KEMATIAN – NIKMAT DAN AZAB KUBUR

KEMATIAN – NIKMAT DAN AZAB KUBUR

Ahli Sunah Waljamaah menyatakan bahwa pada dasarnya nikmat dan azab kubur adalah terhadap roh, sementara badan mengikuti. Di dunia azab adalah terhadap badan, sementara roh mengikuti.

Penetapan adanya nikmat atau azab di alam kubur ditunjukkan oleh Kitab Allah, sunah Rasulullah dan ijmak kaum muslimin.

Dari Kitab Allah, di antaranya adalah firman Allah Ta’ala:

فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ؛ فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ؛ وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ؛ فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ؛ وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ؛ فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ؛ وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ

“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta Surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Neraka.” (QS al-Waqi’ah: 83-94)

Di antaranya juga adalah firman Allah Ta’ala tentang kaum Fir’aun:

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّعَشِيًّا

Kepada mereka dinampakkan Neraka pada pagi dan petang.” (QS al-Mu’min: 46)

Dalil-dalil dari as-Sunnah tentang nikmat dan azab kubur adalah mutawatir. Di antaranya adalah hadis sahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallalhu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan lalu bersabda,

 إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ

Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan keduanya tidak disiksa karena perkara besar.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Di antaranya juga adalah hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ، لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. فَيُقَالُ: لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ. فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا

Jika seorang hamba (jenazahnya) sudah diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah berpaling darinya dan dia mendengar entakkan sandal-sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua malaikat, lalu mendudukkannya seraya bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini, tentang Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Bila dia seorang mukmin, dia menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.’ Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat dudukmu dari Neraka yang telah Allah ganti dengan tempat dudukmu dari Surga!’ Maka dia dapat melihat keduanya.”

Qatadah berkata: Dan diceritakan kepada kami bahwa kuburnya dilapangkan.

Kemudian dia kembali melanjutkan hadis Anas:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَأَمَّا الْمُنَافِقُ وَالْكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي. كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ. فَيُقَالُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ

Dan adapun (jenazah) orang kafir atau munafik, dikatakan kepadanya, ‘Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?’ Maka dia menjawab, ‘Aku tidak tahu. Aku hanya mengatakan apa yang orang-orang katakan.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu tidak mengetahuinya dan tidak membaca (Kitab Allah).’ Kemudian dia dipukul dengan palu besi sekali pukulan sehingga ia berteriak kencang yang suaranya dapat didengar oleh apa-apa yang ada di sekitarnya kecuali manusia dan jin.” (HR al-Bukhari)

Di antaranya juga adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لْأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالْآخَرُ النَّكِيرُ. فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ: هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ، ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ. فَيَقُولُ: أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ. فَيَقُولَانِ: نَمْ، كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي. لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ

وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ: سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ، فَقُلْتُ مِثْلَهُ لَا أَدْرِي. فَيَقُولَانِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ. فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ: الْتَئِمِي عَلَيْهِ. فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلاعُهُ. فَلَا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ

Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi oleh dua malaikat hitam kebiru-biruan, yang salah satunya Mungkar dan yang lain Nakir. Mereka berkata, ‘Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad)?’ Maka ia menjawab sebagaimana ketika di dunia, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’ Mereka berkata, ‘Kami telah mengetahui bahwa kamu dahulu telah mengatakan itu.’ Kemudian kuburannya diperluas 70 x 70 hasta dan diberi penerangan. Dikatakan, ‘Tidurlah!’ Dia menjawab, ‘Aku ingin kembali kepada keluargaku untuk memberitahu mereka.’ Mereka berkata, ‘Tidurlah, sebagaimana tidurnya pengantin baru.’ Tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya sampai Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu. Apabila yang meninggal adalah orang munafik, ia menjawab, ‘Aku mendengar orang-orang berkata. Maka akupun mengatakan hal yang sama yang tidak kuketahui.’ Mereka berkata, ‘Kami sudah mengetahui bahwa kamu dahulu mengatakan itu.’ Dikatakan kepada bumi, ‘Himpitlah dia!’ Maka dihimpitlah ia sampai tulang rusuknya berserakan. Dan ia akan selalu merasakan azab itu sampai Allah bangkitkan dari tempat tidurnya.” (HR at-Tirmidzi. Dihasankan oleh Syekh al-Albani dalam Shahih Tirmidzi)

Adapun ijmak ulama, maka semua kaum muslimin berdoa dalam salat mereka,

 اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Ya Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Neraka Jahanam dan dari siksa kubur.” (HR Muslim)

Seandainya siksa kubur tidak ada, maka tidak sah seseorang berlindung kepada Allah darinya. Untuk apa ia berlindung dari sesuatu yang tidak ada. Ini menunjukkan bahwa mereka beriman kepadanya.

Tanya: Apakah nikmat dan azab di alam kubur berlangsung terus menerus atau terputus?

Jawab: Untuk orang kafir azab menimpanya terus menerus hingga Hari Kiamat. Azab tidak mungkin diangkat dari mereka, karena mereka berhak mendapatkannya. Seandainya azab diangkat dari mereka, itu berarti mereka istirahat, padahal mereka tidak berhak istirahat. Kaum Nuh yang dahulu ditenggelamkan saat ini masih diazab di kubur mereka dan akan terus berlangsung sampai Hari Kiamat. Begitu pula Fir’aun dan kaumnya, api disodorkan kepada mereka di pagi dan sore hari hingga Hari Kiamat.

Sebagian ulama mengatakan bahwa azab orang kafir diringankan dalam masa di antara dua tiupan sangkakala. Mereka berdalil dengan Firman Allah Ta’ala:

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا

Mereka berkata, ‘Aduhai celakalah kami. Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?’” (QS Yasin: 52)

Ayat itu tidak menunjukkan apa yang mereka katakan, sebab kubur mereka adalah tempat mereka tidur. Mereka tetap diazab di dalamnya.

Adapun pelaku maksiat dari kalangan orang-orang beriman di mana Allah Ta’ala menetapkan azab bagi mereka, maka ia mungkin terus menerus menerima azab atau mungkin terputus, mungkin lama menerima azab atau mungkin sebentar, sesuai dengan dosa yang mereka lakukan dan ampunan Allah Ta’ala.

Azab kubur lebih ringan daripada azab Hari Kiamat, karena azab kubur tidak membuat hina dan malu, sedangkan azab akhirat menghinakan dan memalukan. Di Hari Kiamat ia disaksikan oleh seluruh manusia. Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُوْمُ الْاَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat).” (QS al-Mumin: 51)

Tanya: Kalau ada orang yang tubuhnya tercerai-berai karena dimangsa binatang buas atau dihempas angin, bagaimana azabnya? Bagaimana dia ditanya oleh dua malaikat?

Jawab: Allah Ta’ala Mahaberkuasa atas segala sesuatu. Ini adalah perkara gaib. Di alam gaib Allah mampu mengumpulkan kembali jazadnya yang tercecer.

Perhatikanlah malaikat yang turun untuk mencabut nyawa di tempat yang sama dengan kita ketika kita menyaksikan orang yang sedang sakratul maut itu, sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ

Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kalian. Tetapi kalian tidak melihat,” (QS al-Waqi’ah: 85) Maksudnya, kita tidak melihat para malaikat ketika sedang mencabut nyawa seseorang walaupun kita berada di dekat orang itu.

Begitu pula Malaikat Maut berbincang dengan roh, namun kita tidak mendengar pembicaraan mereka.

Terkadang Jibril hadir kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rupa seorang laki-laki. Dia menyampaikan wahyu kepada Nabi di tempat itu sementara para sahabat yang hadir tidak mendengar dan tidak melihat Jibril.

