API DUNIA SEBAGAI PERINGATAN DARI API NERAKA

API DUNIA SEBAGAI PERINGATAN DARI API NERAKA

Dari Abu Musa al-Asyari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Sebuah rumah di Madinah terbakar bersama penghuninya pada malam hari. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi kabar mengenai mereka, beliau bersabda,

إنَّ هذِهِ النَّارَ عَدُوٌّ لَكُمْ. فَإِذَا نِمْتُمْ، فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ

Sesungguhnya api ini adalah musuh bagi kalian. Apabila kalian hendak tidur, padamkanlah ia dari kalian.” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Penulis menyebut dalam bab “Perintah untuk Menjaga Sunah dan Adab-Adabnya” hadis ini, yang terjadi pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa rumah suatu kaum terbakar pada malam hari. Kabar itu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya api ini adalah musuh bagi kalian. Apabila kalian hendak tidur, padamkanlah ia dari kalian.”

Api ini adalah api yang Allah ‘Azza wa Jalla ciptakan. Dia pula yang menumbuhkan pohon sumbernya. Allah memberikan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengannya. Dia berfirman:

اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ

Apakah kalian memerhatikan api yang kalian nyalakan? Kamukah yang menumbuhkan pohonnya atau Kami-lah yang menumbuhkannya?” (QS al-Waqi’ah: 71–72)

Jawabannya: Engkaulah wahai Rabb kami yang menumbuhkannya.

نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ

Kami menjadikannya sebagai peringatan dan sebagai kemanfaatan bagi para musafir.” (QS al-Waqi’ah: 73)

Api menjadi peringatan bagi manusia terhadap Jahanam, karena api dunia ini hanya satu bagian dari enam puluh bagian dari api Jahanam. Semua api di dunia —baik yang sangat panas maupun yang ringan— adalah satu dari enam puluh bagian dari api Jahanam. Semoga Allah melindungi aku dan kalian darinya.

Allah menjadikannya sebagai peringatan, sampai-sampai sebagian ulama salaf, ketika terlintas keinginan untuk bermaksiat, mendatangi api lalu meletakkan jarinya di atasnya. Ia berkata kepada dirinya, “Ingatlah panas ini,” agar dirinya tidak berani melakukan maksiat yang menjadi sebab masuk ke dalam Neraka. Kita memohon kepada Allah keselamatan.

Dari hal ini Allah Ta’ala berfirman: “Dan sebagai kemanfaatan bagi para musafir.” Maksudnya, Kami menjadikannya sebagai kemanfaatan bagi para musafir dan selain mereka yang membutuhkan api. Mereka memanfaatkannya, menghangatkan diri dengannya pada musim dingin, memanaskan air dengan api tersebut, dan memasak makanan mereka di atasnya. Maka api itu merupakan suatu kemaslahatan.

Namun ia juga dapat menjadi mudarat, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis ini, “Sesungguhnya api ini adalah musuh bagi kalian.”

Api menjadi musuh apabila manusia tidak pandai mengatur dan membatasinya. Ia menjadi musuh apabila seseorang teledor terhadapnya —misalnya tidak menjauhkan sesuatu yang dapat menyebabkan api menyala— atau apabila ia melampaui batas, seperti menyalakan api di dekat benda-benda yang mudah terbakar, seperti bensin dan gas. Ketika itu api menjadi musuh bagi manusia.

Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa manusia seharusnya mengambil langkah kehati-hatian dalam perkara-perkara yang dikhawatirkan bahayanya. Karena itu, manusia diperintahkan untuk memadamkan api ketika hendak tidur. Janganlah ia berkata, “Ini hal sepele. Aku aman dari itu.” Mungkin ia menyangka demikian, tetapi bisa saja terjadi sesuatu yang tidak terlintas dalam pikirannya.

Termasuk pula dalam hal ini adalah katup-katup gas yang ada pada zaman kita sekarang. Katup gas harus diperiksa oleh seseorang agar tidak terdapat kebocoran. Jika terjadi kebocoran yang memenuhi udara dengan gas, lalu seseorang menyalakan api, maka seluruh tempat bisa terbakar.

Termasuk juga dalam hal ini adalah stopkontak listrik. Seseorang harus berhati-hati terhadapnya dan selalu memeriksanya. Orang yang memasangnya hendaklah seorang yang ahli atau teknisi agar tidak terpasang secara keliru sehingga menyebabkan kebakaran, baik berupa kebakaran total pada seluruh rumah maupun hanya sebagian darinya.

Yang penting adalah bahwa seseorang harus berhati-hati terhadap setiap hal yang dikhawatirkan bahayanya.

Apabila hal ini berlaku pada api dunia, maka demikian pula seseorang harus berhati-hati terhadap hal-hal yang dapat menjadi sebab azab Neraka di akhirat, berupa sebab-sebab maksiat, sarana-sarananya, dan jalan-jalannya. Karena itu para ulama rahimahumullah berkata, “Sesungguhnya sarana mengikuti hukum tujuan. Jalan-jalan wajib ditutup apabila menjadi jalan menuju sesuatu yang haram, karena dikhawatirkan seseorang terjatuh dalam kebinasaan.”

Allah-lah yang memberi taufik.

Baca juga: CUKUPLAH ALLAH SEBAGAI PENOLONG

Baca juga: SABAR DALAM MENGHADAPI MUSUH

Baca juga: DIBERI PERTOLONGAN DENGAN RASA TAKUT MUSUH SEJAUH PERJALANAN SEBULAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati Riyadhush Shalihin