KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (1/3)

KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (1/3)

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengajari beliau tentang kekuasaan Allah:

وَاَنْزَلَ اللّٰهُ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُۗ وَكَانَ فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكَ عَظِيْمًا

Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) dan hikmah (sunah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu sangat besar.” (QS an-Nisa’: 113)

Allah Ta’ala mengutamakan sebagian nabi atas sebagian yang lain.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيّٖنَ عَلٰى بَعْضٍ وَّاٰتَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًا

Dan sungguh Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS al-Isra’: 55)

Allah Ta’ala juga berfirman:

 تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۘ

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain.” (QS al-Baqarah: 253)

Adapun maksud larangan pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَا تُفَضِّلُوا بَيْنَ أَنْبِيَاءِ اللَّهِ

Janganlah kalian mengutamakan seorang nabi dari nabi yang lain” (HR Muslim)

dan riwayat lain,

لَا تُخَيِّرُوا بَيْنَ الْأَنْبِيَاءِ

Janganlan kalian membeda-bedakan di antara para nabi”, (HR at-Tirmidzi) adalah bila pembedaan itu menyebabkan pengurangan sesuatu yang diutamakan, atau mengakibatkan permusuhan dan perseteruan, atau larangan mengutamakan kenabian itu sendiri, sementara di dalamnya tidak ada pengutamaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ

Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” (QS al-Baqarah: 285)

Dali-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta ijmak umat Islam berkenaan dengan keutamaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat banyak.

Di antara dalil yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau merupakan penghulu (pemuka) seluruh anak Adam, sebagaimana hadis dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلَا فَخْرَ. أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ الْأَرْضُ.  أَوَّلُ شَافِعٍ. بِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِز. تَحْتَهُ آدَمَ فَمَنْ دُونَهُ

Aku adalah pemuka anak Adam (pada Hari Kiamat kelak) dan aku tidak bangga. Aku adalah orang pertama yang bangkit dari kubur. Aku juga orang pertama yang memberi syafaat. Di tanganku terletak panji segala pujian. Di bawahnya Adam dan selainnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang menyebutkan keutamaan dirinya sendiri, itu biasanya bertujuan untuk berbangga diri. Di dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru ingin membuang kerancuan pemahaman orang-orang bodoh yang mengira bahwa penyebutan itu adalah untuk berbangga diri. Oleh karena itu, beliau bersabda, “Dan aku tidak bangga.”

Di antara dalil yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Allah Ta’ala mengabari bahwa Dia Ta’ala telah mengampuni dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang. Tidak pernah ternukil bahwa Allah Ta’ala memberi kabar kepada seorang nabi selain beliau dengan hal ini (yaitu pengampunan dosa yang telah lalu dan yang akan datang). Bahkan secara zahir Allah Ta’ala tidak mengabari mereka, yaitu ketika para nabi dimintai syafaat bagi manusia yang tengah berdiri menanti keputusan Allah Ta’ala, mereka menyebutkan kesalahan yang pernah dilakukannya.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

يَجْتَمِعُ الْمُؤْمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُلْهَمُونَ -أَوْ يَهُمُّونَ،‏‏‏‏ شَكَّ سَعِيدٌ-‏‏‏‏ فَيَقُولُونَ:‏‏‏‏ لَوْ تَشَفَّعْنَا إِلَى رَبِّنَا فَأَرَاحَنَا مِنْ مَكَانِنَا.‏‏‏‏ فَيَأْتُونَ آدَمَ، فَيَقُولُونَ: أَنْتَ آدَمُ أَبُو النَّاسِ،‏‏‏‏ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ،‏‏‏‏ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ،‏‏‏‏ فَاشْفَعْ لَنَا عِنْدَ رَبِّكَ يُرِحْنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا.‏‏‏‏ فَيَقُولُ:‏‏‏‏ لَسْتُ هُنَاكُمْ. وَيَذْكُرُ وَيَشْكُو إِلَيْهِمْ ذَنْبَهُ الَّذِي أَصَابَ فَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ.‏‏‏‏ وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا.‏‏‏‏ فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ.‏‏‏‏ فَيَأْتُونَهُ.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَيَقُولُ:‏‏‏‏ لَسْتُ هُنَاكُمْ.‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏‏ وَيَذْكُرُ سُؤَالَهُ رَبَّهُ مَا لَيْسَ لَهُ بِهِ عِلْمٌ،‏‏‏‏ وَيَسْتَحْيِي مِنْ ذَلِكَ. وَلَكِنْ ائْتُوا خَلِيلَ الرَّحْمَنِ إِبْرَاهِيمَ.‏‏‏‏ فَيَأْتُونَهُ.‏‏‏‏ فَيَقُولُ:‏‏‏‏ لَسْتُ هُنَاكُمْ.‏‏‏‏ وَلَكِنْ ائْتُوا مُوسَى عَبْدًا كَلَّمَهُ اللَّهُ‏‏‏‏ وَأَعْطَاهُ التَّوْرَاةَ.‏‏‏‏ فَيَأْتُونَهُ.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَيَقُولُ:‏‏‏‏ لَسْتُ هُنَاكُمْ.‏‏‏‏ وَيَذْكُرُ قَتْلَهُ النَّفْسَ بِغَيْرِ النَّفْسِ. وَلَكِنْ ائْتُوا عِيسَى عَبْدَ اللَّهِ وَرَسُولَهُ وَكَلِمَةَ اللَّهِ وَرُوحَهُ.‏‏‏‏ فَيَأْتُونَهُ. فَيَقُولُ:‏‏‏‏ لَسْتُ هُنَاكُمْ.‏‏‏‏ وَلَكِنْ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ:‏‏‏‏ فَيَأْتُونِي فَأَنْطَلِقُ. قَالَ:‏‏‏‏ فَذَكَرَ هَذَا الْحَرْفَ عَنْ الْحَسَنِ. قَالَ:‏‏‏‏ فَأَمْشِي بَيْنَ السِّمَاطَيْنِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. ‏‏‏‏ قَالَ:‏‏‏‏ ثُمَّ عَادَ إِلَى حَدِيثِ أَنَسٍ.‏‏‏‏ قَالَ:‏‏‏‏ فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي.‏‏‏‏ فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي.‏‏‏‏ ثُمَّ يُقَالُ:‏‏‏‏ ارْفَعْ يَا مُحَمَّدُ. وَقُلْ تُسْمَعْ.‏‏‏‏ وَسَلْ تُعْطَهْ.‏‏‏‏ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ.‏‏‏‏ فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ.‏‏‏‏ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا. فَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ. ثُمَّ أَعُودُ الثَّانِيَةَ.‏‏‏‏ فَإِذَا رَأَيْتُهُ وَقَعْتُ سَاجِدًا.‏‏‏‏ فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي.‏‏‏‏ ثُمَّ يُقَالُ:‏‏‏‏ لِي ارْفَعْ مُحَمَّدُ.‏‏‏‏ قُلْ تُسْمَعْ.‏‏‏‏ وَسَلْ تُعْطَهْ.‏‏‏‏‏‏‏‏ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَأَرْفَعُ رَأْسِي فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ.‏‏‏‏ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ لِي حَدًّا.‏‏‏‏ فَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ.‏‏‏‏ ثُمَّ أَعُودُ الثَّالِثَةَ.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَإِذَا رَأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ سَاجِدًا.‏‏‏‏‏‏‏‏ فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي.‏‏‏‏ ثُمَّ يُقَالُ:‏‏‏‏ ارْفَعْ مُحَمَّدُ. قُلْ تُسْمَعْ. وَسَلْ تُعْطَهْ.‏‏‏‏ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. فَأَرْفَعُ رَأْسِي. فَأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ.‏‏‏‏ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيَحُدُّ. لِي حَدًّا فَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ.‏‏‏‏ ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ.‏‏‏‏ فَأَقُولُ:‏‏‏‏ يَا رَبِّ،‏‏‏‏ مَا بَقِيَ إِلَّا مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ

