Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا ـ هَمَّ آخِرَتِهِ ـ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِهِ الدُّنْيَا، لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ
“Barangsiapa memusatkan semua perhatiannya pada satu hal –yaitu akhirat-, Allah akan mencukupkannya dari keinginan dunia. Barangsiapa memiliki berbagai kekhawatiran yang tersebar di berbagai urusan dunia, Allah tidak peduli di lembah mana dia binasa.” (HR Ibnu Majah. Dihasankan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)
PENJELASAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan nasehat kepada umatnya dengan bahasa yang ringkas dan lugas. Hadis ini sudah cukup sebagai nasihat bagi mereka yang memiliki hati dan pemahaman, kemauan keras dan kemuliaan, serta niat jujur dan lurus.
Barangsiapa memusatkan semua perhatian pada satu hal, yaitu Hari Kembali, maka Allah Ta’ala akan memberinya karunia, kemuliaan, dan kecukupan dari seluruh keinginannya.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ، فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Baragsiapa yang orientasi hidupnya hanya dunia, Allah akan mencerai–beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran di pelupuk matanya. Dia tidak akan mendapatkan dari dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. Barangsiapa yang orientasi hidupnya hanya akhirat, Allah akan mengumpulkan (menyelesaikan) semua urusannya dan menjadikan hatinya berkecukupan. Dunia akan mendatanginya dengan terpaksa.” (HR Ibnu Majah. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)
Seorang penyair berkata, “Jika kamu memusatkan perhatian hanya pada satu hal (yaitu akhirat), maka pikiranmu akan tenang dan kamu akan mendapat petunjuk.”
Lalu, apa yang menjadi sifat orang yang hanya berorientasi ke akhirat dalam kehidupannya? Orang yang hanya berorientasi ke akhirat adalah orang yang selalu mengingat ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ كَأَنَّكَ عَابِرُ سَبِيلٍ، وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُورِ
“Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan. Anggaplah dirimu sebagai salah seorang ahli kubur.” (HR at-Tirmizi. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmizi)
Mereka memusatkan perhatian untuk merenungkan tujuan penciptaan dirinya, memikirkan apa yang harus dilakukan oleh anggota badannya dalam hal-hal yang diperintahkan kepadanya. Waktu mereka digunakan semaksimal mungkin untuk membangun rumah-rumah mereka di akhirat. Mereka merasakan bahwa ajal telah dekat sehingga mereka segera melakukan amal saleh. Mereka tinggal di dunia namun hati mereka condong ke akhirat. Mereka seakan telah menjadi penduduk akhirat sebelum berpindah ke kampung akhirat. Mereka memerhatikan Allah Ta’ala dengan taat kepada-Nya yang sebanding dengan kebutuhan dirinya kepada-Nya. Mereka berbekal untuk akhirat yang lamanya seukuran dengan mereka akan tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyegerakan kenikmatan Surga kepadanya dengan cara memberikan ketenangan ke dalam jiwanya, serta dorongan bagi hatinya untuk selalu menuju kepada-Nya, mengumpulkan hatinya untuk mencintai-Nya, menerbitkan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya, melahirkan rasa nikmat dengan beribadah kepada-Nya, mengosongkan hati mereka dari dunia dengan segala gundah dan kesedihan di dalamnya dengan apa yang selama ini memenuhi hati kebanyakan orang. Hati mereka lembut sementara hati orang-orang durhaka gersang. Hati mereka tenang sementara hati orang-orang bodoh kering.
Jumlah mereka sedikit, namun kedudukan mereka besar di sisi Allah Ta’ala. Mereka memiliki jalan hidup sendiri, sebagaiman orang lain punya jalan hidup. Mereka berada di sebuah lembah, sebagaimana orang lain berada di lembah yang lain.
Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Jika seorang hamba di pagi sorenya hanya memerhatikan Allah Ta’ala, maka Allah akan mencukupkan semua kebutuhannya dan menanggung semua yang dia perhatikan. Allah Ta’ala memberikan ketenangan di hatinya karena cintanya kepada-Nya, karena hati dan anggota badannya selalu berzikir kepada-Nya. Betapa hati orang seperti itu merasakan nikmat dan kebahagiaan.
Adapun jika seorang hamba di pagi sorenya hanya memikirkan dunia, maka segala gundah akan dibebankan kepadanya, sehingga hatinya sibuk mencintai dirinya dan lupa mencintai Allah Ta’ala. Lisannya sibuk untuk dirinya hingga lupa berzikir kepada Allah Ta’ala. Anggota badannya sibuk mengurusi urusannya sehingga lupa taat kepada Allah Ta’ala.
Hatinya tidak jernih, amalnya tidak murni, harapannya tidak tergapai, ketenangannya tidak teraih, kelezatan tidak dirasakan, dan kebahagiaan terhalang dari dirinya. Dia banting tulang di dunia, tetapi tidak satu harapan pun terpenuhi dan tidak sedikit bekal pun dia bawa untuk tempat kembali (akhirat).”
Ketahuilah wahai saudaraku, sebesar apapun ketergantungan dan keridaan seseorang terhadap dunia, sebesar itu pula beban berat didapatinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan mencari kehidupan akhirat.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّبِآخِرَتِهِ، وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهَ أَضَرَّ بِدُنْيَاُه، فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Barangsiapa mencintai dunia, dia akan merugikan akhiratnya. Barangsiapa mencintai akhirat, dia akan merugikan dunianya. Utamakanlah apa yang abadi daripada apa yang akan sirna.” (HR Ibnu Hibban. Disahihkan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Mawarid az-Zham’an)
Uraian tentang orang yang memusatkan semua perhatian pada akhirat adalah informasi yang sangat dipercaya bagi kaum yang berakal. Wallahua’lam bishshawab.
Kepada Allah saja kita kembali dan menuju. Cukuplah Dia sebaik-baik pelindung.
Baca juga: PENDEK ANGAN-ANGAN
Baca juga: ORANG-ORANG YANG BERTAKWA
Baca juga: DIBERI KENIKMATAN DUNIA WALAU TERUS BERBUAT DOSA
(Abdul Hadi bin Hasan al-Wahbi)