PERINTAH UNTUK MENGINGAT KEMATIAN

PERINTAH UNTUK MENGINGAT KEMATIAN

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ: الْمَوْتَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلَّا وَسَّعَهُ عَلَيْهِ، وَلَا ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلَّا ضَيَّقَهَا

Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian, karena tidaklah seseorang mengingatnya dalam kesempitan hidup kecuali akan melapangkannya, dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam kelapangan hidup kecuali akan menyempitkannya.” (HR al-Baihaqi, Ibnu Hibban, al-Bazzar. Disahihkan oleh Syekh al-Albani. Lihat Shahih al-Jami’)

PENJELASAN

al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Para ulama kita rahimahumullah menyatakan, ‘Sabda beliau, ‘Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian,’ adalah ungkapan yang singkat namun sarat dengan peringatan dan pelajaran. Sebab, siapa yang benar-benar mengingat kematian, niscaya hilanglah semua kenikmatan yang sedang atau akan dia rasakan, dan dia akan bersikap zuhud terhadap kenikmatan yang diangan-angankan. Namun, jiwa-jiwa ini sering membeku dan hati-hati ini lalai, sehingga mereka memerlukan nasihat yang panjang dengan bahasa yang indah.’

Ketahuilah bahwa mengingat kematian akan menimbulkan rasa cemas terhadap dunia yang fana ini, serta memunculkan kesadaran untuk senantiasa bersiap menuju negeri akhirat yang kekal. Manusia tidak pernah terlepas dari dua keadaan: kesempitan dan kelapangan, kenikmatan dan ujian. Jika seseorang berada dalam kesulitan atau mendapat ujian lalu mengingat kematian, maka apa yang dialaminya akan terasa lebih ringan, karena kesulitan itu tidak berlangsung selamanya, sementara kematian adalah ujian yang jauh lebih berat. Sebaliknya, jika ia berada dalam kelapangan atau menikmati kenikmatan, maka dengan mengingat kematian, ia tidak akan tertipu dan terlena dengan kenikmatan yang ada, karena ia menyadari bahwa semua itu pasti akan berakhir.

Umat Islam telah sepakat bahwa kematian tidak datang pada usia, waktu, atau penyakit tertentu. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang selalu siap menghadapinya.”

ad-Daqqaq rahimahullah berkata, “Barang siapa sering mengingat kematian, maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara: (1) segera bertobat, (2) merasa cukup di dalam hati, dan (3) semangat dalam beribadah. Sebaliknya, barang siapa melupakan kematian, maka dia akan dihukum dengan tiga hal: (1) menunda tobat, (2) tidak puas dengan kesederhanaan, dan (3) malas dalam beribadah.”

Wahai anak Adam, pernahkah kamu memikirkan bagaimana keadaanmu saat hari kematianmu tiba, ketika kamu meninggalkan kehidupanmu yang sekarang, dan dipindahkan dari tempat yang luas menuju kubur yang sempit, ketika sahabat dan teman dekatmu berbalik mengkhianatimu, ketika saudara dan kawanmu meninggalkanmu? Kamu akan dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu menuju kehinaan dan aib. Mereka menutupi tubuhmu dengan tanah dan lumpur, padahal sebelumnya kamu terbiasa dengan selimut yang lembut.

Wahai pengumpul harta yang sibuk membangun rumah, demi Allah, pada hari itu kamu tidak memiliki apa-apa selain kain kafan, dan bahkan kain kafan itu pun, demi Allah, akan robek dan hancur. Tempat kembali jasadmu adalah tanah. Lalu, di manakah harta yang telah kamu kumpulkan? Apakah hartamu bisa menyelamatkanmu dari kengerian hari itu? Sekali-kali tidak. Kamu akan menyerahkan seluruh hartamu kepada orang yang tidak memujimu, dan kamu akan mendatangi Allah, Yang tidak akan memberimu udzur, dengan membawa seluruh dosamu.

Baca juga: LARANGAN MENGHARAPKAN KEMATIAN KARENA KESULITAN

Baca juga: PENYEBAB PANJANG ANGAN-ANGAN DAN SOLUSINYA

Baca juga: HIKMAH PENCIPTAAN JIN DAN MANUSIA

(Dr Ahmad Mushthafa Mutawalli)

Akidah