Pada Hari Kiamat orang-orang beriman berkumpul dan diberi ilham -atau diberi naluri (Sa’id ragu)- kemudian berkata, ‘Seandainya kita bisa meminta syafaat kepada Rabb kita, tentu kita akan terbebas dari tempat kita ini.’ Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata, ‘Engkau Adam bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan menjadikan malaikat-malaikat-Nya sujud kepadamu, maka berilah syafaat bagi kami di sisi Rabbmu, agar Dia membebaskan kami dari tempat kami ini!’ Adam berkata, ‘Bukan aku yang kalian maksud.’ Adam menyebutkan dan mengeluhkan kepada mereka dosa yang pernah ia lakukan yang membuatnya malu (kepada Allah). (Adam berkata), ‘Datanglah kepada Nuh. Ia adalah rasul pertama yang diutus Allah kepada penduduk bumi.’ Kemudian mereka mendatangi Nuh. Nuh berkata, ‘Bukan aku yang kalian maksud.’ Dan ia menyebutkan permintaannya kepada Rabbnya tentang sesuatu tanpa ilmu sehingga ia malu kepada Rabbnya. (Nuh berkata), ‘Tetapi pergilah kepada Ibrahim, kekasih ar-Rahman.’ Mereka pun mendatangi Ibrahim. Ibrahim pun berkata, ‘Bukan aku yang kalian maksud. Tetapi pergilah kepada Musa, seorang hamba yang diajak berbicara langsung oleh Allah dan diberi Taurat.’ Mereka pun mendatangi Musa. Musa juga berkata, ‘Bukan aku yang kalian maksud.’ Dia menyebutkan pembunuhan yang ia lakukan tanpa alasan yang benar. (Musa berkata), ‘Tetapi pergilah kepada Isa, seorang hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat Allah dan roh-Nya.’ Mereka pun mendatangi Isa. Isa berkata, ‘Bukan aku yang kalian maksud, akan tetapi pergilah kepada Muhammad, seorang hamba yang dosanya telah diampuni Allah, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.’ Rasulullah bersabda, “Mereka pun mendatangiku. Lalu aku pergi.” Perawi berkata: Kemudian ia menyebutkan kalimat tersebut dari al-Hasan. Beliau bersabda, “Aku berjalan di antara barisan manusia dari kaum mukminin.” Perawi berkata: Kemudian kembali kepada hadis Anas. Beliau bersabda, “Maka aku meminta izin kepada Rabbku, dan Dia pun memberiku izin. Ketika aku melihat Rabbku, aku langsung terjatuh sujud. Maka Dia membiarkanku seperti itu sekehendak-Nya. Lalu dikatakan, ‘Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Dan berilah syafaat, niscaya engkau akan diberi (hak memberi syafaat).’ Maka aku memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafaat, dan Dia memberi batas kepadaku. Maka aku memasukkan orang-orang ke Surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yang kedua kalinya. Ketika melihat Rabbku, aku langsung terjatuh sujud. Maka Dia membiarkanku seperti itu sekehendak-Nya. Lalu dikatakan, ‘Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Dan berilah syafaat, niscaya engkau akan diberi (hak memberi syafaat).’ Maka aku mengangkat kepalaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafaat, dan Dia memberi batas kepadaku. Maka aku memasukkan orang-orang ke Surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yang ketiga kalinya. Ketika melihat Rabbku, aku langsung terjatuh sujud. Maka Dia membiarkanku seperti itu sekehendak-Nya. Lalu dikatakan, “Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Dan berilah syafaat, niscaya engkau akan diberi (hak memberi syafaat).’ Maka aku mengangkat kepalaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafaat, dan Dia memberi batas kepadaku. Lalu aku memasukkan orang-orang ke Surga. Kemudian aku kembali (kepada Rabbku) untuk yang keempat kalinya. Aku berkata, ‘Wahai Rabb, tidak ada yang tersisa kecuali orang-orang yang terhalang oleh al-Qur’an.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Malik)

Di antara kemuliaan dan keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan orang pertama yang memberi syafaat dan yang diberi (hak untuk memberi) syafaat, sebagaimana hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقُبْرَ وَأَوَّلُ مُشَفَّعِ 

Aku adalah pemuka anak Adam pada Hari Kiamat, orang pertama yang bangkit dari kubur, dan orang pertama yang memberi syafaat dan diberi (hak untuk memberi) syafaat.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang pertama yang memberi syafaat kepada para makhluk pada Hari Kiamat, sebagaimana hadis dari Anas tentang syafaat di atas. Dikatakan kepada beliau, “Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Mintalah, maka engkau akan diberi. Dan berilah syafaat, niscaya engkau akan diberi (hak memberi syafaat).”

