KHITAN DAN PENAMAAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

KHITAN DAN PENAMAAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Khitan Rasulullah

Para ulama berselisih pendapat tentang khitan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara mereka mengatakan bahwa beliau terlahir dalam keadaan telah dikhitan. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau dikhitan oleh kakeknya Abdul Muththalib pada hari ketujuh dari kelahirannya. Lalu ia membuat jamuan dan menamakannya Muhammad. Dan yang dikuatkan oleh para ulama besar terdahulu adalah bahwasanya beliau terlahir dalam keadaan telah dikhitan.

Penamaan Rasulullah

Ketika kaumnya bertanya kepadanya tentang alasan tidak menggunamakan nama keluarga yang lain, Abdul Muththalib menjawab bahwa ia ingin agar Allah memuji cucunya di langit dan makhluk-Nya memujinya di bumi.

Pada saat Aminah mengandung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ia didatangi seseorang yang berkata kepadanya, “Jika anakmu lahir, beri ia nama Muhammad. Sesungguhnya nama yang tertera di Taurat dan Injil adalah Ahmad, yang akan dipuji oleh penduduk langit dan bumi, dan yang tertera di al-Qur’an adalah Muhammad.”

Dan Aminah pun menamakannya demikian.

Kemudian Aminah memberitahu Abdul Muththalib tentang perintah pemberian nama anaknya. Maka Abdul Muththalib mengucapkan sebuah syair yang di akhirnya ia berkata: “Ahmad telah tertulis di lisan”. Dan nama Ahmad tidak pernah dikenal sebelumnya.

Sebagian orang Arab memberi nama Muhammad untuk-anak-anak mereka begitu tersiar kabar bahwa akan lahir dan diutus seorang Nabi yang bernama Muhammad.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga dikenal dengan nama-nama lain. Beliau bersabda, “Sesunggungnya aku mempunyai beberapa nama. Akulah Muhammad, Ahmad, dan akulah al-Mahi (penghapus) dimana Allah telah menghapus kekufuran melaluiku, dan akulah al-Hasyir (yang menghimpun) yang telah menghimpun manusia di kakiku, dan akulah al-’Aqib (yang tidak ada lagi nabi setelahnya).”

Nama-nama lain adalah al-Khatim (penutup), al-Muqaffa, Nabi Rahmah, dan Nabi al-Mulahim.

Beliau digelari Abul Qasim. Sedangkan Jibril menggelarinya Abu Ibrahim. Namun beliau tidak ingin mengubah gelar yang telah dikenal.

Baca sebelumnya: NASAB RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Baca sesudahnya: LAHIR DALAM KEADAAN YATIM

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah Sirah Nabawiyah