Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ الله بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ، عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا. وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ، أمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يومَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menyegerakan balasan dosanya di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan balasan dosanya hingga dia datang dengan dosanya pada Hari Kiamat.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ. وَإنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ. فَمَنْ رَضِيَ، فَلَهُ الرِّضَا. وَمَنْ سَخِطَ، فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah Ta’ala, apabila mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa ridha, baginya keridhaan. Barangsiapa marah, baginya kemurkaan.” (HR at-Tirmidzi. Menurutnya hadis hasan. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah karya al-Albani)
PENJELASAN
Segala urusan berada di tangan Allah ‘Azza wa Jalla dan terjadi atas kehendak-Nya. Allah Ta’ala berfirman tentang diri-Nya:
فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ
“Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS Hud: 107),
dan Dia juga berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS al-Hajj: 18)
Maka, semua urusan berada di tangan Allah.
Manusia tidak luput dari kesalahan, baik berupa melakukan kemaksiatan maupun kelalaian dalam melaksanakan kewajiban. Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman (balasan dosanya) di dunia, bisa jadi dengan hartanya, keluarganya, dirinya sendiri, atau orang yang dicintainya. Hukuman-hukuman itu menghapuskan dosa-dosa. Apabila hukuman disegerakan dan dengannya Allah menghapuskan dosa seorang hamba, maka kelak dia berjumpa Allah tanpa dosa karena telah disucikan oleh musibah dan cobaan. Bahkan kadang-kadang kesulitan pada saat kematian diperberat untuk menghapuskan sisa satu atau dua dosa, sehingga dia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa. Ini merupakan nikmat dari Allah, karena siksa dunia lebih ringan daripada siksa akhirat.
Sebaliknya, jika Allah menghendaki keburukan bagi seorang hamba, Dia akan memberinya waktu dan menariknya secara perlahan, serta melimpahkan nikmat kepadanya dan menjauhkan bencana darinya, sampai dia menjadi sombong – na’udzu billah – dan bergembira dengan kegembiraan yang tercela atas nikmat yang Allah berikan kepadanya. Kelak dia akan menemui Rabb-nya dalam keadaan terhina dengan dosa-dosanya sehingga dia dihukum karenanya di akhirat. – Na’udzu billah –
Jadi, jika kamu melihat seseorang menentang Allah dengan melakukan kemaksiatan, tetapi Allah melindunginya dari bencana dan melimpahkan nikmat kepadanya, maka ketahuilah bahwa Allah menghendaki keburukan kepadanya. Allah menunda hukuman baginya hingga dia datang dengan dosa-dosanya pada Hari Kiamat.
Besarnya Pahala Sebanding dengan Besarnya Ujian
Dalam hadis ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian.”
Yakni, semakin besar ujian, semakin besar pahala yang diperoleh. Ujian yang kecil memiliki pahala yang sedikit. Ujian yang besar memiliki pahala yang besar. Itu karena Allah ‘Azza wa Jalla memiliki karunia atas manusia. Jika Dia menguji mereka dengan kesulitan, Dia akan memberi mereka pahala yang besar atasnya. Jika musibah itu ringan, maka pahalanya pun ringan.
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah Ta’ala, apabila mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa ridha, baginya keridhaan. Barangsiapa marah, baginya kemurkaan.”
Hadis ini merupakan kabar gembira bagi orang yang beriman. Jika dia diuji dengan musibah, janganlah dia mengira bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membencinya. Bahkan, ini bisa jadi merupakan tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya dengan musibah. Jika dia ridha, bersabar, dan mengharapkan pahala, maka baginya keridhaan. Jika dia marah, maka baginya kemurkaan.
Dalam hadis ini terdapat anjuran agar manusia bersabar atas musibah-musibah yang menimpanya hingga dicatatkan baginya keridhaan dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah-lah yang memberikan taufik.
Baca juga: BESARNYA PAHALA SEBANDING DENGAN BESARNYA UJIAN
Baca juga: AMAL TERGANTUNG PADA NIAT
Baca juga: HUKUMAN DISEGERAKAN KEPADA ORANG YANG ALLAH KEHENDAKI KEBAIKAN
(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)