TAUHID RUBUBIYAH: MEMENUHINYA BELUM CUKUP MENYELAMATKAN DIRI DARI NERAKA

TAUHID RUBUBIYAH: MEMENUHINYA BELUM CUKUP MENYELAMATKAN DIRI DARI NERAKA

Tauhid rububiyah adalah tauhid yang mengesakan Allah Azza wa Jalla berkenaan dengan penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan. Maknanya, seseorang harus yakin bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah, dan bahwa semua kekuasaan dan pengaturan mutlak berada di Tangan Allah Azza wa Jalla.

Allah Ta’ala berfirman:

هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللّٰهِ يَرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۖ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ

Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberi rezeki kepada kalian dari langit dan bumi? Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Maka mengapakah kalian berpaling (dari ketauhidan)?” (QS Fathir: 3)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.” (QS Ali Imran: 189)

Allah Taala juga berfirman:

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَاۤءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗٓ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS as-Sajdah: 5)

Tauhid rububiyah inilah yang tidak seorang pun dari kaum musyrikin mengingkarinya, baik dahulu maupun sekarang. Mereka mengakui bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan berbagai keistimewaan rububiyah. Bahkan hingga orang-orang musyrikin di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengakui tauhid rububiyah ini.

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,’ niscaya mereka menjawab Allah.” (QS az-Zumar: 38)

Dan ayat-ayat lain yang menunjukkan pengakuan mereka akan tauhid rububiyah.

Tidak ada yang mengingkari tauhid jenis ini selain Fir’aun, orang-orang majusi dan kalangan Dahriah yang mengatakan:

وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا الدَّهْرُۚ

Dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (QS al-Jatsiyah: 24)

Sedangkan Fir’aun adalah orang yang berkata,

يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ

Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.” (QS al-Qashash: 38)

Dia juga berkata:

 اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ

Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS an-Nazi’at: 24)

Tidaklah Fir’aun mengucapkan kalimat-kalimat itu melainkan karena sombong, keras kepala, dan congkak. Dia telah dibantah oleh Musa ‘alaihissalam dengan mengajukan hujah kepadanya.

Fir’aun adalah seorang yang menyombongkan diri yang mengetahui hakikat dirinya dan mengetahui bahwa Allah adalah Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Penguasa. Allah adalah satu-satunya Pemilik segala macam ibadah.

Allah Ta’ala ketika menceritakan sanggahan Musa terhadap Fir’aun berfirman:

قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَآ اَنْزَلَ هٰٓؤُلَاۤءِ اِلَّا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ بَصَاۤىِٕرَۚ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّكَ يٰفِرْعَوْنُ مَثْبُوْرًا

Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku mengira kamu, wahai Fir’aun, seorang yang akan  binasa.’” (QS al-lsra’: 102)

Selain itu Allah  menyampaikan kepada kita apa sesungguhnya yang berada di dalam batin Fir’aun dan kaumnya dengan berfirman:

وَجَحَدُوْا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَآ اَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَّعُلُوًّاۗ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS an-Naml: 14)

Adapun orang-orang majusi, mereka mengatakan bahwa alam memiliki dua pencipta, yaitu cahaya dan kegelapan. Mereka juga mengatakan bahwa cahaya lebih baik daripada kegelapan. Cahaya menciptakan kebaikan, sedangkan kegelapan menciptakan keburukan.

Maka timbul pertanyaan, “Apakah orang yang memenuhi tauhid rububiyah dan mengamalkannya otomatis menjadi seorang muslim yang akan selamat?”

Jawabnya adalah, “Barangsiapa menetapkan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya, dan menetapkan semua yang menjadi hak Sang Pencipta berupa sejumlah sifat, dan menjauhkan-Nya dari segala macam cacat dan kekurangan, dia belum secara otomatis menjadi seorang muslim yang bertauhid yang selamat dari azab Allah sehingga beruntung dengan mendapatkan Surga-Nya, sampai dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya, dan dia mengarahkan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Ini adalah bentuk nyata pengamalan tauhid ibadah (tauhid uluhiah).”

Dalam kitab Taisir al-Aziz al-Hamid dikatakan, “Tauhid yang ini -yakni tauhid rububiyah- tidak cukup bagi seorang hamba untuk mendapatkan keislaman, tetapi dia harus memenuhi segala hal yang menjadi konsekuensinya berupa tauhid uluhiah.”

Berkenaan dengan firman Allah Ta’ala dalam surat Yusuf:

وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ

Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS Yusuf: 106), Mujahid berkata, “Keimanan mereka kepada Allah adalah kata-kata mereka, ‘Sungguh Allah telah menciptakan, memberi rezeki, dan mematikan kita.’ Yang demikian itu adalah keimanan dengan kesyirikan ibadah kepada selain-Nya…” hingga dia berkata, “Maka wajib bagi setiap orang yang mengerti tentang Allah Ta’ala untuk memerhatikan dan mencari sebab yang mewajibkan untuk menumpahkan darah mereka, menawan para wanita mereka, dan merampas harta mereka, sekalipun dengan pengakuan dan pengetahuan yang sedemikian itu -yaitu pengakuan dengan rububiyah Allah-. Dan yang demikian itu tiada lain adalah karena kesyirikan mereka di dalam tauhid ibadah yang merupakan makna ‘laa ilaaha illallaah’ ‘tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah’.

Baca juga: TAUHID ULUHIAH

Baca juga: TAUHID ASMA DAN SIFAT

Baca juga: ORANG YANG DITOLAK DARI TELAGA RASULULLAH

(Fuad bin Abdul ‘Aziz asy-Syalhub)

Akidah