UMAR BIN KHATHTHAB MASUK ISLAM

UMAR BIN KHATHTHAB MASUK ISLAM

Sebelum masuk Islam Umar merupakan musuh Islam yang paling keras. Ia dikenal sebagai orang yang cepat marah dan kasar, serta sering menimpakan berbagai siksaan kepada kaum muslimin.

Di antara korban siksaan Umar adalah Sa’id bin Zaid, sepupunya sekaligus adik iparnya. Ia dan istrinya diikat oleh Umar karena keislaman mereka.

Suatu hari Laila atau Ummu Abdullah, istri dari Amir bin Rabi’ah bersiap-siap untuk pergi ke Habasyah. Ketika itu suaminya sedang pergi untuk suatu keperluan. Tiba-tiba Umar datang dan berdiri di depan Ummu Abdullah. Sebelumnya Umar pernah menyakiti Ummu Abdullah dan suaminya.

“Apakah kalian benar-benar akan pergi, wahai Ummu Abdullah?” tanya Umar.

“Ya!” jawab Ummu Abdullah. “Demi Allah, kami akan pergi menuju bumi Allah. Sungguh kalian telah menyakiti dan menindas kami hingga Allah memberi jalan keluar kepada kami.”

“Semoga Allah menyertai kalian,” ucap Umar.

Ummu Abdullah melihat secercah kelembutan pada diri Umar yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Umar pun pergi meninggalkan Ummu Abdullah.

Ummu Abdullah merasa kepergian ia dan suaminya membuat Umar bersedih.

Ketika Amir pulang dengan membawa keperluannya, Ummu Abdullah berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdullah, seandainya kamu melihat Umar tadi, kamu akan mendapati kelembutan pada dirinya dan rasa ibanya kepada kita.”

“Apakah kamu berharap ia masuk Islam?” tanya Amir.

“Ya,” jawab Ummu Abdullah.

“Dia tidak akan masuk Islam sampai keledai milik al-Khaththab masuk Islam,” tukas Amir kesal karena kekerasan dan kebengisan Umar terhadap kaum muslimin.

Riwayat ini menjadi bukti adanya pertarungan antara fitrah yang suci di dalam diri Umar dan kegelapan jahiliah yang menutupinya, hingga ketika tiba saatnya penutup itu terlepas dan hatinya bersih oleh fitrah, Umar pun masuk Islam. Kekerasannya berubah haluan. Jika sebelumnya ia keras dalam membela kebatilan, kini ia keras dalam membela kebenaran.

Ketika Allah membuka dadanya untuk menerima Islam, Umar bertanya, “Siapakah orang Quraisy yang paling cepat menyebarkan berita?”

Seseorang menjawab, “Jamil bin Ma’mar al-Jumahi.”

Umar pun pergi untuk menemui Jamil bin Ma’mar al-Jumahi, sementara anaknya yang masih kecil, Abdullah membuntutinya dari belakang. Abdullah ingin tahu apa yang akan dilakukan ayahnya.

Ketika sudah berhadapan dengan Jamil, Umar berkata kepadanya, “Tahukah kamu, wahai Jamil, bahwa aku telah masuk Islam dan telah mengikuti agama Muhammad?”

Jamil tidak menjawab. Ia langsung pergi. Umar mengikutinya, dan Abdullah mengikuti ayahnya.

Ketika Jamil berdiri di depan Kabah ia berteriak dengan suara lantang, “Wahai orang-orang Quraisy, ketahulah bahwa Umar telah menjadi shabi.”

Umar yang berada di belakangnya menyanggah, “Dia bohong! Akan tetapi aku telah masuk Islam! Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.”

Maka orang-orang Quraisy yang pada saat itu tengan duduk-duduk di sekitar Kabah menyerbu dan mengeroyok Umar. Umar melawan. Pengeroyokan berlangsung lama hingga matahari berada di atas kepala. Umar pun kelelahan. Ia duduk sementara orang-orang kafir Quraisy berdiri di dekatnya.

Umar berkata, “Lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan. Aku bersumpah dengan nama Allah, seandainya jumlah kami mencapai tiga ratus orang, niscaya kami akan meninggalkannya untuk kalian atau kalian meninggalkannya untuk kami.”

Ketika mereka sedang demikian,  tiba-tiba datang seorang laki-laki Quraisy yang sudah berumur. Ia adalah al-Ash bin Wa-il as-Sahmi. Ia memakai jubah katun bergaris dan gamis berhias.

“Ada apa dengan kalian,” tanyanya.

Mereka menjawab, “Umar telah menjadi shabi.”

“Apa urusannya dengan kalian?” hardiknya. “Seseorang berhak memilih sesuatu untuk dirinya, lalu apa mau kalian?” Apakah kalian mengira bahwa Bani Adi bin Ka’ab akan menyerahkan kawannya ini begitu saja? Sekarang, pergilah kalian!”

Mereka pun pergi meninggalkan Umar.

Adapun kisah yang lebih masyhur tentang keislaman Umar, yang menyatakan bahwa saat itu ia tengah berjalan menuju Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membunuhnya, lalu ia bertemu dengan seseorang yang mengetahui maksudnya dan kemudian merasa heran karena Umar tidak mengetahui tentang keislaman adiknya dan suaminya, kemudian Umar menjadi marah dan segera menemui adiknya dan suaminya, dan ia menemukan Khabab tengah berada bersama mereka, lalu ia memukul adiknya hingga berdarah, lalu ia menemukan beberapa ayat surat Thaha di tangan mereka, kemudian ia membacanya setelah sebelumnya adiknya memintanya untuk mandi terlebih dahulu jika ingin menyentuhnya, kemudian ia masuk Islam dan pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyatakan keislamannya, lalu ia menolak perlindungan yang diberikan pamannya agar ia tidak dipukuli sebagaimana yang dialami golongan lemah dari kaum muslimin hingga Allah memuliakan Islam…kisah ini tidak diriwayatkan melalui isnad yang sahih dan dapat diterima oleh kalangan ahli hadis, walaupun sebagiannya diriwayatkan dengan isnad yang hasan.

Islamnya Umar merupakan jawaban Allah atas doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan orang yang lebih engkau cintai dari dua orang ini: Abu Jahal atau Umar bin Khaththab.”

Dan Allah memperkuat Islam dengan Umar bin Khaththab.

Baca sebelumnya: HAMZAH MASUK ISLAM

Baca sesudahnya: PEMBOIKOTAN SOSIAL

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah