KISAH PENGHUNI NERAKA TERAKHIR YANG MASUK SURGA

KISAH PENGHUNI NERAKA TERAKHIR YANG MASUK SURGA

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang apa yang akan terjadi saat Allah menghisab hamba-hamba-Nya pada Hari Kiamat dan tentang orang-orang yang akan melewati shirath (jembatan di atas Neraka). Kemudian beliau bersabda,

ثُمَّ يَفْرُغُ اللهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ، وَيَبْقَى رَجُلٌ مُقْبِلٌ بِوَجْهِهِ عَلَى النَّارِ، هُوَ آخِرُ أَهْلِ النَّارِ دُخُولًا الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ اصْرِفْ وَجْهِي عَنِ النَّارِ، فَإِنَّهُ قَدْ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحْرَقَنِي ذَكَاؤُهَا، فَيَدْعُوَ اللهَ مَا شَاءَ أَنْ يَدْعُوَهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللهُ: هَلْ عَسَيْتَ إِنْ أُعْطِيْتَ ذَلِكَ أَنْ تَسْأَلَنِي غَيْرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا، وَعِزَّتِكَ لَا أَسأَلُكَ غَيْرَهُ، وَيُعْطِي رَبَّهُ مِنْ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ مَا شَاءَ، فَيَصْرِفُ اللهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ، فَإِذَا أَقْبَلَ عَلَى الْجَنَّةِ وَرَآهَا سَكَتَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَسْكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيْ رَبِّ قَدِّمْنِي إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ اللهُ لَهُ: أَلَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنْ لَا تَسْأَلَنِي غَيْرَ الَّذِي أُعْطِيتَ أَبَدًا، وَيْلَكَ يَا بْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، وَيَدْعُو اللهَ حَتَّى يَقُولَ: هَلْ عَسَيْتَ إِنْ أَعْطَيْتُ ذَلِكَ أَنْ تَسْأَلَ غَيْرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا، وَعِزَّتِكَ لَا أَسْأَلُكَ غَيْرَهُ، وَيُعْطِي مَا شَاءَ مِنْ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ فَيُقَدِّمُهُ إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ، فَإِذَا قَامَ إِلَى بَابِ الْجَنَّةِ انْفَهَقَتْ لَهُ الْجَنَّةُ، فَرَأَى مَا فِيهَا مِنَ الْحِبْرَةِ وَالسُّرُورِ، فَيَسْكُتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَسْكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيْ رَبِّ أَدْخِلْنِي الْجَنَّةَ، فَيَقُولُ اللهُ: أَلَيْسَ قَدْ أَعْطَيْتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنْ لَا تَسْأَلَ غَيْرَ مَا أُعْطِيتَ؟ فَيَقُولُ: وَيْلَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مَا أَغْدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ لَا أَكُونَنَّ أَشْقَى خَلْقِكَ، فَلَا يَزَالُ يَدْعُو حَتَّى يَضْحَكَ اللهُ مِنْهُ، فَإِذَا ضَحِكَ مِنْهُ قَالَ لَهُ: ادْخُلِ الْجَنَّةَ، فَإِذَا دَخَلَهَا قَالَ اللهُ لَهُ: تَمَنَّهْ، فَسَأَلَ رَبَّهُ وَتَمَنَّى حَتَّى إِنَّ اللهَ لَيُذَكِّرُهُ، فَيَقُولُ: كَذَا وَكَذَا حَتَّى انْقَطَعَتْ بِهِ الْأَمَانِيُّ، قَالَ اللهُ: ذَلِكَ لَكَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ

Setelah Allah menyelesaikan keputusan-Nya di antara para hamba, tersisa seorang laki-laki yang menghadap ke arah Neraka. Dia adalah orang terakhir dari penduduk Neraka yang masuk ke dalam Surga. Lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, palingkan wajahku dari Neraka karena hembusan anginnya telah menyakitiku dan panasnya telah membakarku.’ Dia berdoa kepada Allah selama yang Allah kehendaki, kemudian Allah berfirman, ‘Apakah engkau kira jika Aku lakukan itu, engkau tidak akan meminta hal lain lagi?’ Dia berkata, ‘Tidak, demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta selain itu.’ Maka dia memberikan janji dan sumpah kepada Allah selama yang Allah kehendaki, dan Allah memalingkan wajahnya dari Neraka.

Ketika dia menghadap ke Surga dan melihatnya, dia diam selama yang Allah kehendaki, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, dekatkanlah aku ke pintu Surga.’ Allah berfirman kepadanya, ‘Bukankah engkau sudah memberikan janji dan sumpah bahwa engkau tidak akan meminta selain dari apa yang telah Aku berikan? Celakalah engkau, wahai anak Adam, betapa sangat berkhianatnya engkau!’ Dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku,’ dan terus berdoa kepada Allah hingga Allah berfirman, ‘Apakah engkau kira jika Aku lakukan itu, engkau tidak akan meminta hal lain lagi?’ Dia berkata, ‘Tidak, demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta selain itu.’ Maka dia memberikan janji dan sumpah kepada Allah, lalu Allah mendekatkannya ke pintu Surga.

Ketika dia berdiri di depan pintu Surga, Surga terbuka baginya dan dia melihat apa yang ada di dalamnya berupa kegembiraan dan kebahagiaan. Lalu dia diam selama yang Allah kehendaki, kemudian dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, masukkanlah aku ke dalam Surga.’ Allah berfirman, ‘Bukankah engkau sudah memberikan janji dan sumpah bahwa engkau tidak akan meminta selain dari apa yang telah Aku berikan? Celakalah engkau, wahai anak Adam, betapa sangat berkhianatnya engkau!’ Dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, janganlah jadikan aku makhluk-Mu yang paling celaka.’ Dia terus berdoa hingga Allah tertawa kepadanya. Ketika Allah tertawa, Dia berfirman kepadanya, ‘Masuklah ke dalam Surga.’ Ketika dia masuk ke dalamnya, Allah berfirman, ‘Berharaplah.’ Maka dia memohon kepada Rabb-nya dan berharap, hingga Allah mengingatkannya, lalu berkata, ‘Ini dan itu,’ hingga harapannya habis. Allah berfirman, ‘Itu untukmu, dan tambahan yang serupa dengannya.’” (HR al-Bukhari dan Muslim)

PENJELASAN

Ini adalah kisah tentang penghuni Neraka terakhir yang keluar dari Neraka dan masuk ke dalam Surga. Dia keluar dari Neraka dengan merangkak, sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah hadis. Wajahnya tetap menghadap ke arah Neraka, yang membuatnya ketakutan karena hembusan udara panas yang terus menerpa wajahnya. Dia pun berdoa kepada Rabb-nya agar berkenan memalingkan wajahnya dari Neraka. Dia berkata, “Wahai Rabb-ku, palingkan wajahku dari Neraka karena hembusan anginnya telah menyakitiku dan panasnya telah membakarku.”

Dia terus memohon kepada Allah selama yang Allah kehendaki. Akhirnya, Allah berfirman kepadanya, “Apakah engkau kira jika Aku lakukan itu, engkau tidak akan meminta hal lain lagi?” laki-laki itu menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta selain itu.” Dia pun memberikan janji dan sumpah yang dikehendaki kepada Rabb-nya. Maka, Allah memalingkan wajahnya dari Neraka dan menempatkan penghalang antara dia dan siksa yang menghampirinya. Kini, wajahnya menghadap ke arah Surga.

Laki-laki ini diam selama yang Allah kehendaki. Dia mengingat semua janjinya kepada Rabb-nya untuk tidak meminta apa pun selain apa yang telah dia minta sebelumnya. Namun, kegembiraannya saat berada di dekat Surga dan keinginannya untuk bergabung dengan para penghuninya terus tumbuh di dalam hatinya. Perasaan itu semakin kuat, hingga akhirnya mendorongnya untuk berdoa kepada Rabb-nya, memohon agar Dia berkenan mendekatkannya ke pintu Surga.

Dia dicela oleh Rabb-nya karena tidak menepati janji yang telah ia ucapkan. Allah mencerca dan mengkritiknya, seraya berfirman, “Bukankah engkau sudah memberikan janji dan sumpah bahwa engkau tidak akan meminta selain dari apa yang telah Aku berikan? Celakalah engkau, wahai anak Adam, betapa sangat berkhianatnya engkau!” Namun, laki-laki itu terus berdoa, memohon, dan berharap. Maka, Rabb-nya bertanya kepadanya seperti saat pertama kali, “Apakah engkau kira jika Aku lakukan itu, engkau tidak akan meminta hal lain lagi?” Laki-laki itu menjawab seperti sebelumnya, “Tidak, demi kemuliaan-Mu, aku tidak akan meminta selain itu.” Dia pun memberikan janji dan sumpah yang dikehendaki Rabb-nya, lalu dia dibawa mendekat ke pintu Surga.

