MENABURKAN PASIR KE ATAS KEPALA MUSUH

MENABURKAN PASIR KE ATAS KEPALA MUSUH

Allah Ta’ala telah memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah setelah berdakwah selama tiga belas tahun di Makkah. Ketika memerintahkan Rasul-Nya berhijrah, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا

Dan katakanlah (Muhammad), ‘Ya Rabbku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-(Ku).” (QS al-Isra’: 80)

Semua yang beliau harapkan dari Allah Ta’ala telah terangkum dalam doa yang singkat itu. Allah Ta’ala telah memilih doa itu sebagai kunci bagi ketenangan beliau.

Di pihak lain, para pemimpin Quraisy telah memilih sebelas orang pemuda yang mewakili seluruh kabilah Quraisy yang memusuhi Islam. Siang itu mereka menghabiskan hari dengan mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas yang mereka terima di Darun Nadwah.

Meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui rencana pembunuhan terhadap dirinya, namun beliau berani melakukan suatu perbuatan yang di zaman ini dikenal dengan istilah ‘berjudi’, bahkan adz-Dzahabi menyebutnya tidak masuk akal. Malam itu beliau pergi bersama Ali radhiyallahu ‘anhu ke Ka’bah, menyuruh Ali naik ke pundak beliau agar keponakannya itu sampai ke atas Ka’bah untuk melempar hingga pecah sebuah patung milik Quraisy yang terbuat dari tembaga dan dipasak dengan paku dari besi ke Ka’bah.

Ketika Ali tengah membongkar patung itu, Rasulullah berkata, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil pasti lenyap.”

Ali berhasil membongkar patung itu, lalu melemparnya hingga pecah. Mereka kemudian pergi tanpa seorang pun melihatnya. Sejak saat itu patung itu tidak pernah lagi dinaikkan.

Perbuatan berani itu merupakan salah satu mukjizat yang menunjukkan perlindungan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada malam harinya para pemuda yang bertugas untuk melakukan pembunuhan berkumpul di depan pintu rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menunggu beliau tidur untuk kemudian menyerangnya.

Abu Jahal berada bersama mereka untuk menyemangati mereka dan untuk memastikan bahwa rencana itu berjalan dengan baik. Di antara perbuatan yang ia lakukan adalah mengejek Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meragukan isi dakwahnya. Ia berkata kepada para pemuda, “Sesungguhnya Muhammad mengira bahwa jika kalian mengikutinya, kalian akan menjadi pemimpin orang-orang Arab dan non Arab. Kalian akan dibangkitkan kembali setelah mati, lalu kalian akan mendapatkan surga-surga seperti surga di Jordan. Sebaliknya, apabila kalian tidak melakukannya, kalian akan disembelih. Setelah mati kalian akan dibangkitkan, lalu dimasukkan ke dalam api yang akan membakar kalian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar perkataan Abu Jahal. Beliau keluar dari rumahnya dan mengambil segenggam pasir. Beliau berkata, “Aku mengatakan itu, dan engkau adalah salah satu dari mereka,” lalu menaburkan pasir tersebut di atas kepala mereka. Mereka tidak melihat beliau karena Allah Ta’ala telah mengambil penglihatan mereka. Saat itu beliau membaca ayat-ayat dari surat Yasin:

 يٰسۤ ۚ وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Ya Siin. Demi al-Qur’an yang penuh hikmah. Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) yang Mahaperkasa, Mahapenyayang, agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan sehingga mereka lalai. Sesungguhnya pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu. Karena itu mereka tertengadah. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Yasin: 1-9)

Lalu beliau meninggalkan mereka.

Baca sebelumnya: RENCANA HIJRAH

Baca sesudahnya: MENINGGALKAN MAKKAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah