PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN AMAL

PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN AMAL

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ  وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُوْنَ وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan. Dan mereka adalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS al-Mu’minun: 57-61)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat ini, وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ (Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut). ‘Aisyah bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamar dan mencuri?”

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

Bukan, wahai putri as-Shiddiq, tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, namun mereka takut amal mereka tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Hakim. Dihasankan oleh Syekh Salim al-Hilali)

Para sahabat radhiyallahu ‘anhuma bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal saleh. Mereka merasa takut jika amal mereka dihapus oleh Allah Ta’ala dan khawatir tidak diterima. Hal ini disebabkan oleh tingginya ilmu yang mereka miliki serta kuatnya kedalaman iman mereka.

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku dua rakaat, maka hal itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Maidah: 27)

Abdullah bin Mulaikah berkata, “Aku telah mengenal tiga puluh sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka takut kemunafikan menimpa diri mereka. Tidak seorang pun di antara mereka mengatakan bahwa keimanan mereka setara dengan keimanan Jibril dan Mika’il ‘alaihimas salam.”

Perkara-perkara yang Membatalkan Amal

Perkara-perkara yang membatalkan amal sangat banyak. Sebagian membatalkan seluruh amal, seperti syirik, murtad, dan nifak akbar (kemunafikan besar), sementara yang lain hanya membatalkan amal tertentu, seperti menyebut-nyebut sedekah. Di sini, aku hanya akan menyebutkan lima perkara saja. Semoga lima pembatal amal ini dapat menanamkan kewaspadaan kita terhadap perkara-perkara lainnya.

1. Syirik kepada Allah

Syirik adalah penghapus seluruh amal. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS al-Zumar: 65)

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS al-Furqan: 23)

Dari Abi Sa’d bin Abu Fadhalah al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَمَعَ اللَّهُ النَّاسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلٍ عَمِلَهُ لِلَّهِ أَحَدًا، فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ

Ketika Allah mengumpulkan manusia pada Hari Kiamat, pada hari yang tidak diragukan lagi, seorang penyeru akan berseru, ‘Barang siapa yang dalam amal yang dilakukannya untuk Allah mempersekutukan sesuatu (dengan Allah), maka hendaklah ia mencari pahalanya dari selain Allah, karena sesungguhnya Allah adalah Zat yang paling tidak memerlukan sekutu dari perbuatan syirik.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

2. Riya’

Riya’ dibagi menjadi dua.

Pertama: Seseorang melakukan suatu amal dengan tujuan selain karena Allah Ta’ala. Riya’ semacam ini tergolong syirik yang dapat menghapus amal. Sebagian ulama mengatakan, “Syirik dalam niat, maksud, dan tujuan.”

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka. Dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia. Dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Hud: 15-16)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang beramal dengan riya’ akan diberi balasan kebaikan di dunia. Mereka tidak akan dizalimi, walau sekecil apapun.”

Ibnu Abbas berkata, “Barangsiapa beramal saleh dengan tujuan mencari dunia, baik itu berupa puasa, shalat, atau tahajud, dan ia tidak mengamalkannya kecuali untuk kepentingan dunia, maka Allah berfirman kepadanya, ‘Aku akan memberi balasan atas amal yang dikerjakannya selama berada di dunia, namun akan dihapuskan balasan amal tersebut yang dikerjakan untuk dunia, dan di akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang merugi.’”

Kedua: Seseorang beramal untuk mencari ridha Allah, namun riya’ datang menjangkitinya setelah ia memulai amalnya, maka ini termasuk syirik kecil.

Dari Mahmud bin Lubaid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ

Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.”

Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرِّيَاءُ. إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا، فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

Riya’. Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman pada hari ketika para hamba dibalas atas amal-amal mereka: ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ di dunia dengan amal-amal kalian, lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka.” (HR Ahmad dan al-Baghawi dengan isnad yang sahih sesuai syarat Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنْ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Maukah kalian kuberitahu sesuatu yang lebih aku khawatirkan atas kalian daripada al-Masih ad-Dajjal?

Abu Sa’id berkata: Kami menjawab, “Tentu.”

Beliau bersabda,

الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri untuk shalat, lalu ia memperindah shalatnya karena ia mangetahui seseorang memperhatikannya.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Sebagian orang meremehkan perkara syirik ini karena disebut dengan istilah ‘syirik kecil’. Penyebutan ini hanyalah jika dibandingkan dengan syirik besar. Namun, syirik kecil tetap merupakan dosa yang lebih besar dibandingkan dosa-dosa besar lainnya. Oleh karena itu, para ulama berkata,

🏀 Apabila syirik kecil merasuki sebuah amal ibadah, maka amal tersebut menjadi rusak dan dihapus.

🏀 Sesungguhnya pelaku syirik kecil tidak akan diampuni oleh Allah Ta’ala. Ia tidak termasuk ke dalam golongan orang yang dapat diampuni dengan kehendak Allah seperti halnya para pelaku dosa besar.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS al-Nisa’: 116)

Yang harus dilakukan oleh orang beriman adalah mewaspadai segala jenis kesyirikan. Ia harus merasa khawatir akan terjangkiti oleh penyakit ini. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, meskipun merupakan imam bagi orang-orang yang bertauhid, sangat takut terjangkiti syirik. Ia pun berdoa kepada Rabb-nya,

وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ 

Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (QS Ibrahim: 35)

Ibrahim al-Taimy berkata, “Siapa yang bisa merasa aman dari bencana ini setelah Nabi Ibrahim?”

3. Menyebut-nyebut Kebaikan yang telah Dilakukan dan Menyakiti Hati Penerima Kebaikan

Allah Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ

Hai orang-orang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)!” (QS al-Baqarah: 264)

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ  

Tiga golongan yang Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat, tidak akan melihat kepada mereka, tidak akan menyucikan mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tiga golongan tersebut sebanyak tiga kali. Abu Dzar berkata, “Merugilah mereka. Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الْمُسْبِلُ، وَالْمَنَّانُ، وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Orang yang menjulurkan pakaiannya (dengan sombong), orang yang mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa-i, dan ad-Darimi. Lihat Irwa’ al-Ghalil)

4. Meninggalkan Shalat Ashar

Allah Ta’ala berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS al-Baqarah : 238)

Dari Abu Buraidah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

Barang siapa meninggalkan salat Ashar, maka sungguh amalnya telah terhapus.” (HR al-Bukhari, an-Nasa-i, dan Ahmad)

5. Bersumpah atas Nama Allah

Dari Dhamdham bin Jaus al-Yamami, ia berkata: Aku memasuki masjid Madinah, lalu seorang tua renta memanggilku dan berkata, “Wahai Yamami, kemarilah!” Aku tidak mengenal orang itu. Ia kemudian berkata, “Jangan sekali-kali engkau berkata kepada seseorang, ‘Demi Allah, Allah pasti tidak akan mengampunimu selamanya, dan Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam Surga selamanya.’” Aku bertanya, “Siapakah dirimu? Semoga Allah memberi rahmat-Nya kepadamu.” Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, perawi berkata: Sesungguhnya kalimat tersebut sering diucapkan oleh sebagian dari kita kepada orang lain atau kepada istrinya ketika marah.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Disebutkan dua orang lelaki yang saling mencintai dari kalangan Bani Isra’il. Salah seorang di antara mereka bersungguh-sungguh dalam ibadah, sementara yang lain…” sepertinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkannya sebagai seorang pendosa. “Pendosa tersebut sering diperingatkan, ‘Berhentilah dari apa yang engkau lakukan!’ Namun, sang pendosa selalu menjawab, ‘Biarkanlah aku bersama Rabb-ku.’

Suatu ketika, temannya mendapati sang pendosa melakukan suatu dosa yang dianggapnya besar, lalu ia memperingatkannya, ‘Berhentilah!’ Namun orang itu tetap menjawab, ‘Biarkanlah aku bersama Rabb-ku. Apakah engkau dibangkitkan sebagai pengawas atas perbuatanku?’ Temannya kemudian berkata, ‘Sungguh, engkau tidak akan diampuni selamanya, dan tidak pula akan dimasukkan ke dalam Surga selamanya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah mengutus seorang malaikat untuk mencabut nyawa mereka berdua, lalu mereka dihadapkan kepada Allah. Dia berfirman kepada sang pendosa: ‘Masuklah ke Surga dengan rahmat-Ku,’ dan Dia berfirman kepada yang lain: ‘Apakah engkau bisa menghalangi rahmat-Ku bagi seorang hamba-Ku?’ Dia menjawab, ‘Tidak, wahai Rabb-ku.’ Maka Allah berfirman, ‘Bawalah orang ini ke Neraka.’”

Abu Hurairah berkata: Demi Yang jiwaku berada di sisi-Nya, dia telah mengucapkan suatu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.”

Baca juga: MENGAPA SYIRIK DISEBUT KEZALIMAN YANG BESAR?

Baca juga: AGAMA ISLAM MUDAH

Baca juga: CINTA DAN BENCI KARENA ALLAH

(Dr Amin bin Abdullah asy-Syaqawi)

Akidah