KISAH NABI ADAM – PENCIPTAAN ADAM

KISAH NABI ADAM – PENCIPTAAN ADAM

Allah Ta’ala menyiapkan rumah untuk penghuninya sebelum si penghuni diciptakan, menyiapkan alam raya untuk suatu yang besar. Tak satu makhluk pun di alam raya, melainkan mereka bertasbih memuji-Nya. Di langit ada malaikat-malaikat yang mengelilingi Arasy sambil memuji dan memahasucikan Allah. Di setiap langit ada malaikat-malaikat yang melaksanakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Bersama malaikat ada Iblis, ayah bangsa jin yang turut bertasbih meski bukan bagian dari malaikat. Mereka semua tidak tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi di alam raya.

Allah Ta’ala mengambil segenggam tanah dari seluruh bumi untuk menciptakan Adam. Di dalamnya terdapat tanah putih, merah, hitam, buruk, baik, lunak, dan keras. Itu terjadi di akhir waktu pada hari Jumat. Tak satu makhluk pun tahu siapakah Adam?

Allah berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (QS al-Baqarah: 30)

Malaikat adalah makhluk yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak mendurhakai apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Allah telah mengilhamkan mereka bahwa khalifah yang akan hidup di muka bumi akan diciptakan dari sesuatu yang membuatnya mampu melakukan hal-hal yang diharamkan, menumpahkan darah, dan berbuat kerusakan di muka bumi. Para malaikat yang tidak mengetahui mana yang lurus dan mana yang bengkok berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” (QS al-Baqarah: 30)

Mereka bertanya demikian untuk mengetahui hikmah penciptaan itu, bukan untuk berpaling; atau karena mereka takut akan munculnya pada diri mereka atau salah satu di antara mereka sikap menyepelekan atau menentang. Oleh karena itu, mereka segera membebaskan diri mereka dengan mengatakan, “Sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu.”

Allah Ta’ala yang mengetahui segala sesuatu berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (QS al-Baqarah: 30)

Allah Ta’ala kemudian membasahi segenggam tanah tadi hingga menjadi tanah yang lengket. Setelah itu, Allah membentuk wujud manusia hingga menjadi jasad dari tanah liat. Selanjutnya Allah membiarkannya hingga menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk. Wujud tersebut tetap dibiarkan hingga kering dan menjadi tanah liat kering. Bagian jasad yang pertama diciptakan adalah tulang ekor. Karena itulah tanah tidak dapat memakan tulang ekor. Dari tulang inilah manusia akan disusun kembali pada Hari Kiamat.

Allah Ta’ala kemudian meninggalkan Adam seperti yang Dia kehendaki. Dia membiarkannya berupa tanah liat kering seperti tembikar yang berongga di tengahnya.

Ketika para malaikat berlalu di dekatnya, mereka terperanjat dengan apa yang mereka lihat. Kemudian Iblis datang. Ia mengelilingi Adam. Ketika dilihatnya Adam berongga di tengahnya, Iblis mengetahui bahwa Adam adalah makhluk yang tidak mampu menguasai diri.

Iblis berkata, “Kau diciptakan untuk sesuatu yang besar. Sungguh, jika aku diberi kuasa atasmu, aku pasti akan membinasakanmu.”

Iblis dengki kepada Adam tanpa mengetahui esensinya. Wujud Adam kala itu masih berbentuk tanah liat kering seperti tembikar yang berukuran besar. Tingginya enam puluh hasta dan banyak bulunya. Seperti pohon kurma yang tinggi.

Selanjutnya Allah meniupkan roh ke dalam tubuh Adam. Bilamana roh mengalir di salah satu bagian tubuh, bagian itu menjadi daging dan darah. Hingga roh mengenai penglihatan, pendengaran, dan hidung. Ketika mengenai hidung, Adam bersin, lalu memuji Allah.

Allah Ta’ala berfirman kepada Adam, “Semoga Rabbmu merahmatimu, wahai Adam.”

Selanjutnya Allah berfirman, “Wahai Adam, hampirilah sekelompok malaikat itu! Sampaikan salam kepada mereka, lalu perhatikan apa yang mereka ucapkan!

Adam pun menghampiri sekelompok malaikat. Ia mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.”

Wa ‘alaikassalam warahmatullahi wabarakatuhu,” jawab para malaikat.

Lalu Adam kembali kepada Rabbnya.

Allah berfirman kepada Adam, “Wahai Adam, itulah salam penghormatanmu, dan salam penghormatan keturunanmu.”

Melalui percakapan ini, Adam memahami dua hal: Pertama, ia memiliki keturunan yang akan menggantikan perannya. Kedua, Rabbnya memberikan rahmat kepadanya. Dengan demikian, ia tahu bahwa jika ia bertobat, Allah akan mengampuninya, karena rahmat Rabbnya mendahului azab-Nya.

Baca setelahnya: PERJANJIAN ADAM ‘ALAIHISSALAM

Baca juga: PENCIPTAAN MANUSIA DAN PENENTUAN NASIBNYA

(Dr Hamid Ahmad ath-Thahir)

Kisah