HARTA ITU HIJAU DAN MANIS

HARTA ITU HIJAU DAN MANIS

Dari Hakim bin Hizam, dia berkata: Aku meminta sesuatu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memberinya. Lalu aku meminta lagi dan beliau pun memberinya. Lalu aku meminta lagi dan beliau pun memberinya. Kemudian beliau bersabda,

يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ. فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ، بُورِكَ لَهُ فِيهِ. وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ، لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ. وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau dan manis. Barangsiapa mengambilnya dengan jiwa kedermawanan, niscaya ia akan mendapatkan keberkahan pada hartanya. Barangsiapa mengambilnya dengan keserakahan, niscaya ia tidak akan mendapatkan keberkahan pada hartanya, yaitu seperti orang yang makan tapi tidak pernah kenyang. Tangan di atas adalah lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR al-Bukhari)

PENJELASAN

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hakim, “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau dan manis.” Yakni, harta adalah sesuatu yang disukai dan didambakan. Jiwa menyukainya dan berusaha mendapatkannya sesuai tabiatnya, sebagaimana jiwa menyukai buah-buahan segar yang sedap dipandang dan manis dirasa.

Sabda beliau, “Barangsiapa mengambilnya dengan jiwa kedermawanan,” yakni, barangsiapa mendapatkan harta dengan jiwa yang tenang, tidak memaksa, tidak rakus dan tidak penuh harap, “niscaya ia akan mendapatkan keberkahan pada hartanya,” yakni, Allah meletakkan keberkahan pada harta itu sehingga harta itu tumbuh dan menjadi banyak, meskipun harta yang diberikan sedikit. Pemiliknya dianugerahi rasa puas sehingga ia memiliki jiwa yang kaya, hati yang tenang dan hidup yang bahagia.

Sabda beliau, “Barangsiapa mengambilnya dengan keserakahan,” yakni, menanti-nanti harta dengan penuh harap, menjadikannya sebagai tujuan dan tamak terhadapnya, “niscaya ia tidak akan mendapatkan keberkahan pada hartanya,” yakni Allah mencabut keberkahan dari harta itu dan menghapus rasa puas dari pemiliknya. Dengan demikian, ia menjadi orang yang selalu berjiwa fakir meskipun diberi harta simpanan bumi yang banyak.

Dalam hadis lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا أَنَا خَازِنٌ. فَمَنْ أَعْطَيْتُهُ عَنْ طِيبِ نَفْسٍ، فَيُبَارَكُ لَهُ فِيهِ. وَمَنْ أَعْطَيْتُهُ عَنْ مَسْأَلَةٍ وَشَرَهٍ، كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

Sesungguhnya aku ini penjaga (harta). Barangsiapa kuberi harta dan menerimanya dengan kerelaan jiwa, maka dia akan memperoleh berkah dari harta itu. Barangsiapa kuberi harta dengan cara meminta-minta dan rakus, maka ia seperti orang yang makan tapi tidak pernah kenyang.” (HR Muslim)

Sabda beliau, “Seperti orang yang makan tapi tidak pernah kenyang.” Yakni seperti orang yang disiksa (oleh makanan), yang tidak pernah kenyang walaupun sudah memakannya.

Orang yang meminta harta atau rakus mendapatkannya adalah seperti orang yang makan tapi tidak pernah kenyang.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu,

إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْءٌ، وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ، فَخُذْهُ. وَمَا لَا، فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ

Jika engkau diberi harta tanpa keserakahan untuk mendapatkannya dan tanpa memintanya, maka ambillah. Jika tidak, maka janganlah engkau menuruti nafsumu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Artinya, harta yang datang kepadamu dengan keinginan jiwa, penuh harap dan dinanti-nanti, maka janganlah engkau mengambilnya. Begitu juga harta yang datang kepadamu dengan meminta-minta, maka janganlah engkau mengambilnya.

Sabda beliau, “Tangan di atas adalah lebih baik daripada tangan di bawah.” Tangan yang di atas adalah tangan pemberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan penerima. Maknanya adalah tangan yang memelihara kehormatan diri lebih baik daripada tangan yang membawa jiwa kepada kehinaan.

Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Begitu dermawannya beliau hingga tidaklah beliau dimintai sesuatu atas nama Islam melainkan beliau pasti memberinya.

Dalam hadis ini juga terdapat dalil peringatan dari meminta harta dan serakah mendapatkannya. Jika memperoleh harta dengan cara ini, maka ia tidak diberkahi pada hartanya. Jika memperoleh harta tanpa meminta dan tidak serakah, maka ia diberkahi pada hartanya.

Baca juga: TAKUT KEPADA DUNIA

Baca juga: MENCELA KEBAKHILAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati