AIR UNTUK BERSUCI

AIR UNTUK BERSUCI

Pada asalnya air adalah suci dan menyucikan, yakni suci pada zatnya dan menyucikan yang lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً طَهُوْرًا

Dan kami turunkan dari langit air yang suci.” (QS al-Furqan: 48)

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا

Jika kalian tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih).” (QS al-Maidah: 6)

Ayat pertama menunjukkan bahwa air adalah thahur, yaitu suci dan menyucikan, sedangkan ayat kedua menunjukkan bahwa bersuci dari hadas pada asalnya dengan menggunakan air.  Jika tidak ada air, maka bersuci dilakukan dengan menggunakan tanah yang baik (bersih).

Berdasarkan hal ini, maka setiap sesuatu yang cocok ditujukan kepadanya lafaz al-mau (air) tanpa tambahan apa pun atau perubahan yang mengeluarkannya dari pengucapan ini, maka ia sah digunakan untuk bersuci. Dengan demikian,

🔵 Air yang turun dari langit berupa hujan, salju, dan embun adalah sah digunakan untuk berwudu. Hal ini disandarkan pada hadis sahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bertakbir dalam salat, beliau diam sejenak sebelum membaca (al-Fatihah). Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, aku melihat engkau diam antara takbir dan qira’ah. Apakah gerangan yang engkau ucapkan?”

Beliau menjawab,

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ أَنْقِنِي مِنْ خَطَايَايَ كَالثَّوْبِ الْأَبْيَضِ مِنْ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah kesalahan-kesalahanku sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilahlah diriku dengan salju, air dan embun.” (HR al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa-i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

🔵 Air laut, air sungai, air sumur, dan air apa saja yang keluar secara memancar dari bumi adalah sah untuk bersuci.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kami mengadakan perjalanan laut dan membawa sedikit perbekalan air. Jika kami berwudu dengan air tersebut, maka kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudu dengan air laut?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Ia (laut) adalah suci airnya dan halal bangkainya.” (Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad)

Tidak sah bersuci dengan air yang sudah bercampur dengan sesuatu yang dapat mengubahnya (dapat mengubah salah satu dari sifat air, yaitu rasa, warna, dan bau) pada perubahan yang mengeluarkannya dari kemutlakan nama al-mau (air), seperti air mawar dan air za’faran (kunyit).

Baca juga: HAKIKAT TAHARAH

Baca juga: AIR YANG SUCI DAN MENYUCIKAN

Baca juga: AIR YANG TERCAMPUR DENGAN BENDA NAJIS

(Syekh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf al-Azazy)

Fikih