AL-GHURABA’ (ORANG-ORANG YANG ASING)

AL-GHURABA’ (ORANG-ORANG YANG ASING)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam pada awalnya dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awalnya. Maka beruntunglah al-ghuraba (orang-orang yang asing).” (HR Muslim)

PENJELASAN

Pada suatu riwayat seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah al-ghuraba’?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

النُّزَّاعُ مِنَ الْقَبَائِلِ

Orang-orang yang berseberangan dari kaumnya.” (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan ad-Darimi. Dinyatakan sahih oleh Syekh al-Albani)

Artinya dalam satu suku hanya ada satu atau dua orang yang berseberangan.

Dalam riwayat lain, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِى مِنْ سُنَّتِى

Orang-orang yang selalu memperbaiki (melakukan ishlah) di saat manusia merusak sunah-sunahku setelah kematianku.” (HR at-Tirmidzi. Dinyatakan hasan sahih oleh at-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain dikatakan,

الَّذِينَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ

Orang-orang yang selalu memperbaiki (diri) di saat manusia dalam keadaan rusak.” (HR ath-Thabrani dengan periwayat yang terpercaya/sahih)

Dalam riwayat lain dikatakan,

أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

Orang-orang saleh yang berada di antara orang-orang jahat yang jumlahnya sangat banyak. Yang menentang mereka lebih banyak daripada yang mengikuti.” (HR Ahmad. Dihasankan oleh Syekh Syu’aib al-Arnauth)

Kaum al-ghuraba’ adalah kaum yang diberikan kabar gembira oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyebutkan kriteria mereka. Mereka adalah firqatun najiyah (golongan yang selamat) yang disebutkan dalam sabda beliau,

وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ، ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan terpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan berada di Neraka dan satu golongan di Surga, yaitu al-jama’ah.” (HR Ahmad dan yang lain. al-Hafizh menggolongkannya hadis hasan)

Tidak diragukan lagi bahwa yang beliau maksud dengan al-jamaah adalah para sahabat yang hidup di masa sebelum bidah muncul, juga termasuk orang-orang yang mengikuti dan menyerupai mereka, sebagaimana disebut dalam riwayat lain,

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ

(Yaitu) mereka yang berada di atas jalan (metode)ku dan jalan para sahabatku.” (HR at-Tirmidzi. Lihat Silsilatul Ahadits ash-Shahihah dan Shahih Tirmidzi)

Di antara yang termasuk ke dalam golongan al-ghuraba’ adalah kelompok yang membela agama, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadis sebagai kabar gembira bagi kita,

لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ، وَهُمْ كَذَلِكَ

Senantiasa akan ada dari umatku suatu golongan yang akan membela kebanaran. Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang menghina mereka sampai datang keputusan Allah. Dan mereka konsisten dengan sikap mereka.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Jadi, al-ghuraba’ adalah ahli sunah waljamaah, sebagaimana dikatakan oleh para salafus saleh radhiyallahu ‘anhuma.

al-Auza’i ketika menjelaskan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,  “Islam pada awalnya dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti awalnya,” berkata “Ketahuilah bahwa Islam itu sendiri tidak akan hilang, akan tetapi ahli sunah waljamaah yang hilang, sehingga tidak tersisa dalam suatu negeri melainkan beberapa orang ahli sunah waljamaah saja.”

Memang, kaum muslimin sangat banyak, bahkan mereka dijuluki dengan umat miliaran. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka terjatuh ke dalam fitnah syubhat dan syahwat. Di antara mereka ada yang menganut paham sekuler, komunis, syiah, sufi, serta aliran dan paham lainnya. Orang yang istikamah dalam melestarikan akidah dan manhaj salaf serta selamat dari fitnah syubhat dan syahwat itulah yang termasuk ke dalam al-ghuraba (orang-orang yang asing).  Mereka adalah al-firqah an-najiyah (golongan yang selamat), dan mereka adalah at-thaifah az-zhahirah (kelompok pembela).

Hasan al-Bashri pernah berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Wahai ahli sunah waljamaah, berhati-hatilah dalam bertindak, karena kalian adalah umat minoritas.”

Dia juga pernah berkata, “Sunah saat ini berada di tengah-tengah orang-orang yang melampaui batas dan orang-orang yang kasar. Oleh karena itu, hendaklah kalian bersabar dalam menjalankannya. Sesungguhnya ahli sunah waljamaah dulu termasuk umat minoritas, dan akan kembali menjadi umat minoritas pada masa yang akan datang. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanyut bersama orang-orang yang sesat dalam kesesatan mereka, dan tidak pula hanyut bersama ahli bidah dalam kebidahan mereka. Mereka selalu bertahan di atas sunah sampai mereka menemui Rabb mereka. Oleh karena itu, hendaklah kalian juga seperti mereka.”

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Terimalah nasihat dan peringatan ahli sunah waljamaah dengan baik, karena mereka adalah kaum al-ghuraba.”

Yunus bin Ubaid berkata, “Tidak ada yang paling asing melainkan sunah, dan yang paling asing lagi adalah orang-orang yang mengenal (mengamalkan) sunah.”

Yang mereka maksud dengan sunah adalah jalan (metode) yang dilalui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat beliau, yang bebas dari segala syubhat dan syahwat. Karenanya, Fudhail bin Iyadh berkata, “Ahli sunah adalah orang yang mengetahui apa yang layak masuk ke dalam perut berupa makanan dan minuman yang halal. Mereka meyakini bahwa memakan makanan yang halal merupakan bagian teragung dari sunah yang pernah dilalui oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat radhiyallahu ‘anhuma.

Jadi al-ghuraba’ ada dua macam:

Pertama: Orang-orang yang memperbaiki diri ketika manusia sudah rusak.

Kedua: Orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia berupa sunah. Kedudukan al-ghuraba jenis ini lebih tinggi dan lebih utama daripada jenis pertama.

Jenis pertama ditunjukkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الَّذِينَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ

Orang-orang yang selalu memperbaiki (diri) di saat manusia dalam keadaan rusak.” (HR ath-Thabrani dengan periwayat yang terpercaya/sahih)

Jenis kedua ditunjukkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِى مِنْ سُنَّتِى

Orang-orang yang selalu memperbaiki (melakukan ishlah) di saat manusia merusak sunah-sunahku setelah kematianku.” (HR at-Tirmidzi. Dinyatakan hasan sahih oleh at-Tirmidzi)

Baca juga: MANHAJ (JALAN) GOLONGAN YANG SELAMAT

Baca juga: TUNDUK KEPADA SUNAH DAN MENGIKUTINYA

Baca juga: KEWAJIBAN MENAATI DAN MENELADANI RASUL SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Akidah