Ketika dia berdiri di depan pintu Surga, pandangannya tertuju pada segala kenikmatan dan kebahagiaan di dalamnya. Dari luar, dia melihat sungai-sungai yang mengalir, taman-taman yang rimbun, dan mungkin juga mencium harum semerbak dari udara yang sejuk, merasakan hembusan angin, serta melihat para penghuninya menikmati berbagai kenikmatan. Dia diam sesuai kehendak Allah. Akhirnya, keinginannya memuncak, sementara kesabarannya habis. Dia pun kembali berdialog dengan Rabb-nya, Yang Mahamendengar, Mahamengetahui, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, memohon agar diizinkan masuk ke dalam Surga.

Maka Allah berfirman kepadanya, “Celakalah engkau, wahai anak Adam, betapa sangat berkhianatnya engkau!” Dia pun berkata kepada Rabb Yang Maha Perkasa, “Wahai Rabb-ku, janganlah jadikan aku makhluk-Mu yang paling celaka.”

Akhirnya, jalan keluar pun datang kepadanya. Allah tertawa melihat keadaannya, saat dia terus berdoa, memohon, dan mengulang janji yang tidak ditepati demi meraih apa yang dia inginkan. Siapa saja yang Allah tertawakan, sungguh dia telah sangat beruntung. Ketika itu, Rabb-nya berfirman, “Masuklah ke dalam Surga.” Maka keinginannya pun terwujud, segala kesulitan sirna darinya, dan Allah mencurahkan keridhaan-Nya kepadanya.

فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ

Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh dia telah beruntung.” (QS Ali Imran: 185)

Ketika Allah memasukkannya ke dalam Surga, Dia berfirman kepadanya, “Berharaplah.” Maka, dia pun memohon dan berharap kepada Rabb-nya hingga Allah mengingatkannya, lalu berkata, ‘Ini dan itu,’ hingga harapannya habis. Allah lalu berfirman, “Itu untukmu, dan tambahan yang serupa dengannya.”

Abu Sa’id al-Khudri mendengar hadis dari Abu Hurairah. Diriwayatkan bahwa dia menghafal hadis tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga dia menyampaikan bahwa dirinya mendengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perkataan, “وَعَشَرَةُ أَمْثَالِهِ مِنْ كُلِّ ذَلِكَ يَكُونُ مَعَهُ” (‘dan sepuluh kali lipat dari semua itu akan menyertainya‘).

Ibnu Mas’ud meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah kisah lain tentang penghuni Neraka terakhir yang keluar dari Neraka dan masuk Surga. Kisah ini memiliki sedikit perbedaan dari apa yang diriwayatkan oleh asy-Syaikhani (al-Bukhari dan Muslim) dari Abu Hurairah, dan tampaknya keduanya adalah dua kisah yang berdiri sendiri.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ciri-ciri penyeberangan di atas titian, “Kadang-kadang dia berjalan, kadang-kadang bertumpu pada wajahnya, dan kadang-kadang diterpa oleh api. Ketika berhasil melintasinya, dia menoleh dan berkata, ‘Mahasuci Allah yang telah menyelamatkanku darimu. Allah telah memberiku sesuatu yang tidak pernah diberikan kepada siapa pun, baik dari orang-orang terdahulu maupun dari orang-orang yang datang kemudian.”

Setelah selamat dari Neraka, laki-laki ini tetap berada di tanah lapang antara Surga dan Neraka. Di hadapannya ditinggikan sebatang pohon yang rindang dengan teduhnya dan terdapat mata air di bawahnya. Maka, dia berkata, “Wahai Rabbku, dekatkanlah aku ke pohon itu agar aku bisa berteduh di bawah kerindangannya dan minum dari sumber airnya.” Allah Azza wa Jalla pun berfirman, “Wahai anak Adam, jika Aku berikan kepadamu keduanya, engkau pasti akan meminta yang lainnya.” Orang itu berkata, “Tidak, wahai Rabbku.” Dia pun berjanji kepada-Nya bahwa dia tidak akan meminta selain itu. Rabb-nya Ta’ala menerima alasannya karena mengetahui ketidaksabarannya untuk mendekat. Allah pun mewujudkan permintaannya dan mendekatkannya kepada pohon tersebut. Dia berteduh di bawah naungannya dan minum dari mata airnya.