Ini adalah syafaat yang agung kepada seluruh makhluk pada Hari Kiamat. Itulah kedudukan terpuji yang dikhususkan bagi Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam firman-Nya:

عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

Mudah-mudahan Rabbmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS al-Isra’ 79)

Boleh jadi itu merupakan kewajiban dari Allah sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat syafaat-syafaat yang lain. Di antaranya adalah syafaat bagi penduduk Surga saat akan memasukinya, yaitu ketika pintu Surga tidak dibukakan untuk siapa pun sebelum beliau shallallahu ‘alaihi wa salam. Di antaranya adalah syafaat beliau untuk kaum pembangkang dari umatnya. Mereka wajib masuk Neraka karena dosa-dosanya, lalu mereka mendapatkan syafaat hingga mereka tidak memasukinya. Di antaranya juga adalah syafaat beliau bagi suatu kaum dari penduduk Surga agar ditambah pahala dan diangkat derajatnya. Juga syafaat beliau bagi para pelaku dosa besar dari umatnya. Juga syafaat beliau bagi sebagian keluarga beliau yang kafir hingga diringankan azabnya -ini khusus untuk Abu Thalib-.

Di dalam Shahih al-Bukhari, al-Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau dapat memberi manfaat kepada Abu Thalib yang telah melindungi dan membelamu?”

Beliau menjawab,

نَعَمْ، هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ، لَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

Ya. Dia berada di bagian Neraka yang dangkal. Kalaulah bukan karena aku, niscaya dia berada di dasar Neraka.” (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Di antara kemuliaan dan keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sikap mendahulukan umatnya daripada diri sendiri dengan mendoakannya sebagai syafaat bagi umatnya. Allah Ta’ala telah menjadikan bagi setiap nabi satu permohonan yang pasti dikabulkan. Seluruh nabi telah memanjatkan permohonan tersebut ketika di dunia, sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpan permohonan tersebut sebagai syafaat bagi umatnya di akhirat kelak.

Dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ. فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ. وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ. فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Setiap Nabi memiliki doa yang dikabulkan, maka setiap nabi menyegerakan doanya. Sesungguhnya aku menyembunyikan doaku sebagai syafaat bagi umatku di Hari Kiamat. Itu akan diraih, in syaa Allah, bagi setiap yang wafat dari umatku yang tidak berbuat syirik terhadap Allah sedikit pun.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Hadis-hadis yang jumlahnya banyak tersebut menunjukkan kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Beliau mengutamakan umatnya daripada diri sendiri, mendoakan dan lemah lembut kepada mereka, sampai-sampai beliau menangis saat mendoakan mereka.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca perkataan Ibrahim ‘alaihissalam,

فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Barangsiapa mengikutiku, ia termasuk golonganku, dan barangsiapa mendurhakaiku, Engkau Mahapengampun, Mahapenyayang.” (QS Ibrahim: 36)

dan perkataan Isa ‘alaihissalam,

اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۚوَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS al-Ma’idah: 118)

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya bersabda,

أُمَّتَي، أُمَّتَي

Umatku…ummatku,” lalu menangis.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا جِبْرِ يلُ، إِذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ لَهُ اِنَّا سَنُرْضِيكَ وَلَا نَسُوؤُكَ

Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakan kepadanya bahwa Kami akan meridaimu dan tidak akan berbuat buruk kepadamu.” (HR Muslim)

Semoga selawat dan salam Allah serta berkah-Nya tercurahkan kepada beliau, dan Allah membalasnya dengan keutamaan sebagaimana pahala para nabi terhadap umatnya.

Baca juga: KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (2/3)

Baca juga: KEUTAMAAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM (3/3)

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Serba-Serbi