HUKUM PUASA ORANG YANG SUBUH HARINYA MASIH JUNUB

HUKUM PUASA ORANG YANG SUBUH HARINYA MASIH JUNUB

Dari Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didapati oleh fajar dan beliau sedang junub disebabkan (hubungan) dengan keluarganya. Kemudian beliau mandi dan berpuasa. (HR al-Bukhari dan Muslim)

PENJELASAN

“Didapati.” Maksudnya datang kepadanya.

“Fajar.” Yaitu cahaya putih Subuh yang terbentang di ufuk.

“Dan beliau sedang junub.” Maksudnya, beliau sedang dalam keadaan junub. Junub menurut syariat adalah segala yang mewajibkan mandi, baik karena keluar mani atau jimak.

“Dengan keluarganya.” Yakni, akibat melakukan hubungan intim dengan keluarganya. Maksud ‘keluarga’ di sini adalah istri-istri. Mandi junub yang terjadi pada beliau saat itu akibat berhubungan dengan keluarga adalah dalam rangka menjelaskan bahwa beliau memang sengaja mengakhirkan mandi junub, bukan datang tiba-tiba.

“Kemudian beliau mandi.” Yakni bersuci dari junub sesudah fajar terbit.

“Dan berpuasa.” Yakni meneruskan puasanya.

Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma adalah ummahatul mukminin, dan termasuk manusia yang paling tahu tentang apa-apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Mereka mengabarkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan hubungan intim dengan istri-istrinya di bulan Ramadan. Setelah itu beliau berpuasa dan fajar pun terbit sebelum beliau mandi junub. Namun beliau meneruskan puasanya dan tidak menggantinya.

Berita dari Aisyah dan Ummu Salamah adalah jawaban atas pertanyaan Marwan bin al-Hakam ketika Marwan mengirim seseorang untuk menanyai mereka tentang hal itu.

Faedah Hadis

1️⃣ Sahnya puasa orang yang berpuasa sebelum mandi junub atau mandi setelah fajar terbit.

2️⃣ Tidak wajib bersegera mandi junub.

3️⃣ Kembali dalam hal ilmu kepada orang yang dianggap paling tahu tentang itu.

4️⃣ Boleh menyatakan secara transparan perkara yang memalukan jika diucapkan terang-terangan demi suatu maslahat.

5️⃣ Perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk hujah.

Baca juga: SIFAT MANDI JANABAT

Baca juga: ADAB-ADAB MENGERJAKAN PUASA YANG WAJIB

Baca juga: DI ANTARA KEUTAMAAN PUASA

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Fikih