Kemudian dia melihat dari kejauhan sebuah pohon lain yang lebih indah, lebih rindang, dan memiliki sumber air yang lebih melimpah dibanding pohon pertama tempatnya berteduh. Dia pun memohon kepada Rabb-nya agar mendekatkannya ke pohon tersebut. Rabb kemudian mencelanya karena dia tidak menepati janjinya dan selalu mengingkarinya. Allah berfirman kepadanya, “Jika Aku mendekatkanmu ke pohon itu, engkau pasti akan meminta hal lainnya lagi.” Namun, seperti sebelumnya, dia kembali berjanji kepada Rabb-nya bahwa dia tidak akan meminta yang lain. Maka, Allah mendekatkannya ke pohon itu, dan dia berteduh di bawah naungannya, makan buahnya, dan minum dari airnya.

Kemudian, muncul pohon ketiga di hadapannya, tepat di pintu Surga. Pohon ini mengalahkan dua pohon sebelumnya dalam hal keindahan, banyaknya buah, dan sumber airnya. Keindahannya semakin bertambah karena letaknya yang berada di depan pintu Surga. Seperti sebelumnya, dia memohon kepada Rabb-nya agar didekatkan ke pohon itu. Namun, kali ini Rabb-nya mengingatkannya tentang janji-janji yang telah dia buat sebelumnya.

Dia pun mencela dirinya sendiri karena telah mengingkari semua janji yang telah dibuat, sebab sebelumnya dia telah berjanji kepada Rabb-nya untuk tidak meminta apa-apa selain yang terakhir. Maka, Rabb-nya mendekatkannya ke pohon tersebut. Ketika dia sampai di tempat itu, tepat di pintu Surga, dia mulai mencium harumnya Surga dan mendengar suara-suara dari para penghuninya. Mereka tampak berbangga dengan pakaian kebahagiaan, menikmati kenyamanan hidup di dalam Surga. Melihat semua itu, laki-laki tersebut memohon kepada Rabb Yang Maha Perkasa agar mengizinkannya masuk ke dalam Surga.

Pada saat itu, Rabb Yang Maha Perkasa berfirman kepadanya, “Apa yang membuatmu terus meminta kepada-Ku? Apakah engkau akan merasa ridha jika Aku memberimu dunia beserta yang semisalnya?” Laki-laki itu pun berkata, “Wahai Rabbku, apakah Engkau sedang menghinaku, sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?”

Ibnu Mas’ud tertawa seraya berkata, “Apakah kalian tidak ingin bertanya kepadaku mengapa aku tertawa?” Mereka pun menjawab, “Mengapa engkau tertawa?” Ibnu Mas’ud berkata, “Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa.” Mereka bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena tawa Rabb alam semesta ketika laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau menghinaku, sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?’ Lalu Allah berfirman kepadanya, ‘Aku tidak menghina dirimu, tetapi Aku Maha Kuasa atas apa saja yang Kukehendaki.’“ (HR Muslim)

Ibnu Mas’ud menyebutkan dalam riwayatnya mengenai hadis di atas bahwa ketika Allah Azza wa Jalla berfirman kepada laki-laki itu, “Pergilah dan masuklah ke dalam Surga,” laki-laki itu mendatanginya, namun terbayang olehnya bahwa Surga telah penuh dengan para penghuninya sehingga tidak ada lagi tempat untuknya. Maka, dia diperintahkan hal yang sama untuk kedua kalinya, lalu untuk ketiga kalinya. Setiap kali dia diperintahkan, bayangannya tetap sama seperti yang pertama, bahwa Surga sudah penuh.

Ketika itu, Rabb Yang Maha Perkasa berfirman, “Pergilah dan masuklah ke dalam Surga, sesungguhnya untukmu ada seperti dunia ini dan sepuluh kali lipatnya, atau sesungguhnya untukmu ada sepuluh kali lipat dari dunia.” Mendengar itu, laki-laki tersebut berkata, “Apakah Engkau menghinaku, ataukah Engkau tertawa kepadaku, sedangkan Engkau adalah Raja?” (HR Muslim)

Dalam hadis al-Mughirah bin Syu’bah disebutkan bahwa Musa bertanya kepada Rabb-nya tentang kedudukan paling rendah bagi penghuni Surga. Dikatakan kepada laki-laki itu, “Masuklah ke dalam Surga.” Maka dia bertanya, “Wahai Rabbku, bagaimana bisa, sedangkan semua orang telah menempati semua kedudukan yang ada dan mengambil apa yang menjadi hak mereka?” Dikatakan kepadanya, “Apakah engkau ridha jika engkau memiliki kerajaan seperti kerajaan para raja di dunia?” Dia menjawab, “Aku ridha, wahai Rabbku.” Maka, Allah berfirman, “Bagimu yang demikian itu, ditambah yang sepertinya, yang sepertinya, yang sepertinya, yang sepertinya, dan yang sepertinya.” Pada pengulangan kelima, laki-laki itu berkata, “Aku ridha, wahai Rabbku.” Lalu Allah berfirman lagi, “Ini untukmu dan sepuluh kali sepertinya, serta bagimu apa saja yang diidamkan oleh jiwamu dan menyenangkan pandanganmu.” Laki-laki itu berkata, “Aku ridha, wahai Rabbku.” (HR Muslim)

Ibrah, Faidah, dan Ketentuan dari Hadis

1️⃣ Luasnya Surga dan keagungan nikmat yang diterima oleh para penghuninya sungguh luar biasa. Jika apa yang diterima oleh orang terakhir yang masuk Surga begitu luas dan banyak, maka orang-orang yang masuk lebih dahulu darinya pasti menerima karunia yang hanya bisa diukur oleh Allah. Sedangkan para pemilik derajat tinggi, mereka adalah orang-orang yang telah dianugerahi kemuliaan oleh Allah dan mengakhiri hidup mereka dalam kemuliaan itu. Nikmat yang mereka terima adalah sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pembenarannya ada dalam Kitab Allah Azza wa Jalla,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً

‘Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata…’” (QS as-Sajdah: 17) (HR Muslim)

2️⃣ Hadis-hadis yang mengabarkan tentang berbagai peristiwa gaib dan hal-hal serupa wajib diyakini kebenarannya, selama sanad-sanadnya sahih hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa saja menolaknya, maka ia berada di ambang kebinasaan.

3️⃣ Hadis ini merupakan dalil yang jelas bagi Ahlussunnah wal Jamaah, yang menyatakan bahwa orang-orang yang melakukan kemaksiatan, meskipun mereka berakidah tauhid, mungkin akan masuk ke dalam Neraka. Namun, mereka akan keluar darinya dengan rahmat dari Dzat Yang Maha Pengasih dari semua pengasih.

4️⃣ Manusia memiliki sedikit kesabaran ketika melihat kebahagiaan di hadapannya, dan dia akan selalu mencari sesuatu yang lebih baik dari apa yang sudah dimilikinya. Hal ini tercermin pada diri laki-laki tersebut, yang merupakan orang terakhir dari penghuni Neraka yang keluar darinya dan masuk ke dalam Surga.

5️⃣ Sifat ingkar janji pada manusia terlihat dalam ketidakmampuannya menepati janjinya, bahkan kepada Rabb-nya. Namun, Allah tetap menerima alasan anak Adam, karena Dia mengetahui bahwa manusia tidak mampu menahan kesabarannya terhadap apa yang sangat diinginkannya.

6️⃣ Begitu besar kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, hingga Dia mengabulkan doa mereka dan mewujudkan permintaan yang mereka mohonkan. Sebagaimana yang terjadi pada laki-laki tersebut, Allah terus menerima doanya hingga akhirnya memasukkannya ke dalam Surga.

7️⃣ Penjelasan mengenai kemampuan yang telah Allah berikan kepada anak Adam, di mana laki-laki tersebut terus berdialog dengan Rabb-nya dan berdoa kepada-Nya dengan penuh kesabaran hingga akhirnya dia mendapatkan kenikmatan yang abadi.

8️⃣ Penetapan sifat tertawa bagi Allah, Rabb semesta alam, adalah bagian dari keyakinan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan sifat tertawa bagi Rabb-nya, dan kita tidak boleh mengingkari apa yang telah beliau tetapkan. Mengingkari hal ini termasuk adab yang buruk terhadap Allah dan Rasul-Nya. Tawa Allah tidak menyerupai tawa makhluk, melainkan sesuai dengan keagungan dan keperkasaan-Nya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS asy-Syura: 11)

Baca juga: MEMELIHARA DIRI DAN KELUARGA DARI API NERAKA

Baca juga: BERSEGERA MERAIH SURGA

Baca juga: IKHLAS DALAM BERAMAL DAN MENAFKAHKAN HARTA

(Dr Umar Sulaiman al-Asyqar)

Akidah Kisah