Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok–olok). Dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok–olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Dan janganlah kalian mencela diri sendiri dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk–buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang–orang yang zalim.” (QS al-Hujurat : 11)
Mengolok-olok orang lain adalah penyakit kronis dan berbahaya. Tujuannya adalah agar selalu mendapat pujian dari orang lain serta bangga terhadap diri sendiri, namun lalai dari kekurangan diri sendiri. Dia selalu mencari-cari kekurangan saudaranya, lalu mengolok-oloknya.
Objek yang diolok-olok di antaranya adalah tubuh, cara bicara dan bergaul, pakaian, keturunan, ilmu, amalan, negeri tempat tinggal, anak dan lain-lain. Dia dapat melihat sekecil apa pun kotoran yang ada pada saudaranya, namun tidak dapat melihat kayu yang melintang di depan matanya.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Cukuplah kekurangan-kekurangan fisik Shafiyyah yang demikian dan demikian (maksudnya pendek) bagimu wahai Rasul.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ، لَمَزَجَتْهُ
“Engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang apabila dicampur dengan air laut, niscaya akan mengubahnya.”
Aisyah berkata: Aku juga menceritakan kekurangan seseorang kepada beliau. Lalu beliau bersabda,
مَا أُحِبُّ أَنِّي حَكَيْتُ إنْسَانًا وإنَّ لِي كَذَا وَكَذَا
“Aku tidak suka menceritakan kekurangan orang lain, meskipun aku diberi sekian dan sekian (yakni sesuatu yang banyak).” (Sahih. HR Abu Dawud)
Mengolok-olok bisa dengan lisan, kedua tangan, kedua mata, menceritakan seseorang dengan nada menertawakan, dengan tulisan dan lain lain yang mengandung olok-olokan. Ringkasnya, mengolok-olok adalah menginginkan aib orang lain yang sebelumnya tertutup menjadi terbuka, menyingkap kesalahan orang lain yang tadinya tidak tampak menjadi tampak, dan memapar kekurangan orang lain yang tadinya samar-samar menjadi terlihat jelas.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَحَاسَدُوا. وَلاَ تَنَاجَشُوا. وَلاَ تَبَاغَضُوا. وَلاَ تَدَابَرُوا. وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ. وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ. لاَ يَظْلِمُهُ. وَلاَ يَخْذُلُهُ. وَلاَ يَكْذِبُهُ. وَلاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَا هُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أخَاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
“Janganlah kalian saling mendengki! Janganlah saling menipu! Janganlah saling membenci! Janganlah saling membelakangi! Dan janganlah sebagian kalian menjual sesuatu di atas penjualan sebagian yang lain! Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak boleh ia menzaliminya, tidak boleh mengacuhkannya, tidak boleh berbohong kepadanya, dan tidak boleh meremehkannya/merendahkannya. Takwa itu ada di sini.” – Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk dadanya tiga kali-. “Cukuplah seseorang dikatakan buruk/jahat, jika ia menghina/merendahkan saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain haram (menumpahkan) darahnya, haram (mengambil) hartanya (tanpa hak), dan (mengganggu) harga dirinya/kehormatannya.” (HR Muslim)
Baca juga: BALASAN BAGI PENGOLOK-OLOK
(Abdul Lathif bin Hajis al-Ghamidi)