BERSABAR DARI GANGGUAN ORANG LAIN DAN MEMAAFKAN

BERSABAR DARI GANGGUAN ORANG LAIN DAN MEMAAFKAN

Allah Ta’ala berfirman:

 وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ

Tetapi orang yang sabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS asy-Syura: 43)

PENJELASAN

Orang yang bersabar dalam menghadapi gangguan dari orang lain, menahan beban emosional yang ditimbulkan oleh gangguan mereka, dan memaafkan mereka, sesungguhnya telah melakukan perbuatan yang utama. Hal ini karena bersabar dalam menghadapi gangguan orang lain membutuhkan usaha keras untuk mewujudkannya. Terlebih jika gangguan itu terjadi saat berjihad di jalan Allah atau saat melakukan ketaatan kepada-Nya. Gangguan dari orang lain dapat disebabkan oleh berbagai hal. Namun, jika gangguan tersebut terjadi karena ketaatan kepada Allah, jihad di jalan-Nya, serta amar ma’ruf nahi munkar, maka orang tersebut mendapatkan pahala dari dua sisi:

Pertama: Pahala dari gangguan yang diterimanya,

Kedua: Pahala dari kesabaran dalam ketaatan kepada Allah.

Dalam ayat ini terdapat anjuran bagi manusia untuk bersabar dalam menghadapi gangguan orang lain, memaafkan dan mengampuni mereka atas apa yang mereka lakukan. Namun perlu dipahami bahwa memaafkan orang yang telah berbuat salah kepadamu bukan perbuatan terpuji secara mutlak. Allah Ta’ala membatasi hal ini dengan syarat adanya perbaikan. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS asy-Syura: 40)

Jika pemberian maaf dan pengampunan tidak mendatangkan perbaikan, maka sebaiknya kamu tidak memaafkan dan mengampuni. Contohnya, jika orang yang berbuat salah kepadamu adalah orang yang dikenal kejahatan dan kerusakannya, dan jika kamu memaafkannya akan membuatnya semakin jahat, maka dalam hal ini, kamu lebih baik tidak memaafkannya. Kamu mengambil hakmu darinya demi perbaikan. Namun, jika orang tersebut tidak bertambah buruk karena kamu memaafkannya, maka pemberian maaf dan pengampunan adalah pilihan yang lebih baik, karena Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS asy-Syura: 40)

Jika pahalamu ditanggung oleh Allah, tentu hal itu lebih baik bagimu daripada kamu meminta ganti dengan mengambil amal saleh saudaramu.

Baca juga: PAHALA KESABARAN TANPA BATAS

Baca juga: KESABARAN ADALAH DI AWAL MUSIBAH

Baca juga: BERSABAR DALAM MENGHADAPI GANGGUAN MUSUH

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati Riyadhush Shalihin