Salat tanpa kekhusyukan dan semangat pengbadian kepada Allah Ta’ala pasti tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Jika salat tidak diterima, itu berarti bahwa Allah tidak akan memberikan pahala dengan salat itu.
Kekhusyukan dalam salat terjadi pada orang yang mengkhususkan hatinya untuk salat tersebut. Ia lebih mengutamakan salatnya daripada urusan lain. Di saat seperti itu salat menjadi penyejuk hatinya.
Di antara kiat agar khusyuk dalam salat adalah:
1. Menghadirkan keagungan Allah Ta’ala
Sesorang muslim harus menghadirkan keagungan Allah Ta’ala saat salat. Dia berdiri di hadapan Penakluk langit dan bumi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat, dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.” (QS al-Zumar: 67)
2. Melihat tempat sujud
Seorang muslim harus melihat ke tempat sujud dan tidak menoleh ke arah mana pun ketika salat.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah senantiasa menghadap kepada hamba-Nya pada saat dia mendirikan salat selama dia tidak menoleh. Apabila ia memalingkan wajahnya, maka Allah-pun berpaling darinya.” (HR Ahmad)
3. Menadaburkan bacaan salat
Di antara kiat meraih khusyuk dalam salat adalah menadaburkan (merenungkan) al-Qur’an dan zikir-zikir yang dibaca saat salat.
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS Muhammad: 24)
Dengan menadaburkan zikir-zikir saat rukuk, sujud, dan yang lainnya, hati akan lebih terpengaruh dan lebih cepat mendatangkan kekhusyukan.
4. Mengingat kematian
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَا تِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ
“Apabila engkau mendirikan salat, maka salatlah seperti salatnya orang yang akan berpisah.” (HR Ahmad)
5. Mempersiapkan diri
Hendaklah seorang muslim mempersiapkan diri untuk salat. Jangan sampai ia salat dalam keadaan menahan sakit perut atau menahan kencing atau salat di hadapan makanan yang terhidang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ وَلَا وَهُوَ يُدَافِعُهُ الْاَخْبَثَانِ
“Tidak boleh salat di hadapan makanan, dan tidak boleh pula salat sambil menahan dua hal yang buruk (kencing dan buang air besar).” (HR Muslim)
Hendaklah ia menghilangkan segala sesuatu yang dapat menyebabkan lalai dari salat, seperti hiasan dan gambar.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat dengan mengenakan pakian jenis khamisah yang bergaris-garis. Dalam salat, beliau melirik ke garis-garis tersebut. Seusai salat, beliau bersabda,
اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي
“Kembalikanlah kain khamisah ini kepada Abu Jahm, dan bawakanlah kepadaku kain anbijani dari Abu Jaham. Sesungguhnya kain ini tadi telah mengganggu salatku.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
6. Mengarahkan jiwa untuk khusyuk
Seorang muslim hendaklah berusaha mengarahkan jiwa untuk khusyuk dalam salat. Khusyuk bukan perkara mudah. Maka hendaklah setiap orang bersabar dan berusaha.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-Ankabut: 69)
Usaha dan kesungguhan yang terus menerus akan mempermudah seseorang mendapatkan kekhusyukan.
7. Menghadirkan pahala dalam jiwa
Seorang muslim hendaklah menghadirkan di dalam jiwa pahala yang akan diperoleh oleh orang yang khusyuk dalam salat.
Dari Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
“Tidaklah seorang muslim didatangi salat fardu lalu memperbagus wudunya, kekhusyukannya dan rukuknya, melainkan itu semua menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, selama dia tidak melakukan dosa-dosa besar. Dan hal itu terjadi sepanjang masa.” (HR Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak khusyuknya di dalam salat. Abdullah bin al-Syikkhir berkata, “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan salat. Dari dalam dada beliau terdengar suara seperti gesekan penggiling tepung karena menangis.” (HR Abu Dawud)
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu adalah seorang laki-laki yang banyak menangis ketika salat (HR al-Bukhari) sehingga ia tidak bisa memperdengarkan suara bacaannya saat ia mengimami orang-orang.
Umar radhiyallahu ‘anhu saat mengimami orang-orang salat dan membaca surat Yusuf, isak tangisnya terdengar hingga saf terakhir, dan ia membaca,
وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
“Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, ‘Aduhai duka citaku terhadap Yusuf.’ Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan. Dan ia adalah orang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).” (QS Yusuf: 84.) (HR al-Bukhari)
Baca juga: KHUSYUK DALAM SALAT
Baca juga: SUJUD TILAWAH
(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)