PERBEDAAN JUAL BELI DENGAN ALLAH DAN DENGAN MANUSIA

PERBEDAAN JUAL BELI DENGAN ALLAH DAN DENGAN MANUSIA

Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ؛ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS as-Shaff: 10-11)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah pasar yang hanya sementara yang suatu saat akan pergi (hilang). Orang-orang yang berjual beli di dalamnya, ada yang beruntung dan ada pula yang merugi. Maka semua manusia berpagi-bagi menjual diri mereka. Ada yang beruntung (selamat), dan ada pula yang rugi (celaka).”

Dunia adalah pasar, sedangkan seluruh manusia adalah pedagang. Sebagian dari mereka berjual beli dengan Allah, dan sebagian lagi berjual beli dengan setan. Tidak ada pihak ketiga yang menawar jiwa dan harta seorang manusia.

Pertanyaan: Apakah berjual beli dengan Allah sama dengan berjual beli dengan selain Allah? Apakah semua orang bisa berjual beli dengan Allah, lalu mendapatkan untung yang sangat besar?

Jawaban: Berjual beli dengan Allah merupakan bentuk jual beli yang sangat istimewa. Dikatakan demikian karena berjual beli dengan manusia berlangsung antara dua pihak yang sama-sama miskin dan sama-sama membutuhkan. Pembeli membutuhkan barang, dan penjual membutuhkan uang. Sedangkan berjual beli dengan Allah Ta’ala adalah muamalah yang terjalin antara manusia yang miskin yang serba membutuhkan dan Rabb yang Mahakaya dan Mahamulia.

Jika seseorang datang kepadamu untuk bermuamalah denganmu, baik berupa jual beli, bagi hasil atau yang lainnya, itu semata-mata karena ia ingin mendapatkan keuntungan dan manfaat dari kamu. Sedangkan Allah Ta’ala yang Mahakaya lagi Mahamulia, jika Dia mengajak kamu berjual beli, itu semata-mata untuk kepentingan dan keuntungan dirimu. Allah Ta’ala menghendaki kamu mendapatkan untung yang sangat besar, sementara Dia sendiri Mahakaya, tidak membutuhkan dirimu dan hartamu, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kalian.” (QS al-Hajj: 37)

sebagaimana hadis qudsi dimana Allah Ta’ala berfirman:

يَا عِبَادِى، إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى

Wahai hamba-hamba-Ku, kalian tidak akan pernah bisa menyamai bahaya-Ku, lalu kalian membahayakan (merugikan)-Ku. Dan kalian tidak akan pernah bisa menandingi manfaat (kebaikan)-Ku, lalu kalian memberikan manfaat (keuntungan) kepada-Ku.” (HR Muslim dan at-Tirmidzi)

Jadi, manusia menginginkanmu untuk kepentingan diri sendiri, sedangkan Allah menginginkanmu untuk kepentingan kamu sendiri.

Perbedaan lain berjual beli dengan manusia dan berjual beli dengan Allah adalah bahwa berjual beli dengan manusia menawarkan keuntungan sekaligus kerugian, adapun berjual beli dengan Allah selamanya menjanjikan keuntungan. Tidak mungkin orang yang berbisnis dengan Allah mengalami kerugian walau bagaimanapun, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَ

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Qur’an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.” (QS Fathir: 29)

Perbedaan lain berjual beli dengan manusia dan berjual beli dengan Allah adalah bahwa keuntungan yang diperoleh dari berjual beli dengan manusia sangat terbatas. Itu karena dunia tidak ada nilainya. Keuntungan maksimal yang bisa diperoleh dari berjual beli dengan manusia adalah seratus persen dari modal yang dimiliki (modal satu dirham, untung satu dirham), atau dua ratus persen dari modal yang ada (modal satu dirham, untung dua dirham). Adapun keuntungan dari berjual beli dengan Allah sangatlah besar, karena Allah Mahakaya lagi Mahamulia, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS al-Baqarah: 261)

Perbedaan yang lain adalah bahwa berjual beli dengan manusia terkadang disertai dengan penipuan. Penjual menjual barang cacat yang ditutup-tutupi dan dipromosikan agar laku. Adapun berbisnis dengan Allah tidak mungkin mengandung unsur penipuan di dalamnya, karena Allah Mahatahu segalanya.

Siapa saja bisa melakukan jual beli dengan manusia, lalu memperoleh untung yang banyak. Akan tetapi, berjual beli dengan Allah hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ilmu tentang tata cara dan aturan berjual beli dengan Allah.

Baca juga: SEDEKAH YANG PALING BESAR PAHALANYA

Baca juga: RIBA NASI’AH

Baca juga: HUKUM JUAL BELI

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Kelembutan Hati