Alam gaib tidak bisa disamakan dengan alam nyata. Ini adalah hikmah Allah Ta’ala. Rohmu berada di dalam jasadmu, tetapi kamu tidak mengetahui bagaimana rohmu berinteraksi dengan jasadmu? Bagaimana ia menyebar ke seluruh jasadmu? Bagaimana ia keluar dari jasadmu ketika kamu tidur? Apakah kamu merasakan ia kembali ketika kamu bangun tidur? Apakah kamu tahu melalui bagian jasadmu yang mana ia masuk?

Oleh karena itu, sikap kita terhadap alam gaib adalah menerimanya, tidak perlu dikiaskan. Allah Ta’ala mampu mengumpulkan jazad yang tercerai berai akibat dicabik-cabik dan dimakan binatang buas atau dihempas angin. Setelah jasadnya terkumpul kembali, dia ditanya, lalu diazab atau diberi nikmat. Allah Mahaberkuasa atas segala sesuatu.

Tanya: Seorang mayit dikubur di kuburan yang sempit. Bagaimana kuburnya dilapangkan sejauh mata memandang?

Jawab: Alam gaib tidak bisa dikiaskan dengan alam nyata. Seandainya ada orang menggali lubang seluas mata memandang lalu mengubur mayit di dalamnya dan menutupnya dengan tanah, apakah orang lain yang tidak mengetahui lubang itu juga melihatnya? Jelas tidak melihatnya. Padahal lubang itu ada di alam nyata.

Tanya: Kami melihat mayit kafir. Setelah satu atau dua hari, kami menggali kuburannya. Kami melihat tulang belulangnya masih utuh. Ia tidak rusak terhimpit kuburan. Bagaimana kamu menjelaskannya?

Jawab: Alam kubur adalah alam gaib. Di alam nyata sah saja ketika kuburannya dibongkar, Allah mengembalikan tulang belulangnya seperti sedia kala. Allah mengembalikannya untuk menguji manusia, karena jika kita melihat tulang belulangnya rusak, padahal ketika menguburkannya utuh, itu berarti kita beriman dengan sesuatu yang nyata.

Tanya: Seperti ucapan para filsuf bahwa ketika kita meletakkan air raksa di atas tubuh si mayit, air raksa akan bergulir jatuh jika si mayit didudukan oleh dua malaikat. Namun ketika kita menggali kubur orang kafir itu keesokan harinya, kita akan mendapati bahwa air raksa itu masih berada di atas tubuh si mayit. Bagaimana mungkin air raksa itu masih berada di atas tubuh si mayit?”

Jawab: Itu adalah alam gaib. Kita wajib beriman dan membenarkannya. Allah mengembalikan air raksa itu ke atas tubuh si mayit ketika kuburannya digali, padahal di alam kubur si mayit sudah berubah posisi.

Perhatikanlah orang yang sedang bermimpi. Seandainya kejadiannya seperti yang ia lihat di dalam mimpi, ia pasti tidak tetap berada di atas ranjangnya. Terkadang sebuah mimpi adalah mimpi yang benar yang datangnya dari Allah. Maka ia mengalami kejadian seperti yang dilihatnya dalam mimpi. Meskipun begitu, kita tetap beriman kepada hal tersebut.

Jika dalam mimpi seseorang melihat sesuatu yang dia benci, maka dia bangun dalam keadaan gelisah. Jika mimpinya baik, ia berbinar-binar. Semua ini menunjukkan bahwa perkara roh bukan termasuk perkara nyata. Perkara gaib tidak bisa dikiaskan dengan perkara nyata, dan dalil-dalil yang sahih tidak boleh ditolak hanya karena perkara itu sulit dinalar menurut kaca mata alam nyata.

Baca sebelumnya: KEMATIAN – TIGA PERTANYAAN DI ALAM KUBUR

Baca sesudahnya: KEMATIAN – PERJALANAN ROH PASCA KEMATIAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah