LARANGAN MEMASUKI NEGERI KAUM YANG PERNAH DISIKSA

LARANGAN MEMASUKI NEGERI KAUM YANG PERNAH DISIKSA

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melintasi Hijr, beliau bersabda,

لَا تَسْأَلُوا الْآيَاتِ وَقَدْ سَأَلَهَا قَوْمُ صَالِحٍ. فَكَانَتْ تَرِدُ مِنْ هَذَا الْفَجِّ وَتَصْدُرُ مِنْ هَذَا الْفَجِّ، فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ، فَعَقَرُوهَا. فَكَانَتْ تَشْرَبُ مَاءَهُمْ يَوْمًا وَيَشْرَبُونَ لَبَنَهَا يَوْمًا. فَعَقَرُوهَا. فَأَخَذَتْهُمْ صَيْحَةٌ أَهْمَدَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ مِنْهُمْ إِلَّا رَجُلًا وَاحِدًا كَانَ فِي حَرَمِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Janganlah kalian meminta mukjizat, karena kaum Nabi Shalih telah memintanya lalu mukjizat (berupa unta) telah datang dari jalan ini dan keluar dari jalan itu, namun mereka durhaka dari perintah Rabb mereka, lalu mereka menyembelihnya. (Unta itu) meminum air mereka sehari, dan mereka meminum air susunya sehari. Kemudian mereka menyembelihnya. Lalu mereka diazab oleh suara gemuruh yang sangat keras yang dengannya Allah Azza wa Jalla membinasakan mereka yang berada di bawah langit, kecuali seorang laki-laki yang saat itu berada di tanah haram Allah Azza wa Jalla.”

Beliau ditanya, “Siapakah dia, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab,

هُوَ أَبُو رِغَالٍ. فَلَمَّا خَرَجَ مِنَ الْحَرَمِ أَصَابَهُ مَا أَصَابَ قَوْمَهُ

“Dia adalah Abu Righal. Ketika ia keluar dari tanah haram, ia tertimpa (azab) seperti yang menimpa kaumnya.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abdurrazzaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim, dan al-Hakim. Ibnu Katsir berkata, “Hadis ini sesuai syarat Muslim.”)

PENJELASAN

Allah Ta’ala menceritakan kepada kita kisah Nabi Shalih beserta kaum Tsamud. Rangkaian peristiwa pada kisah ini disebutkan dengan rinci dan jelas.

Kisah ini tidak disebutkan dalam kitab Taurat. Para ahli kitab juga tidak mengetahui kisah kaum Nabi Shalih dan kisah kaum Ad, kaumnya Nabi Hud, padahal al-Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa Musa menyebutkan dua umat ini kepada kaumnya,

وَقَالَ مُوْسٰٓى اِنْ تَكْفُرُوْٓا اَنْتُمْ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ۙفَاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ حَمِيْدٌ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَؤُا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوْحٍ وَّعَادٍ وَّثَمُوْدَ ەۗ وَالَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ ۗ لَا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا اللّٰهُ

Dan Musa berkata,Jika kalian dan orang yang ada di bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Mahaterpuji. Apakah belum sampai kepada kalian berita orang-orang sebelum kalian, (yaitu) kaum Nuh, kaum Ad, kaum Tsamud dan kaum setelah mereka? Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (QS Ibrahim: 8-9)

Orang mukmin dari keluarga Fir’aun berkata kepada kaumnya,

وَقَالَ الَّذِيْٓ اٰمَنَ يٰقَوْمِ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ مِّثْلَ يَوْمِ الْاَحْزَابِۙ مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوْحٍ وَّعَادٍ وَّثَمُوْدَ وَالَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ ۗوَمَا اللّٰهُ يُرِيْدُ ظُلْمًا لِّلْعِبَادِ

Wahai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa (bencana) seperti hari kehancuran golongan yang bersekutu, (yakni) seperti kebiasaan kaum Nuh, Ad, Tsamud dan kaum yang datang setelah mereka. Padahal Allah tidak menghendaki kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS Ghafir: 30-31)

Kitab-kitab sunah mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati negeri kaum Tsamud yang bernama Hijr dalam perjalanan menuju Perang Tabuk. Beliau dan pasukan singgah di negeri kaum Tsamud itu. Para sahabat mengambil air dari sumur-sumur yang dahulu airnya diambil oleh kaum Tsamud. Mereka membuat adonan dengan menggunakan air tersebut dan memasang tungku. Melihat itu Rasulullah memerintahkan mereka untuk menuangkan isi tungku dan memberikan adonan yang mereka buat kepada unta-unta mereka. Setelah itu, beliau bersama pasukan meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah sumur yang unta nabi Shalih pernah meminum airnya. Rasulullah melarang pasukannya memasuki negeri kaum yang pernah disiksa, kecuali dengan menangis. Beliau bersabda, “Aku khawatir kalian tertimpa (azab yang sama dengan) yang menimpa mereka.”

Ketika seseorang berada di suatu tempat yang menjadi tempat terjadinya peristiwa besar di masa ia hidup atau di masa sebelumnya, ia biasanya terikat oleh peristiwa tersebut. Bagi seorang dai, ini tentu dapat dimanfaatkan untuk mengingatkan orang-orang pada peristiwa yang menimpa orang-orang terdahulu, dan mengingatkan agar orang-orang tidak melakukan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu atau meniti jalan mereka.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyampaikan kepada para sahabat sebagian ilmu yang Allah sampaikan kepada beliau. Beliau menunjukkan jalan yang pernah dilalui oleh unta Nabi Shalih ketika hendak ke tempat (sumber) air untuk meminum airnya, dan jalan yang pernah dilalui unta tersebut ketika meninggalkan sumur tersebut. Beliau memberitahukan para sahabat bahwa unta tersebut bergiliran dengan kaum Nabi Shalih dalam meminum air di tempat tersebut. Unta tersebut meminum air di hari gilirannya, dan tidak meminum air sedikit pun di hari berikutnya.

هٰذِهٖ نَاقَةٌ لَّهَا شِرْبٌ وَّلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ

Ini seekor unta betina, yang berhak mendapatkan (giliran) minum, dan kalian juga berhak mendapatkan minum pada hari yang ditentukan.” (QS asy-Syu’ara: 155)

وَنَبِّئْهُمْ اَنَّ الْمَاۤءَ قِسْمَةٌ ۢ بَيْنَهُمْۚ كُلُّ شِرْبٍ مُّحْتَضَرٌ

Dan beritahukanlah kepada mereka bahwa air itu dibagi di antara mereka (dengan unta betina itu). Setiap orang berhak mendapat giliran minum.” (QS al-Qamar: 28)

Di antara keajaiban unta tersebut, seperti yang dikisahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah kaum Nabi Shalih memerah susunya sebanyak yang mereka inginkan. Susu itu menjadi pengganti air yang mereka butuhkan pada hari giliran unta meminum air. Mereka mendapatkan air susu unta tersebut tanpa bersusah payah.

Meski kaum Tsamud mendapatkan manfaat besar dari unta tersebut, namun mereka merasa kesusahan dan tidak menyukai keberadaan unta tersebut di tengah-tengah mereka, hingga mereka pun menyembelihnya.

al-Qur’an mengabarkan bahwa yang membunuh unta tersebut adalah orang yang paling celaka dari kaum Tsamud, “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Shalih) berkata kepada mereka,(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya,’ namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya.” (QS asy-Syams: 12-14)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam salah satu hadisnya, menyampaikan kepada kita bahwa orang yang menyembelih unta adalah orang berkulit merah. Beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib dan Ammar,

أَلَا أُحَدِّثُكُمَا بِأَشْقَى النَّاسِ رَجُلَيْنِ

Maukah kalian kuberitahu orang yang paling celaka?

“Tentu, wahai Rasulullah,” sahut mereka.

Beliau bersabda,

أُحَيْمِرُ ثَمُودَ الَّذِي عَقَرَ النَّاقَةَ، وَالَّذِي يَضْرِبُكَ يَا عَلِيُّ عَلَى هَذِهِ يَعْنِي قَرْنَهُ حَتَّى تُبَلَّ مِنْهُ هَذِهِ يَعْنِي لِحْيَتَهُ

(Dua laki-laki, yaitu) orang berkulit merah dari kaum Tsamud yang menyembelih unta (Nabi Shalih), dan orang yang menikammu, wahai Ali, di bagian ini -maksud beliau kepala Ali- hingga (darah) membasahi ini -jenggot Ali-.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abu Hatim, dan al-Hakim. Lihat kitab ash-Shahihah karya Syekh al-Albani)

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai pemimpin kaum. Disebutkan dalam kitab Shahihain: “Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,” (QS asy-Syams: 12) adalah orang yang jahat, perkasa, dan mulia di tengah-tengah golongannya, seperti Abu Zam’ah. (HR al-Bukhari dan Muslim)

Setelah mereka menyembelih unta, Nabi Shalih mengancam mereka dengan azab setelah berlalu tiga hari. Nabi Shalih berkata kepada mereka, “Bersukarialah kalian semua di rumah-rumah kalian selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (QS Hud: 65)

Pada hari ketiga, datanglah azab kepada mereka. Mereka disambar petir.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَقُلْ اَنْذَرْتُكُمْ صٰعِقَةً مِّثْلَ صٰعِقَةِ عَادٍ وَّثَمُوْدَ

Jika mereka berpaling maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kalian akan (bencana) petir seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud.” (QS Fushshilat: 13)

Allah Ta’ala berfirman:

فَاَخَذَتْهُمْ صٰعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُوْنِ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Maka mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS Fushshilat: 17)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita bahwa petir tersebut membinasakan seluruh kabilah tersebut yang ada di muka bumi, baik yang ada di kampung halaman maupun yang bepergian ke negeri-negeri yang jauh. Tak seorang pun di antara mereka lolos dari azab ini selain seorang laki-laki kabilah Tsamud yang sedang berada di tanah haram. Ia terlindung dari azab karena berada di tanah haram. Rasulullah menyebutkan namanya, yaitu Abu Righal. Namun, ketika ia meninggalkan tanah haram, ia pun tertimpa azab seperti yang menimpa kaumnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan para sahabat agar mereka tidak meminta mukjizat seperti yang diminta kaum Nabi Shalih, karena dikhawatirkan mereka mendustakan mukjizat tersebut, sehingga mereka binasa seperti kaum Nabi Shalih.

Baca juga: UNTA NABI SHALIH

Baca juga: KISAH ORANG MATI YANG HIDUP KEMBALI

(Dr Umar Sulaiman al-Asyqar)

Kisah