ISTRI YANG SALEH, NIKMAT YANG BESAR

ISTRI YANG SALEH, NIKMAT YANG BESAR

Istri yang saleh adalah istri yang jika suami memandangnya dia membuat suaminya senang; jika suami memerintah, dia taat; dan jika suami sedang tidak di rumah, dia menjaga dirinya, kehormatannya dan harta suaminya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar Ibnu al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu,

أَلَا أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ؟ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

Maukah engkau kuberitahu sebaik-baik perbendaharaan bagi seorang laki-laki? Yaitu istri yang saleh yang bila dipandang menyenangkannya, bila diperintah menaati, dan bila ia pergi sang istri menjaga dirinya.” (HR Abu Dawud. Hadis sahih sesuai syarat Muslim.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan perempuan yang saleh sebagai sebaik-baik perhiasan dunia.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Dunia adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah perempuan (istri) yang saleh (baik).” (HR Muslim)

Istri yang saleh adalah istri yang penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya jika suaminya marah dan mencari maafnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لَا أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

Maukah kalian kuberitahu istri-istri kalian yang menjadi penghuni Surga? Yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, “Aku tidak dapat tidur sebelum engkau rida.” (HR an-Nasa-i. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)

Termasuk kebahagian seorang hamba adalah istri yang saleh, tempat tinggal yang luas, dan kendaraan yang nyaman. Dan termasuk kesengsaraan seorang hamba adalah istri yang berakhlak buruk, kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ

Empat perkara yang termasuk kebahagiaan: istri yang saleh, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat perkara yang termasuk kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang tidak nyaman.” (HR Ibnu Hibban. Disahihkan oleh-Syekh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)

Istri yang saleh adalah istri yang bersegera memenuhi ajakan suaminya untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا

Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu sang istri menolak (enggan) melainkan Yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami rida kepadanya.” (HR Muslim)

إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ هَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ

Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Abu Dawud)

Istri yang saleh adalah istri yang membantu suaminya dalam perkara agama dan dunianya dan memotivasinya untuk makan makanan yang halal. Ia sebagaimana yang dikatakan oleh perempuan salafus saleh kepada suaminya ketika hendak keluar rumah untuk mencari nafkah, “Bertakwalah engkau kepada Allah. Janganlah engkau pulang dengan membawa rezeki yang haram untuk kami, karena kami mampu bersabar menahan lapar di dunia, tetapi tidak mampu bersabar menahan panas api Neraka di akhirat.”

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Ketika ayat ini turun,

وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak,” (QS at-Taubah: 34) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah emas dan perak!

Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami juga memakainya.”

Beliau bersabda,

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِيْنُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ

Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berzikir, dan istri yang saleh yang akan membantunya dalam urusan akhiratnya.” (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Istri yang saleh membantu suaminya untuk taat kepada Allah, mendidik anak-anaknya untuk bertakwa kepada Allah.

al-Hasan al-Bashri berkata berkaitan dengan firman Allah Ta’ala:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),” (QS al-Furqan: 74) bahwa Allah menampakkan ketaatan seorang muslim kepada Allah Ta’ala pada istrinya, saudaranya dan temannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati laki-laki yang baik agamanya agar memilih perempuan yang baik pula agamanya. Beliau bersabda,

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لْأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ

Perempuan dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah perempuan karena agamanya, niscaya engkau beruntung” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Agama mampu menutupi kekurangan yang ada pada perempuan dan menggantinya dengan yang lebih baik. Tidak ada yang dapat mengganti sesuatu selain bagusnya agama seseorang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ

Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu.” (al-Baqarah: 221)

Ahmad bin Harb berkata, “Jika terkumpul pada diri seorang perempuan enam perkara, maka telah sempurnalah kebaikannya. Keenam perkara itu adalah menjaga salat lima waktu, taat kepada suaminya, mencari keridaan Allah, menjaga lisannya dari menggunjing dan adu domba, zuhud (tidak tamak) terhadap kekayaan dunia, dan sabar ketika mendapat musibah.”

Baca juga: KESETIAAN DAN TOLERANSI DALAM PERGAULAN SUAMI ISTRI

Baca juga: ISTRI BERPERANGAI BURUK KEPADA SUAMI

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Kelembutan Hati