Bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Lihatlah amal kalian dan bersiaplah untuk melakukan perpindahan dan perjalanan, karena di hadapan kalian terdapat bahaya dan kengerian, serta balasan atas perbuatan yang telah kalian lakukan. Kalian tidak akan dibiarkan begitu saja, akan tetapi akan diperhitungkan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِى الزُّبُرِ وَكُلُّ صَغِيْرٍ وَّكَبِيْرٍ مُّسْتَطَرٌ
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku–buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS al-Qamar: 52-53)
Di hadapan kalian ada sakaratul maut dan kematian, kubur dan kegelapannya, perhitungan amal dan kengeriannya, pertanyaan malaikat dan ketakutannya. Lalu, persiapan apa yang telah kalian lakukan untuk menghadapi hal-hal tersebut? Allah Ta’ala telah mengingatkan hamba-hamba-Nya dengan kematian agar mereka bersiap sebelum kedatangannya.
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ؛ وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang dari kalian, lalu ia berkata, ‘Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS al-Munafiqun: 9-11)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?”
Beliau menjawab,
أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنِى. وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا لِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ
“Kamu bersedekah ketika kamu sehat, merasa kikir, takut fakir, dan berangan-angan kaya. Janganlah kamu menunda (bersedekah) hingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan, kamu berkata, ‘Untuk si Fulan sekian. Untuk si Fulan sekian,’ padahal harta itu telah menjadi milik si Fulan (ahli waris).” (HR al-Bukhari, Muslim dan lainnya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi untuk selalu mengingat kematian dan memutus angan-angan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمَ اللَّذَّاتِ، اَلْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian.” (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, dan beliau menghasankannya)
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوْصِى فِيْهِ يَبِيْتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيِّتُهُ مَكْتُوْبَةٌ عِنْدَهُ
“Tidak pantas bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang ingin ia wasiatkan melewati dua malamnya melainkan wasiatnya itu tertulis di sisinya.” (HR al-Bukhari, Muslim, dan Malik)
Ketika kematian tiba, catatan amal ditutup, dan tobat tidak diterima lagi.
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba selagi nyawa belum sampai tenggorokan.” (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi. at-Tirmidzi berkata, “Hadis ini hasan.”)
Ketika manusia meninggal dunia, terungkaplah kebenaran dan kesalahannya, serta jelaslah kesudahannya.
Ketika seorang mukmin meninggal dunia,
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ؛ نَحْنُ اَوْلِيَاۤؤُكُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ ۚوَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْٓ اَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ؛ نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ
“Malaikat akan turun kepada mereka sambil berkata, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih. Bergembiralah dengan Surga yang dijanjikan Allah kepada kamu. Kami adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat. Di dalamnya kamu akan memperoleh apa yang kamu inginkan, dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta, sebagai pemberian (bagi kalian) dari yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Fushshilat: 30-32)
Ketika orang kafir meninggal dunia, ia akan merasa sakit dan diazab, seperti firman Allah Ta’ala:
وَلَوْ تَرٰٓى اِذْ يَتَوَفَّى الَّذِيْنَ كَفَرُوا الْمَلٰۤىِٕكَةُ يَضْرِبُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَاَدْبَارَهُمْۚ وَذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ؛ ذٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْكُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ
“Dan kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), ‘Rasakanlah olehmu azab Neraka yang membakar,’ (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya.” (QS an-Anfal: 50-51)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَلَوْ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوْنَ فِيْ غَمَرٰتِ الْمَوْتِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ بَاسِطُوْٓا اَيْدِيْهِمْۚ اَخْرِجُوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ اَلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ اٰيٰتِهٖ تَسْتَكْبِرُوْنَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat sewaktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu. Hari ini kamu dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.’” (QS al-An’am: 93)
Saat itulah orang kafir berharap kembali ke dunia untuk memperbaiki amalnya yang rusak dan untuk memanfaatkan waktu yang telah disia-siakan. Tetapi tentu saja ia tidak mungkin kembali ke dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ؛ لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, ia berkata, ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. ‘Sekali-kali tidak.’ Sesungguhnya itu adalan perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS al-Mu’minun: 99-100)
Kematian tidak dapat dihalangi oleh benteng yang tebal, tidak dapat dihalau oleh pasukan yang kuat, tidak dapat ditebus dengan harta yang banyak, dan tidak dapat ditunda waktunya. Kematian merenggut orang kaya dan orang miskin, orang besar dan orang kecil, orang terhormat dan orang hina. Kematian mendatangi orang mukmin dan orang kafir, orang bertakwa dan pendosa. Kematian menghampiri raja dan rakyat jelata. Semuanya sama di alam kubur.
اِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ
“Hanya kepada Kamilah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui segala isi hati.” (QS Luqman: 23)
وَرُدُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ مَوْلٰىهُمُ الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ
“Dan mereka dikembalikan kepada Allah pelindung mereka yang sebenarnya, dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan.” (QS Yunus: 30)
Setelah mati, semua akan menghadapi alam kubur dan kengeriannya. Alam kubur adalah persinggahan pertama di alam akhirat. Alam kubur bisa jadi merupakan salah satu taman dari taman-taman Surga, bisa jadi pula salah satu lubang dari lubang-lubang Neraka. Kubur akan diluaskan bagi orang mukmin sejauh mata memandang. Bagi orang kafir kubur akan disempitkan hingga tulang rusuknya terlepas dan berantakkan. Adanya azab kubur telah dinyatakan dalam hadis-hadis mutawatir yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ، فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أرْبَعٍ
“Apabila salah seorang dari kalian bertasyahud, maka berlindunglah kepada Allah dari empat perkara.”
Kemudian beliau berucap,
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab Neraka Jahanam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah al-Masih ad-Dajjal.” (HR Muslim)
Azab kubur terjadi karena beberapa sebab, sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melintasi dua kuburan, kemudian berkata:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ. وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ، وَأَمَّا الْآخَرُفَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ
“Sesungguhnya keduanya sedang diazab. Mereka tidak diazab karena kemaksiatan yang besar. Yang satu diazab karena berkeliling sambil menyebar namimah (adu domba), sedangkan yang lain tidak menjaga diri dari air kencing.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Azab kubur terjadi bagi orang kafir dan orang mukmin.
Orang kafir diazab karena kekafirannya. Orang mukmin diazab karena maksiatnya. Azab kubur adalah azab di alam barzakh. Orang yang meninggal dunia dan berhak mendapatkan azab akan diazab, apakah ia dikubur atau tidak, dimakan binatang buas atau terbakar hingga menjadi abu lalu ditebarkan ke udara, disalib atau tenggelam di laut. Azab kubur meliputi tubuh dan roh, sebagaimana azab yang dirasakan oleh orang mati yang dikuburkan. Azab kubur merupakan perkara akhirat. Kita meyakininya (mengimaninya), tetapi tidak tahu bagaimana azab itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Banyak hadis mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang nikmat dan azab kubur bagi yang berhak menerimanya, serta pertanyaan dua malaikat. Hal itu harus diyakini dan diimani, serta tidak dibahas bagaimana caranya. Akal (logika) tidak bisa membayangkan caranya. Karena alam kubur tidaklah sama dengan alam dunia. Kembalinya roh ke dalam tubuh tidaklah sama dengan apa yang terjadi di dunia.
Jika engkau merenungkan dengan sungguh-sungguh bahwa keadaan kubur adalah salah satu taman dari taman-taman Surga atau salah satu lubang dari lubang-lubang Neraka, maka hal itu selaras dengan logika, karena memang benar adanya dan tidak ada keraguan di dalamnya. Oleh karena itu, orang yang beriman kepada hal yang gaib berbeda dengan orang yang tidak beriman kepada hal yang gaib.
Harus diketahui bahwa api dan kenikmatan yang ada dalam kubur tidaklah sama dengan api dan kenikmatan dunia. Meskipun Allah melindungi kubur dengan tanah dan batu di atasnya, namun api di bagian dalamnya lebih panas daripada api dunia. Jika manusia di dunia menyentuhnya, mereka tidak akan kuat menahannya. Yang lebih mengherankan dari itu semua adalah bahwa jika dua orang dikubur secara berdampingan, yang satu berada di salah satu lubang Neraka dan yang lain berada di salah satu taman Surga, maka panas yang berada di kubur yang satu tidak sampai ke kubur yang lain, kenikmatan yang berada di kubur yang satu tidak sampai ke kubur yang lain. Kekuasaan Allah lebih luas daripada semua itu dan sangat menakjubkan. Akan tetapi, jiwa manusia gemar mendustakan sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pengetahuan manusia.”
