ALLAH MEMBATASI ANTARA MANUSIA DAN HATINYA

ALLAH MEMBATASI ANTARA MANUSIA DAN HATINYA

Allah Azza wa Jalla menghalangi orang yang beriman dari kemaksiatan dan kekafiran, serta menghalangi orang kafir dari keimanan.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ

Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (QS al-Anfal: 24)

Penafsiran yang masyhur dari ayat yang mulia ini, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan ulama lainnya adalah bahwasanya Allah Azza wa Jalla membatasi orang yang beriman dari kemaksiatan yang dapat menyeretnya ke Neraka. Allah Azza wa Jalla menghalangi orang yang beriman dari kekafiran dan menghalangi orang kafir dari keimanan. Allah Azza wa Jalla juga menghalangi orang yang taat dari kemaksiatan, dan menghalangi pelaku kemaksiatan dari ketaatan.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ada penafsiran lain tentang ayat ini, yaitu bahwasanya Allah Ta’ala sangat dekat dengan hati hamba-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah Azza wa Jalla. Dia berada di antara hamba dan hatinya. Penafsiran ini diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Qatadah. Sepertinya penafsiran ini lebih sesuai dengan konteks ayat tersebut, karena ketundukan dan ketaatan pada asalnya dilakukan oleh hati. Makanya tidak sah ketundukan dan ketaatan dengan anggota badan tanpa disertai dengan hati. Jadi Allah Azza wa Jalla berada di antara hamba dan hatinya, sehingga Allah mengetahui apakah hamba tersebut tunduk pada seruan-Nya atau tidak, dan apakah hamba tersebut menyembunyikan hal tersebut atau sebaliknya.”

(Menurutku) penafsiran yang pertama adalah yang lebih sesuai. Artinya, jika kalian merasa berat untuk tunduk kepada seruan Allah Azza wa Jalla atau lamban menerimanya, maka jangan heran kalau Allah menghalangi kalian dari hati kalian, sehingga kalian tidak mungkin menerima seruan yang datang dari Allah Azza wa Jalla, sebagai sanksi atas penolakan kalian terhadap seruan tersebut, padahal telah nyata bagi kalian kebenaran berikut bukti-buktinya. Dan terbuktilah apa yang telah Allah Ta’ala firmankan:

وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ

Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (al-Qur’an).” (QS al-An’am: 110)

dan juga firman-Nya:

فَلَمَّا زَاغُوْٓا اَزَاغَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ

Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (QS ash-Shaff: 5)

serta firman-Nya:

فَمَا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْا بِمَا كَذَّبُوْا مِنْ قَبْلُ

Tetapi mereka tidak beriman (juga) kepada apa yang telah mereka dustakan sebelumnya.” (QS al-A’raf: 101)

Ayat-ayat di atas mengandung peringatan bagi orang-orang yang hatinya enggan menerima seruan Allah, sekalipun anggota badannya menerima.

Dalam ayat di atas terdapat sebuah rahasia, yaitu penggabungan antara syariat, perintah untuk menerimanya serta qadar (ketentuan) Allah dan perintah untuk mengimaninya. Ini berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla:

لِمَنْ شَاۤءَ مِنْكُمْ اَنْ يَّسْتَقِيْمَ؛ وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

(Yaitu) bagi siapa di antara kalian yang menghendaki menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb seluruh alam.” (QS at-Takwir: 28-29)

Dan juga firman-Nya:

فَمَنْ شَاۤءَ ذَكَرَهٗ؛ وَمَا يَذْكُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗهُوَ اَهْلُ التَّقْوٰى وَاَهْلُ الْمَغْفِرَةِ

Maka barangsiapa menghendaki, tentu ia mengambil pelajaran darinya. Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya (al-Qur’an) kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dialah Rabb yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun.” (QS al-Muddatstsir: 55-56)

Wallahu a’lam.

Baca juga: SETIAP MUKMIN HARUS MEMBERI NASIHAT KEPADA SAUDARANYA

Baca juga: ISTRI BERPERANGAI BURUK KEPADA SUAMI

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Kelembutan Hati