RASULULLAH MENAWARKAN DIRI KEPADA KABILAH-KABILAH

RASULULLAH MENAWARKAN DIRI KEPADA KABILAH-KABILAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mencari tempat yang aman untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itulah sebabnya mengapa beliau mempersilakan para sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah. Beliau sendiri pernah berhijrah ke Thaif dan menawarkan diri kepada kabilah-kabilah Arab. Sikap menawarkan diri kepada kabilah-kabilah dilakukan atas perintah Allah Ta’ala.

Musim haji dan pasar merupakan momen dan tempat penting untuk bertemu dengan para pemuka kabilah dan orang-orang biasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada para pimpinan kabilah untuk melindungi diri beliau, tanpa memaksa mereka untuk menerima dakwah beliau.

Di antara yang beliau katakan adalah, “Adakah di antara kalian bersedia membawaku kepada kaumnya? Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan firman Rabbku.”

Wahai Bani Fulan, aku adalah utusan Allah untuk kalian. Dia memerintahkan agar kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, melepas apa-apa yang kalian sembah selain-Nya, beriman kepadaku, membenarkanku dan membelaku hingga Allah memberi kemenangan kepadaku dengan apa yang Dia embankan kepadaku.”

Paman beliau, Abu Lahab −Abdul Uzza bin Abdul Muththalib− selalu berjalan di belakang beliau saat beliau berdakwah. Bila beliau selesai berdakwah, Abu Lahab berkata kepada orang-orang, “Orang ini menyuruh kalian meninggalkan agama nenek moyang kalian, melepaskan Lata dan Uzza dan sekutu-sekutu kalian dari Bani Malik bin Uqais, serta menerima bidah dan kesesatan yang dibawanya.”

Di antara kabilah yang beliau menawarkan diri kepada mereka serta mengajak mereka kepada Islam adalah Kabilah Kindah. Salah seorang pemimpin mereka, Baihazah berkata, “Demi Allah, jika aku mengambil pemuda Quraisy ini, aku pasti ditelan oleh orang-orang Arab. Bagaimana menurutmu seandainya kami mengikuti agamamu, kemudian Allah memberi kemenangan atas orang-orang yang menentangmu, apakah setelahmu perkara ini akan menjadi milik kami?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Perkara ini kembali kepada Allah dan akan diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki.”

Baihazah berkata, “Bagaimana mungkin kami memberikan leher-leher kami kepada orang-orang Arab demi membelamu, sedangkan jika Allah memberi kemenangan kepadamu, perkara ini menjadi milik orang lain? Oleh karena itu, kami tidak butuh perkaramu.”

Ketika musim haji usai, orang-orang pulang ke kampung halaman masing-masing. Begitu juga Bani Amir. Mereka pulang dan menemui seorang syekh dari kalangan mereka yang sudah sangat tua sehingga tidak bisa ikut berhaji bersama mereka.

Mereka menceritakan peristiwa yang terjadi pada musim itu kepada syekh tersebut, “Seorang pemuda Quraisy dari bani Abdul Muththalib menemui kami. Ia mengaku seorang nabi dan meminta kami melindunginya, berpihak kepadanya dan membawanya ke negeri kita.”

Syekh tersebut meletakkan kedua tangannya di kepalanya, lalu berkata, “Wahai Bani Amir, sungguh kalian telah merugi. Apakah ia masih bisa ditemui? Demi Zat yang jiwa pemuda itu berada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari keturunan Ismail mengada-ngada tentang hal itu. Sesungguhnya apa yang ia katakan merupakan kebenaran. Dimana kecerdasan yang pernah kalian miliki?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menawarkan diri kepada beberapa orang dari Bani Syaiban. Mereka meminta pendapat kaumnya yang berada di kampung halaman terlebih dahulu. Salah seorang pemimpin mereka, al-Mutsanna berkata, “Kami masih berpegang pada perjanjian yang dibuat Kisra. Kami tidak ingin mengatakan sesuatu tetapi melakukan yang lain. Sungguh, aku melihat bahwa apa yang engkau serukan tidak akan disukai oleh para raja. Jika engkau ingin dukungan dan pembelaan kami dalam menghadapi orang-orang yang ada di luar air-air Arab, maka kami akan melakukannya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kalian tidak menolak secara kasar karena kalian berkata jujur. Sesungguhnya agama Allah tidak diperjuangkan kecuali oleh orang-orang yang dilingkupi Allah dari segala sisi. Bagaimana pendapat kalian jika kalian hanya memiliki sedikit pakaian, lalu Allah mewariskan kepada kalian tanah mereka, rumah-rumah mereka, harta-harta mereka, juga perempuan-perampuan mereka, apakah kalian akan menyucikan Allah dan mengagungkan-Nya?

an-Nu’man bin Syarik berkata, “Demi Allah, ya!”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca, “Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, serta untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya, serta sebagai cahaya yang menerangi.” (QS al-Ahzab: 45-46)

Rasulullah sangat gembira dengan sikap mereka.

Baca sebelumnya: MEMINTA PERLINDUNGAN KEPADA PENDUDUK MAKKAH

Baca sesudahnya: MENAWARKAN ISLAM KEPADA PENDUDUK MADINAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah