TAKUT KEPADA ALLAH DI SAAT SEMBUNYI DAN TERANG-TERANGAN

TAKUT KEPADA ALLAH DI SAAT SEMBUNYI DAN TERANG-TERANGAN

Di antara perkara yang menyelamatkan adalah merasa takut kepada Allah Ta’ala di saat sembunyi dan terang-terangan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

 وَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ: فَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَخَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ

Adapun perkara-perkara penyebab keselamatan adalah berlaku adil dalam keadaan murka dan rida, bersikap hemat dalam keadaan fakir dan kaya, dan merasa takut kepada Allah Ta’ala di saat sembunyi dan terang-terangan.” (Hadis hasan. Silsilah al-Ahadis ash-Shahihah)

Bertakwa kepada Allah Ta’ala di saat sembunyi memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada bertakwa kepada Allah Ta’ala di saat terang-terangan. Bertakwa di saat terang-terangan dikhawatirkan ternodai oleh noda-noda riya’. Bertakwa kepada Allah Ta’ala di saat sembunyi merupakan derajat muraqabah. Oleh karena itu, keadaan sembunyi lebih didahulukan daripada keadaan terang-terangan.

Allah Ta‘ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (QS an-Nisa’: 1)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَا تَكُوْنُ فِيْ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلَا تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ اِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا اِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِۗ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ وَلَآ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Dan tidakkah kamu (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat al-Qur’an, dan tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari pengetahuan Rabbmu biarpun sebesar zarah, baik di bumi maupun di langit. Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).” (QS Yunus: 61)

Jika telah diketahui bahwa Allah Ta’ala selalu mengawasi hamba-hamba-Nya, maka seseorang wajib selalu merasa diawasi oleh Allah Ta’ala. Sikap muraqabah dapat menghalangi seseorang dari melanggar larangan-larangan Allah, dan memotivasinya untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada-Nya. Seorang hamba akan selalu bersungguh-sungguh dalam sikap muraqabah sampai dia beribadah kepada Allah Ta‘ala seakan-akan dia melihat-Nya. Itulah hakikat ihsan dan derajat agama yang paling tinggi. Orang yang selalu merasa diawasi oleh Allah Ta’ala adalah orang yang berhak mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ

Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Mulk: 12)

Allah Ta’ala juga memerintahkan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi kabar gembira kepada mereka dengan pahala tersebut.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Mahapengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS Yasin: 11)

Wahai hamba Allah, ketahuilah bahwa Allah Ta’ala selalu melihat dan mengawasimu, selalu mendengar perkataanmu, dan mengetahui niat dan perbuatanmu.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan kita rasa takut kepada-Nya di saat sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.

Baca juga: MURAQABAH

Baca juga: BERHARAP DAN RASA TAKUT

Baca juga: TAKUT KEPADA DUNIA

(Dr Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi)

Kelembutan Hati