Pada hari yang telah ditentukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr keluar dari rumah meninggalkan Makkah menuju Madinah. Abu Bakr membawa seluruh hartanya yang bernilai sekitar lima atau enam ribu dirham.
Dalam perjalanan menuju Gua Tsur dan sebelum Makkah lenyap dari pandangan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh ke belakang dengan perasaan penuh kenangan. Ini menunjukkan kecintaan beliau kepada Makkah karena banyaknya kenangan hidup beliau di sana. Bagaimana mungkin beliau tidak mencintai Makkah sementara Allah Ta’ala mencintainya dan menjadikan rumah suci-Nya di sana. Di sana pula Allah mengutus beliau kepada seluruh dunia.
Beliau berhenti kemudian memandangi Makkah. Beliau berkata, “Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik bumi Allah dan sebesar-besar yang dicintai oleh Allah. Jika saja mereka tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan pergi.”
Sementara itu seseorang melewati rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tengah dikepung oleh para pemuda yang hendak membunuh beliau di depan pintu rumah. Orang itu bertanya maksud kehadiran mereka di sana dan mereka pun menjawabnya. Orang itu memberitahu mereka bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah keluar dari rumah. Namun mereka tidak percaya karena mereka melihat seseorang tengah tidur di kasur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika orang yang tidur itu bangun dari kasur Nabi dan ternyata ia adalah Ali, barulah mereka percaya.
Saat itu pula mereka langsung menangkap Ali, memukulnya dan membawanya ke Ka’bah, kemudian melepasnya sementara waktu untuk mendapatkan informasi tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun upaya mereka gagal.
Beberapa orang dari mereka mendatangi rumah Abu Bakr, termasuk Abu Jahal. Mereka berharap dapat menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sana dan akan memperlakukan Abu Bakr sebagaimana mereka memperlakukan Ali. Ketika Asma keluar rumah, mereka bertanya tentang Abu Bakr. Asma menjawab bahwa ia tidak mengetahui keberadaan ayahnya. Mendengar jawaban itu Abu Jahal sangat marah dan menampar Asma hingga anting-antingnya terlempar.
Kemudian mereka mengawasi seluruh jalan keluar dari Makkah dengan sangat teliti. Mereka mengumumkan hadiah yang nilainya sama dengan diyat untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr bagi siapa saja yang menemukan keduanya hidup atau mati. Berikutnya mereka menyewa sejumlah pencari jejak untuk menemukan jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr.
Baca sebelumnya: MENABURKAN PASIR KE ATAS KEPALA MUSUH
Baca setelahnya: PERJALANAN KE GUA TSUR
(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)