PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH

PERNIKAHAN DENGAN KHADIJAH

Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab adalah seorang wanita yang berpendirian kuat, mulia dan cerdas. Ia berasal dari nasab Quraisy terbaik, terhormat dan kaya raya. Para laki-laki dari kaumnya sangat ingin menikahinya.

Khadijah biasa mengupah laki-laki untuk membawa dan menjual barang dagangannya dan memberi mereka bagian dari hasilnya. Ketika ia mendengar sifat, kejujuran, amanah dan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyuruh seseorang menemui beliau dan menawarkan untuk membawa dan menjual barang dagangannya ke Syam. Ia akan memberi gaji yang lebih banyak dari yang pernah ia berikan kepada pedagang lain. Beliau pun menyetujuinya.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat bersama seorang pelayan Khadijah yang bernama Maisarah. Selama berinterasksi dengan Rasulullah, Maisarah menyaksikan banyak tanda dan mukjizat pada diri beliau yang kemudian diceritakannya kepada Khadijah.

Diantara tanda-tanda tersebut adalah bahwa ketika mereka tiba di kota Bushra yang berada di negeri Syam, Rasulullah beristirahat di bawah sebuah pohon. Seorang rahib berkata, “Tidaklah beristirahat di bawah pohon itu kecuali seorang nabi.” Sang rahib bertanya kepada Maisarah, “Apakah di kedua matanya terdapat sedikit warna merah?” Maisarah menjawab, “Ya.” Sang rahib berkata, “Jangan kau tinggalkan dia! Dia adalah seorang nabi, dan dia merupakan nabi terakhir.”

Maisarah juga melihat dua malaikat yang menaungi beliau saat matahari sedang panas-panasnya. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Khadijah melihat hal itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah pada siang hari.

Diceritakan kepada Khadijah bahwa terjadi sesuatu antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seseorang dalam jual beli. Orang itu berkata kepada beliau, “Bersumpahlah dengan nama Lata dan Uzza!” Beliau berkata, “Aku tidak pernah bersumpah atas nama mereka sekalipun. Jika aku melewati mereka, aku akan memalingkan wajahku dari mereka.”

Apa yang didengar oleh Khadijah dari Maisarah dan Waraqah menguatkan apa yang telah diketahuinya tentang akhlak dan kemuliaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Khadijah bercerita kepada putra pamannya, Waraqah bin Naufal tentang perkataan sang rahib yang didengarnya dari Maisarah, yaitu perkataan, “Tidaklah beristirahat di bawah pohon itu kecuali seorang nabi,” dan juga tentang naungan dua malaikat yang dilihat oleh Maisarah terhadap beliau. Maka Waraqah berkata, “Jika ini benar, wahai Khadijah, sungguh Muhammad merupakan nabi dari umat ini. Aku tahu bahwa umat ini mempunyai seorang nabi yang masih ditunggu. Maka inilah saatnya.”

Dalam kisah tersebut diceritakan bahwa perniagaan Rasulullah mendapatkan keuntungan dua kali lipat dari pedagang lainnya. Maka Khadijah pun menggandakan upah yang ia janjikan untuk beliau pada awalnya, dan itu benar-benar lebih banyak dua kali dari yang biasa diberikannya kepada pedagang Quraisy lainnya.

Diriwayatkan bahwa adik perempuan Khadijah pernah mempekerjakan Rasulullah dan seorang temannya. Ketika mereka telah menyelesaikan pekerjaannya, ternyata ada hak mereka yang belum diberikan oleh adik Khadijah. Maka teman beliau mendatanginya dan meminta hak dirinya. Ketika ia menyuruh beliau untuk meminta haknya, beliau enggan melakukannya karena malu. Maka adik Khadijah menceritakan hal itu kepada Khadijah yang membuat Khadijah bertambah kagum kepada beliau dan berkeinginan untuk menikahi beliau. Khadijah mengirim temannya, Nafisah binti Maniyyah untuk menawarkan hal itu kepada beliau. Beliau pun menyetujuinya. Khadijah kemudian meminta beliau menemui ayahnya untuk melamarnya. Beliau berkata, “Ayahmu adalah orang yang kaya. Dia tidak akan menerima lamaranku.” Khadijah berkata, “Pergilah menemuinya dan berbicaralah kepadanya! Aku akan menjaminmu. Datanglah saat ia sedang mabuk.”

Maka perkawinan mereka pun berlangsung.

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah telah menikah dengan Atiq bin A’idz al-Makhzumi dan dikaruniai seorang putri darinya. Lalu ia menikah dengan Abu Halah bin an-Nabbasy at-Tamimi. Darinya ia dikaruniai putranya Hindun dan seorang anak perempuan. Abu Halah wafat pada masa jahiliah.

Adapun Rasulullah, perempuan yang pertama beliau nikahi adalah Khadijah. Beliau tidak pernah menikah dengan perempuan lainnya hingga Khadijah wafat. Beliau menikah dengan Khadijah pada tahun kedua puluh lima setelah kelahiran beliau.

Orang yang menikahkan Khadijah adalah ayahnya, Khuwailid. Ketika itu ia dalam keadaan mabuk.

Orang yang pergi bersama Rasulullah untuk meminang Khadijah adalah pamannya, Hamzah.

Khadijah memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Rasulullah. Khadijah memiliki sifat-sifat terpuji. Dia adalah wanita yang dikenal di antara kaumnya sebagai ‘ath-Thahirah al-‘Afifah” (wanita yang suci dan menjaga dirinya). Darinya Rasulullah mendapatkan seluruh anak-anaknya selain Ibrahim, yang dilahirkan oleh Mariyah al-Qibthiyah. Anak-anak beliau dari Khadijah adalah putranya al-Qasim -dengannya beliau digelari- yang meninggal ketika masih kecil sebelum kenabian atau sesudahnya, empat putrinya: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah (ada yang mengatakan bahwa Ummu Kultsum lebih kecil dari Fathimah), dan kemudian putranya Abdullah yang dilahirkan setelah kenabian. Semua putra beliau meninggal ketika masih kecil, sedangkan seluruh putri beliau mengalami masa kenabian, masuk Islam dan ikut berhijrah bersama beliau.

Khadijah meninggal pada usia enam puluh lima tahun. Umurnya ketika dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah empat puluh tahun.

Baca sebelumnya: ALLAH MELINDUNGI NABI MUHAMMAD DARI KEBIASAAN JAHILIAH

Baca sesudahnya: MEMBANGUN KA’BAH

Baca juga: KHADIJAH BINTI KHUWAILID

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah Sirah Nabawiyah