Allah Ta’ala telah memperlihatkan keajaiban kekuasaan-Nya di dunia ini kepada kita yang lebih agung daripada itu. Apabila Allah berkehendak memperlihatkan sedikit tentang hal itu kepada sebagian hamba-Nya, Dia akan memperlihatkannya kepada sebagian dan menyembunyikannya dari sebagian lainnya. Seandainya Allah memperlihatkan kepada seluruh hamba-Nya tentang hal itu, niscaya akan hilang hikmah adanya taklif dan iman kepada yang gaib. Karena itulah manusia saling menguburkan, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Seandainya kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan azab kubur kepada kalian sebagaimana yang aku dengar.” (HR Muslim)
Setelah alam kubur, ada yang lebih dahsyat dan lebih kekal dari kubur, yaitu Hari Kiamat: hari kebangkitan dari kubur, padang Mahsyar, dan hisab (perhitungan amal). Hari itulah yang membuat semua perempuan yang menyusui anaknya meninggalkan anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil gugur kandungannya. Engkau akan melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, melainkan mereka diazab oleh Allah dengan azab yang sangat pedih.
Hari ketika bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan, kemudian berjalan dan menjadi fatamorgana. Pada hari itu anak-anak tiba-tiba beruban, dan mata-mata terbelalak:
يَوْمَ يَدْعُ الدَّاعِ اِلٰى شَيْءٍ نُّكُرٍۙ خُشَّعًا اَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْاَجْدَاثِ كَاَنَّهُمْ جَرَادٌ مُّنْتَشِرٌ مُّهْطِعِيْنَ اِلَى الدَّاعِۗ يَقُوْلُ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌ
“(Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) berseru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil menundukkan pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan belalang yang beterbangan. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, ‘Ini adalah hari yang berat.’” (QS al-Qamar: 6-8)
Manusia berdiri di satu padang. Matahari didekatkan hanya sejarak satu atau dua mil saja. Mereka merasakan panasnya, dan berkeringat sesuai dengan amal mereka. Ada yang tenggelam dalam keringatnya sampai tumitnya. Ada yang tenggelam dalam keringatnya sampai pinggangnya. Ada juga yang sangat terkekang. Mereka berdiri untuk diperhitungkan amalnya. Ada yang perhitungan amalnya susah. Ada pula yang perhitungan amalnya mudah.
Mereka akan diberikan catatan amal masing-masing. Ada yang catatan amalnya diberikan dengan tangan kanan, ada yang diberikan dengan tangan kiri, dan ada juga yang diberikan dari balik punggungnya.
Amal kebaikan hamba diletakkan di satu sisi timbangan (mizan), sementara amal keburukan diletakkan di sisi yang lain. Jika amal kebaikannya lebih berat, beruntunglah ia. Jika amal keburukannya lebih berat, rugilah ia.
Allah Ta’ala berfirman:
وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يَظْلِمُوْنَ
“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS al-A’raf: 8-9)
Kemudian mereka melintasi as-Shirath. as-Shirath adalah jembatan yang terbentang di atas Jahanam yang akan dilalui oleh orang-orang dulu dan orang-orang sekarang, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا؛ ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا
“Dan tidak seorang pun daripada kalian melainkan mendatangi Neraka. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang–orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryam: 71-72)
Ibnu Katsir rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Semua manusia akan mendatangi as-Sirath. Kedatangan mereka ke as-Sirath yaitu dengan berdiri di sekitar Neraka. Kemudian mereka akan melintasi as-Sirath. Ada yang melintasinya seperti kilat. Ada yang melintasinya seperti angin. Ada yang melintasinya seperti burung. Ada yang melintasinya seperti kuda yang sangat bagus. Ada yang melintasinya seperti unta yang bagus. Ada yang melintasinya dengan merangkak. Hingga orang yang terakhir melintasi as-Shirath adalah orang yang cahayanya berada di ibu jari kedua telapak kakinya. Ia melintasi as-Shirath dengan bergoyang-goyang.
as-Shirath merupakan titian yang licin dan menggelincirkan. Di atas as-Shirath terdapat pepohonan seperti tumbuhan yang berduri. Di kedua tepinya terdapat malaikat yang membawa cakar-cakar besi yang berasal dari api yang siap mencakar-cakar manusia. (HR Ibnu Abu Hatim)
Sedangkan firman Allah Ta’ala, “Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa.” (QS Maryam: 72) maknanya adalah apabila semua makhluk sudah melintasi as-Shirath dan orang-orang yang kafir dan orang-orang yang suka bermaksiat sudah jatuh ke dalam Neraka sesuai dengan amal mereka, Allah akan menyelamatkan orang-orang mukmin yang bertakwa dari Neraka sesuai dengan amal mereka. Kecepatan lintasan mereka di atas as-Shirath sesuai dengan amal mereka di dunia.
Orang-orang salaf dulu sangat takut terhadap ayat ini. Seorang salaf yang bernama Abu Maisarah, apabila hendak menuju pembaringan, berkata, “Seandainya ibuku tidak melahirkan aku ke dunia.” Kemudian ia menangis tersedu-sedu. Ada orang yang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Maisarah?” Ia menjawab, “Allah memberitahukan bahwa kita akan mendatangi as-Shirath, tetapi kita tidak diberitahu apakah kita akan mampu melintasinya.”
Dari al-Hasan al-Bashri, Abdullah bin Mubarak berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada saudaranya, ‘Apakah engkau diberitahu bahwa engkau akan mendatangi Neraka?’ Saudaranya menjawab, ‘Ya.’ Ia bertanya lagi, ‘Apakah engkau diberitahu bahwa engkau mampu melintasinya?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Lelaki itu berkata, ‘Lalu mengapa engkau tertawa?’”
Bertakwalah kepada Allah, dan bersiaplah untuk menghadapi Hari Kiamat dengan takwa kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ؛ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ اَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى وَلٰكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيْدٌ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu. Sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat kegoncangan itu, lalailah semua perempuan yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya, dan gugurlah kandungan segala perempuan yang hamil, dan kalian lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah sangat keras.” (QS al-Hajj: 1-2)
Bertakwalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa beriman kepada Hari Akhir merupakan salah satu rukun iman yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, dan telah disepakati oleh agama-agama samawi. Beriman kepada Hari Akhir adalah dengan bersiap untuk menghadapinya, karena beriman kepada Hari Akhir akan membawa manusia untuk beramal saleh dan bertobat dari amal yang buruk.
Allah Ta’ala berfirman:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya.” (QS al-Kahfi: 110)
Iman kepada Hari Akhir akan menjadikan manusia bersabar dalam melakukan kapatuhan kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan-Nya, serta menjadikannya selalu menjaga salat dan segala macam ketaatan lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
“Jadikanlan sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabbnya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS al-Baqarah: 45-46)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang orang-orang yang baik:
يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهٗ مُسْتَطِيْرًا وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا فَوَقٰىهُمُ اللّٰهُ شَرَّ ذٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقّٰىهُمْ نَضْرَةً وَّسُرُوْرًاۚ وَجَزٰىهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَّحَرِيْرًا
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kalian dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera.” (QS al-Insan: 7-12)
Iman kepada Hari Akhir juga akan membuat manusia teguh dalam situasi jihad dan meraih syahid di jalan Allah, sebagaimana diberitakan oleh Allah Ta’ala tentang kaum Thalut, bahwa ketika sebagian mereka berkata,
لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ ۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِ ۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢبِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya. Orang–orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.’” (QS al-Baqarah: 249)
Tidak beriman kepada Hari Akhir akan menimbulkan kekafiran, kemaksiatan, kezaliman, permusuhan, penyelewengan, dan kerusakan.
Allah Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ اُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya adalah Neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS Yunus: 7-8)
Allah Ta’ala juga berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.” (QS Shad: 26)
Allah Ta’ala berfirman tentang penghuni Neraka:
اِنَّهُمْ كَانُوْا لَا يَرْجُوْنَ حِسَابًاۙ وَّكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا كِذَّابًا
“Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya.” (QS an-Naba’: 27-28)
Allah Ta’ala juga berfirman:
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS al-Ma’un: l-3)
Bertakwalah kepada Allah. Janganlah kalian melupakan Hari Akhir yang pasti akan kalian temui. Tidak seorang pun tertinggal dari asalnya. Bersiap-siaplah untuk Hari Akhir dengan amal saleh, bertobat dari dosa dan sikap meremehkan. Ikutilah apa yang diturunkan dari Allah kepada kalian. Berpegang-teguhlah pada sunah Nabi kalian. Berhati-hatilah dari bidah dan pelanggaran. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab suci Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Baca juga: MEMPERBAIKI HUBUNGAN
Baca juga: PENYESALAN DI HARI KIAMAT
Baca juga: AL-QUR’AN MEMBERI SYAFAAT PADA HARI KIAMAT
(Syekh Dr Shalih bin Fauzan al-Fauzan)