MENGAPA HARUS BERILMU?

MENGAPA HARUS BERILMU?

Hidup ini bukan hanya urusan dunia. Yang lebih penting dari itu adalah urusan akhirat yang harus didahulukan. Kehidupan dunia dibatasi oleh usia dan waktu, sedangkan kehidupan akhirat tidak terbatas dan abadi selama-lamanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

Umur umatku antara enam puluh dan tujuh puluh tahun. Sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syekh al-Albani mengatakan, “Hasan sahih”)

Itulah umur rata-rata manusia di dunia, yaitu antara 60 dan 70 tahun. Meskipun ada yang lebih dari 70 tahun, namun jumlahnya sedikit. Intinya adalah bahwa berapa pun umur manusia, suatu saat nanti ia akan kembali kepada Rabbnya.

Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya lagi sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah kesenangan hakiki dan kekal abadi.

Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, sungguh dia beruntung. Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS Ali Imran: 185)

وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ

Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS al-A’la: 17)

Amal yang dilakukan di dunia merupakan tabungan akhirat yang akan diminta pertanggung-jawabannya di akhirat.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً. وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ. فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

“Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang. Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak. Oleh karena itu, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. (Hal itu karena) hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedangkan kelak adalah hari hisab bukan amal.” (HR al-Bukhari)

Setelah mengetahui hakikat ini hendaklah kita kembali ke awal keyakinan kita akan tujuan hidup yang sebenarnya, tujuan diciptakannya jin dan manusia, yaitu sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS adz-Dzariyat: 56)

Inilah tujuan hidup kita di dunia, yaitu menyembah, beribadah dan mengabdi kepada Allah Ta’ala. Dan inti dari sikap penghambaan kita kepada Allah Ta’ala adalah menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Kita mengetahui bahwa perintah Allah Ta’ala sangat banyak. Begitu pula larangan-Nya. Tidaklah Allah Ta’ala memerintahkan kepada sesuatu melainkan kemaslahatan ada padanya. Tidaklah Allah Ta’ala melarang dari sesuatu melainkan kemudaratan ada padanya. Oleh karena itu, mengetahui perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya merupakan kewajiban kita sehingga kita bisa merengkuh kemaslahatan dengan menunaikan perintah-Nya dan terhindar dari kemudaratan dengan menjauhi larangan-Nya. Semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu seseorang dapat membedakan mana perintah sehingga ia melaksanakannya dan mana larangan sehingga ia menjauhinya. Oleh karena itu, tidak mungkin kita menjadi hamba Allah yang taat apabila kita bodoh ilmu syariat. Bagaimana mungkin kita dapat menggapai Surga sedangkan kita tidak tahu caranya. Agar seseorang tahu cara menggapai Surga, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kita menuntut ilmu.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah )

Lebih dari itu, ilmu adalah kebutuhan kita sebagai jalan menuju Surga.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR Muslim)

Sungguh beruntung orang yang banyak ilmunya. Ia dapat mengerjakan amalan secara lebih baik, lebih benar, dan lebih banyak daripada orang lain. Sebaliknya orang yang sedikit ilmunya, ia sering melakukan kesalahan dalam ucapan dan perbuatannya. Oleh karena itu, merupakan kewajiban setiap manusia yang ingin berbahagia di dunia dan akhirat untuk senantiasa menuntut ilmu.

Dalam salah satu hikmahnya, Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Barangsiapa menginginkan kesuksesan di dunia, dia harus berilmu. Dan barangsiapa menginginkan kesuksesan di akhirat, dia juga harus berilmu.”

Banyak sekali dampak yang dirasakan apabila seseorang sedikit ilmunya. Di antaranya adalah sering melakukan kesalahan. Orang jenis ini, apabila ragu-ragu dan tidak mengetahui suatu perkara secara jelas, sebaiknya bertanya kepada orang yang memiliki ilmu yang luas, sehingga ia tidak melakukan kekeliruan.

Allah Ta’ala berfirman:

فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (QS al-Anbiya’: 7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوْا، فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

Tidakkah mereka bertanya ketika mereka tidak tahu, padahal sesungguhnya obat kebodohan hanyalah bertanya.” (HR Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani)

Orang yang berilmu akan mampu merealisasikan kehidupan di dunia yang sementara ini dengan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang bernilai ibadah kepada Allah Ta’ala. Dia mengetahui perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang harus didahulukan dan yang mesti dikesampingkan. Dia juga mengetahui perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan. Keleluasaan hidup hanya bagi orang-orang yang beriman dan berilmu. Bukankah Allah Ta’ala berjanji akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat?

Allah Ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS al-Mujadilah: 11)

Carilah ilmu selama hayat masih di kandung badan. Hal itu karena orang yang mencari ilmu saja belum tentu mendapatkannya, apalagi orang yang tidak mencari ilmu. Orang yang mendapatkan ilmu belum tentu memahaminya, apalagi orang yang tidak mendapatkan ilmu. Orang yang telah paham ilmu belum tentu mampu mengamalkannya, apalagi orang yang tidak paham ilmu. Dan orang yang mengamalkan ilmu belum tentu tepat dan benar, apalagi orang yang tidak mengamalkan ilmu. Maknanya adalah bahwa orang yang jauh dari ilmu akan sangat jauh dari kebenaran dalam beramal.

Jika kita ingin sukses dan bahagia di dunia dan di akhirat, janganlah kita membiarkan apapun menghalangi kita untuk menuntut ilmu. Hal itu karena ilmu adalah jalan yang dapat menyampaikan kita kepada kesuksesan dan kebahagian tersebut.

Beberapa hal yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan di dunia dan di akhirat adalah sebagai berikut:

🅰️ Janganlah pernah bosan atau jenuh dalam menuntut dan mendalami ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dengannya jalan kehidupan seseorang terang benderang sehingga ia mampu mengetahui ke arah mana ia mesti berjalan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا، يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, dia akan diberi pemahaman dalam agama.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

🅱️ Perangilah kebodohan yang ada pada diri kita semampu kita. Tidaklah seseorang binasa dan celaka melainkan karena ia bodoh dalam agama.

Allah Ta’ala berfirman tentang Musa ‘alaihissalam:

قَالَ اَعُوْذُ بِاللّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ

Dia (Musa) menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.’” (QS al-Baqarah: 67)

Janganlah sekali-kali berbuat atau berucap kecuali didasarkan dengan ilmu.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” (QS al-Isra’: 36)

Dalam menafsiri ayat ini, Qatadah berkata, “Janganlah kamu mengatakan, ‘Aku telah melihat’, padahal kamu belum melihat; ‘Aku telah mendengar’, padahal kamu belum mendengar; ‘Aku mengetahui’, padahal kamu tidak mengetahui, karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan mempertanyakan semua itu.”

Baca juga: KEUTAMAAN ILMU SYAR’I

Baca juga: JALAN KE SURGA

Baca juga: PERINGATAN DARI MAJELIS YANG TIDAK DISEBUT NAMA ALLAH

Baca juga: BERKEMBANGNYA ILMU DAN TEKNOLOGI MERUPAKAN BERKAH PENGAJARAN DARI ALLAH

(Zuhdi Amin, Lc)

Kelembutan Hati