PANJANG ANGAN-ANGAN

PANJANG ANGAN-ANGAN

Allah Ta’ala mencela kaum yang panjang angan-angan sehingga lalai beramal untuk kehidupan akhirat. Lalu mereka dikejutkan dengan datangnya ajal, sementara mereka belum siap. Kemudian mereka berangan-angan, seandainya mereka diberikan kesempatan beramal saleh untuk menebus ketertinggalan. Namun hal itu mustahil terjadi.

Allah Ta’ala berfirman:

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ؛ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ

Orang-orang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS al-Hijr: 2-3)

Panjang angan-angan adalah keinginan mengejar dunia terus-menerus dan bergelut dengannya dengan dibarengi keberpalingan dari kepentingan akhirat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa banyak manusia panjang angan-angan hingga ajal mendahuluinya.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat beberapa garis, kemudian bersabda,

هَذَا الْأَمَلُ، وَهَذَا أَجَلُهُ. فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ، إِذْ جَاءَهُ الْخَطُّ الْأَقْرَبُ

Ini adalah angan-angannya, dan ini adalah ajalnya. Ketika seseorang seperti itu (dalam angan-angannya), maka datanglah kepadanya garis yang lebih dekat (yaitu ajalnya).” (HR al-Bukhari)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis berbentuk persegi panjang dan membuat garis lain di tengah-tengahnya yang keluar dari garis persegi panjang. Beliau juga membuat beberapa garis kecil di tengah-tengah sampai ke pinggiran garis yang tengah. Lalu beliau bersabda,

هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ. وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ. وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ. فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا. وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا

Ini (garis di tengah) adalah manusia dan ini (garis persegi panjang) adalah ajalnya yang mengelilinginya atau telah mengelilinginya. Garis yang keluar dari persegi panjang ini adalah angan-angannya, sementara garis-garis kecil ini adalah rintangan-rintangannya (musibah-musibah). Jika ia terhindar dari yang ini (garis kecil), maka ia akan terkena yang ini (garis kecil berikutnya). Jika ia terhindar dari yang ini (garis kecil), maka ia akan terkena yang ini (garis persegi panjang).” (HR al-Bukhari)

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menancapkan sebatang kayu di depan beliau. Kemudian menancapkan kayu yang lain di samping kayu pertama. Kemudian menancapkan kayu yang lain lagi yang agak jauh dari kedua kayu pertama. Kemudian beliau bersabda,

هَلْ تَدْرُوْنَ مَا هَذَا

Tahukah kalian, apakah ini?

Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda,

هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ، وَهَذَا أَمَلُهُ. يَتَعَاطَى الْأَمَلَ وَالْأَجَلُ يَخْتَلِجُهُ دُونَ ذَلِكَ

Ini (kayu pertama) adalah manusia, dan ini (kayu kedua) adalah ajalnya, sedang yang ini (kayu yang agak jauh) adalah angan-angannya. Ia ingin menggapai angan-angannya, sedangkan ajalnya menariknya ketika hampir mendapatkan angan-angannya.” (HR Ahmad. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah)

Hal yang mengherankan dari anak Adam adalah bahwa semakin ajal mendekat, semakin panjang angan-angannya dan semakin bertambah keinginan untuk mendapatkan dunia. Tidak seorang pun selamat dari keadaan seperti ini kecuali mereka yang diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Itu pun jumlah mereka sangat sedikit.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيرِ شَابًّا فِي اثْنَتَيْنِ: فِي حُبِّ الدُّنْيَا، وَطُولِ الْأَمَلِ

Akan senantiasa muda hati orang tua dalam dua perkara: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR al-Bukhari)

Kebanyakan manusia tidak bisa lepas dari kekangan panjang angan-angan. Kalaulah bukan karena angan-angan, seseorang tidak akan bisa menikmati kehidupan dunia selamanya.

Ibnu Hajar berkata, “Di dalam angan-angan tersimpan rahasia yang sangat indah. Tanpa angan-angan seseorang tidak bisa menjalani hidup. Jiwanya tidak bisa merasakan kegembiraan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dunia. Namun yang tercela adalah berlebih-lebihan dalam menumpuk angan-angan sehingga lalai dalam mempersiapkan diri untuk akhirat. Barangsiapa selamat darinya, dia tidak dibebankan untuk menghilangkan angan-angannya secara keseluruhan.”

