKU SEBAGAI NABI

Baca juga: ANCAMAN DAN HUKUMAN MEMUTUS SILATURAHMI

(Mushthafa Abu an-Nashr as-Silbi)

Akidah