SABAR DALAM MENGHADAPI MUSUH

SABAR DALAM MENGHADAPI MUSUH

Dari Abu Ibrahim, ‘Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Di hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan bertemu dengan musuh, beliau menunggu hingga matahari condong (ke barat), kemudian beliau berdiri di hadapan mereka dan bersabda,

يَا أيُّهَا النَّاسُ، لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ، وَاسْأَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ. فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا. وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ

Wahai umat manusia, janganlah berharap bertemu dengan musuh; mohonlah keselamatan kepada Allah. Namun, jika kalian bertemu dengan mereka, bersabarlah. Ketahuilah bahwa Surga berada di bawah bayangan pedang.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الْأَحْزَابِ، اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ

Ya Allah, Zat yang menurunkan Kitab, yang menggerakkan awan, dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Dari ‘Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa peperangan menunggu hingga matahari condong ke barat, yakni sampai matahari bergeser. Beliau melakukan hal itu agar udara menjadi sejuk, bayangan memanjang, dan orang-orang merasa lebih nyaman. Setelah matahari mulai condong ke barat, beliau berdiri di hadapan orang-orang dan memberikan khotbah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memberikan khotbah kepada orang-orang secara rutin, seperti khotbah pada hari Jumat, serta khotbah insidental jika diperlukan. Beliau berdiri untuk menyampaikan khotbah, dan hal ini sangat sering terjadi.

Dalam salah satu khotbahnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah berharap bertemu dengan musuh.” Artinya, seseorang tidak seharusnya mengharapkan bertemu dengan musuh dengan berdoa, “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuhku.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mohonlah keselamatan kepada Allah.” Artinya, hendaklah kamu berdoa, “Ya Allah, berikanlah kami keselamatan.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian bertemu dengan mereka dan diuji dengan itu, bersabarlah.” Inilah inti dari hadis ini. Artinya, kaum muslimin harus bersabar dalam memerangi musuh dan memohon pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla. Berperanglah agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa Surga itu di bawah bayangan pedang.” – Kita memohon kepada Allah karunia-Nya -. Artinya, Surga berada di bawah bayangan pedang yang dibawa oleh para mujahid yang berjuang di jalan Allah. Seorang mujahid yang berjuang di jalan Allah, jika terbunuh, akan menjadi penghuni Surga, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup di sisi Rabb-nya mendapat rezeki. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (QS Ali ‘lmran: 169-171)

Seorang syahid yang terbunuh di jalan Allah tidak merasakan pukulan atau tusukan, seolah-olah itu bukan apa-apa. Dia hanya merasakan rohnya keluar dari dunia menuju kenikmatan abadi selamanya. – Kami memohon kepada-Mu, ya Allah, karunia-Mu -. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan ketahuilah bahwa Surga berada di bawah bayangan pedang.”

Di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah Anas bin an-Nadr. Dia berkata, “Demi Allah, sungguh aku mencium bau Surga di balik Uhud.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Perhatikanlah, bagaimana Allah membuka penciumannya hingga dia benar-benar mencium bau Surga di balik Uhud. Kemudian dia bertempur hingga terbunuh. Pada tubuhnya ditemukan lebih dari delapan puluh luka, termasuk pukulan pedang, tusukan tombak, panah, dan lainnya. Dia terbunuh sebagai syahid. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa Surga berada di bawah bayangan pedang.”

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, Zat yang menurunkan Kitab, yang menggerakkan awan, dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.”

Ini adalah doa yang sepatutnya dipanjatkan oleh seorang mujahid ketika bertemu dengan musuh.

Di sini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertawasul kepada Allah melalui ayat-ayat syar’iyyah dan kauniyyah.

Yang menurunkan Kitab.” Beliau bertawasul dengan turunnya kitab, yaitu al-Qur’an al-Karim, atau bisa juga merujuk pada seluruh kitab suci. Yang dimaksud di sini adalah jenisnya, yakni kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan kepada para nabi sebelumnya.

Yang menggerakkan awan.”  Ini adalah ayat kauniyyah. Awan yang berada di antara langit dan bumi tidak ada yang menggerakkannya kecuali Allah Azza wa Jalla. Seandainya semua umat berkumpul dengan membawa segala peralatan dan perlengkapan untuk menggerakkan awan atau mengubah arahnya, mereka tetap tidak akan mampu melakukannya. Hanya Allah yang dapat mengendalikan awan, yang apabila menghendaki sesuatu, Dia cukup berfirman, “Kun fa yakuun (Jadilah! Maka terjadilah ia).”

Yang mengalahkan musuh.” Allah Azza wa Jalla saja yang mengalahkan musuh.

Di antara bukti kekuasaan Allah adalah kekalahan pasukan Ahzab dalam Perang Ahzab.  Saat itu, lebih dari sepuluh ribu pasukan musuh berkumpul di sekitar Madinah untuk melawan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, Allah Ta’ala mengalahkan dan menghalau mereka.

وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا

Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun.” (QS al-Ahzab: 25)

Allah mengutus angin dan bala tentara untuk memporak-porandakan mereka, menerbangkan peralatan masak mereka, dan merobohkan tenda-tenda mereka. Mereka tidak mampu bertahan menghadapi angin yang sangat kencang, dingin, dan datang dari arah timur, hingga akhirnya mereka meninggalkan medan perang.

Allah Ta’ala berfirman:

وَرَدَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا۟ خَيْرًا ۚ وَكَفَى ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلْقِتَالَ

Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan.” (QS al-Ahzab: 25)

Allah Azza wa Jalla-lah yang mengalahkan pasukan Ahzab, bukan kekuatan manusia. Kekuatan manusia hanyalah sebab yang bisa bermanfaat atau tidak. Kita diperintahkan untuk melakukan sebab-sebab yang diperbolehkan. Namun, yang sebenarnya mengalahkan musuh adalah Allah Azza wa Jalla.

Faedah Hadis

Dalam hadis ini terdapat beberapa faedah:

Pertama, seseorang tidak boleh berharap bertemu dengan musuh. Namun, ini tidak berarti kita tidak boleh berharap mati syahid. Berharap mati syahid diperbolehkan dan tidak termasuk dalam larangan ini, bahkan bisa jadi dianjurkan. Adapun bertemu dengan musuh, janganlah diharapkan, karena hal itu dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda, “Janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh.”

Kedua, seseorang hendaklah memohon keselamatan kepada Allah, karena keselamatan dan kedamaian tidak ada bandingannya. Janganlah berharap peperangan dan pertempuran. Mohonlah kepada Allah keselamatan dan kemenangan bagi agama-Nya. Namun, jika kamu bertemu dengan musuh, bersabarlah.

Ketiga, jika seseorang bertemu dengan musuh, wajib baginya untuk bersabar.

Allah Ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَٱثْبُتُوا۟ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu pasukan (musuh), maka berteguh-hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berdzikir dan berdoa) agar kalian beruntung. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berselisih yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatan kalian hilang, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Anfal: 45-46)

Keempat, panglima perang atau pemimpin ekspedisi harus memperlakukan pasukannya dengan lemah lembut. Jangan memulai peperangan kecuali pada waktu yang tepat, baik dari segi hari maupun musimnya. Misalnya, hindarilah berperang di musim panas karena sangat berat, dan juga di musim dingin karena kondisi yang sangat sulit. Jika memungkinkan, lakukanlah peperangan di antara kedua musim tersebut, seperti pada musim semi atau musim gugur. Waktu-waktu inilah yang paling ideal untuk berperang.

Kelima, seseorang hendaknya berdoa dengan doa berikut ini:

اللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، وَمُجْرِيَ السَّحَابِ، وَهَازِمَ الأحْزَابِ، اهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ

Ya Allah, Zat yang menurunkan Kitab, yang menggerakkan awan, dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.”

Keenam, berdoalah untuk kekalahan musuh, karena mereka adalah musuh-musuhmu dan musuh-musuh Allah. Sesungguhnya orang kafir bukan hanya musuh bagimu, tetapi juga musuh bagi Rabb-mu, para nabi-Nya, malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan setiap orang yang beriman. Oleh karena itu, hendaklah kamu selalu memohon kepada Allah agar Dia mengalahkan musuh-musuh dari kalangan orang-orang kafir, mengalahkan mereka, dan memberi kemenangan kepada kita atas mereka.

Allah-lah yang memberi taufik.

Baca juga: PERSAUDARAAN DALAM ISLAM

Baca juga: AKIDAH ISLAM

Baca juga: IKHLAS DALAM BERAMAL DAN MENAFKAHKAN HARTA

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah Riyadhush Shalihin