Maka, orang yang berakal adalah orang yang tidak terbawa oleh angan-angannya yang panjang dan tidak pula melupakan nikmat yang telah dijanjikan Allah bagi setiap makhluk.

Allah Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS Ali Imran: 185)

Dari ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku dan berkata,

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau musafir yang sedang melakukan perjalanan!

Dan Ibnu Umar berkata, “Bila engkau berada di sore hari, janganlah menunggu datangnya pagi. Bila engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu datangnya sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR al-Bukhari dan at-Tirmidzi)

at-Tirmidzi menambahkan, “Dan anggaplah dirimu sebagai bagian dari ahli kubur, karena  sesungguhnya engkau tidak tahu siapakah namamu esok hari?” (HR at-Tirmidzi)

Ibnu Rajab berkata, “Hadis ini merupakan dasar yang agung dalam pembahasan tentang memendekkan angan-angan, sebab seorang yang beriman tidak pantas menjadikan dunia sebagai kampung halaman dan tempat tinggal. Hendaklah dia seakan-akan sedang berada di ambang perjalanan dan sedang mempersiapkan bekal untuk perjalanannya.”

Seorang laki-laki bertamu ke rumah Abu Dzar dan mengamati rumah beserta isinya. Laki-laki itu bertanya, “Wahai Abu Dzar, dimanakah barang-barang kalian?” Abu Dzar menjawab, “Sesungguhnya kami memiliki rumah yang sedang kami tuju.” Lelaki itu berkata, “Namun, selama engkau masih di sini, seharusnya engkau memiliki barang-barang.” Abu Dzar berkata, “Sesungguhnya tuan rumah tidak akan membiarkan kami di sini.”

Dari al-Hasan, bahwa ketika Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu menghadapi sakratul maut, ia menangis dan berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengikat kita dengan sebuah perjanjian, namun kita telah meninggalkan perjanjian itu, yaitu bahwa hendaklah setiap orang ketika di dunia mengambil dari dunia seperti bekal seorang pengembara.” al-Hasan menambahkan: Kami melihat harta yang ditinggalkan setelah kematiannya. Ternyata hanya setara dengan duapuluhan atau tigapuluhan dirham. (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Maka, hendaklah orang yang berakal memanfaatkan masa hidupnya, sebab dia tidak tahu kalau jatah hidupnya bisa saja tinggal sedikit.

Ibnul Qayyim berkata, “Apa yang telah berlalu dari dunia adalah mimpi, apa yang akan datang adalah angan-angan, sementara waktu di antara keduanya terus menghilang.”

Panjang angan-angan melahirkan kemalasan dalam ketaatan kepada Allah, menunda-nunda tobat, condong kepada dunia, melupakan akhirat dan hati menjadi keras. Hati yang lunak dan bersih hanya dapat dicapai dengan mengingat kematian, alam kubur, pahala, siksa dan kengerian Hari Kiamat.

Allah Ta’ala berfirman:

فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ

Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka. Lalu hati mereka menjadi keras.” (QS al-Hadid: 16)

Oleh karena itu, ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan dari kalian adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu dapat memalingkan seseorang dari kebenaran. Sedangkan panjang angan-angan dapat menjadikan seseorang melupakan akhirat. Dunia berlalu semakin menjauh, sedangkan akhirat datang semakin mendekat. Maka, jadilah kalian putra-putri akhirat, dan jangan menjadi budak-budak dunia, karena sesungguhnya hari ini adalah waktu beramal tanpa dihisab, sedangkan esok adalah waktu dihisab tanpa beramal.”

Baca juga: PENDEK ANGAN-ANGAN

Baca juga: KEKHAWATIRAN RASULULLAH DENGAN DIBENTANGKANNYA HARTA DUNIA

Baca juga: SIFAT KANAAH

(Dr Amin bin ‘Abdullah asy-Syaqawi)

Kelembutan Hati