MENCACI AL-QUR’AN, ZAT YANG MENURUNKANNYA, DAN ORANG YANG MEMBAWANYA

MENCACI AL-QUR’AN, ZAT YANG MENURUNKANNYA, DAN ORANG YANG MEMBAWANYA

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salat bersama para sahabatnya dengan mengeraskan suara bacaan al-Qur’an dan orang-orang musyrik mendengarnya, maka mereka mencaci al-Qur’an, Zat yang menurunkannya, dan orang yang membawanya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam: (وَلَا تَجْهَرْبِصَلَاتِكَ) “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat,” yakni janganlah meninggikan bacaan salatmu agar tidak terdengar oleh orang-orang musyrik sehingga mereka tidak mencaci al-Qur’an, (وَلَا تُخَافِتْ بِهَا) “dan janganlah (pula) merendahkannya,” yakni janganlah merendahkan bacaanmu dari para sahabatmu sehingga mereka bisa mendengarnya, (وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًا) “dan usahakanlah jalan tengah di antara keduanya.” (QS al-Isra’: 110)

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan bacaan dalam salat, maka orang-orang musyrik pergi dari situ. Mereka enggan mendengarnya. Jika ada yang ingin mendengarnya, ia harus mencuri dengar dengan memisahkan diri dari kaumnya. Apabila ia merasa perbuatannya diketahui oleh kaumnya, ia segera pergi dari situ karena takut disakiti oleh kaumnya.

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merendahkan suara bacaannya, dan orang yang mendengarnya merasa kaumnya tidak mendengar bacaan beliau, maka ia berusaha untuk lebih mendengarnya lagi. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya: (وَلَا تَجْهَرْبِصَلَاتِكَ) “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat” sehingga mereka menjauh darimu, (وَلَا تُخَافِتْ بِهَا) “dan janganlah (pula) merendahkannya” sehingga orang yang ingin mendengar dapat mendengarnya. Semoga ia merasa puas dan yakin dengan apa yang ia dengar. (وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًا) “Dan usahakanlah jalan tengah di antara keduanya.” (QS al-Isra’: 110)

Ketika orang-orang muslim mencaci patung-patung berhala milik orang-orang kafir, mereka balas mencaci Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍ

Dan janganlah kamu memaki sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.” (QS al-An’am: 108)

Larangan mencaci maki tuhan-tuhan orang-orang musyrik ini walaupun di dalamnya terdapat kemaslahatan, namun diikuti oleh keburukan yang sangat besar, yaitu balasan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, berupa mencaci maki Rabb orang-orang yang beriman.

Baca sebekumnya: MEREDAM DAKWAH RASULULLAH MELALUI PERUNDINGAN

Baca sesudahnya: MELONTARKAN PERTANYAAN-PERTANYAAN SULIT UNTUK MENJATUHKAN RASULULLAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah