KISAH NABI ADAM – WAFATNYA ADAM

KISAH NABI ADAM – WAFATNYA ADAM

Menjelang wafatnya Adam berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, aku menginginkan buah-buahan Surga.”

Anak-anak Adam pergi mencarikan buah-buahan Surga untuk Adam. Mereka bertemu beberapa malaikat yang membawa kafan, kamper, cangkul, sekop, dan keranjang. Para malaikat bertanya kepada anak-anak Adam, “Kalian hendak kemana? Apa yang kalian cari? Apa yang kalian inginkan?”

Anak-anak Adam menjawab, “Ayah kami sedang sakit. Ia menginginkan buah-buahan Surga.”

Para malaikat berkata, “Pulanglah! Ayah kalian telah meninggal dunia.”

Ketika para malaikat tiba di kediaman Adam, Hawa mengenali mereka. Ia berlindung di balik Adam.

Adam berkata, “Menjauhlah dariku! Dulu aku tergoda karenamu. Biarkan aku menemui malaikat-malaikat Rabbku!”

Para malaikat kemudian mencabut nyawa Adam, memandikan, mengafani, memberi kamper, menggalikan kubur dan liang lahad, dan mensalatkan jenazahnya. Mereka kemudian memasukkan jasad Adam ke liang lahad dan menutupinya dengan tanah. Setelah itu malaikat berkata, “Wahai anak-anak Adam, inilah sunah kalian (dalam mengurus jenazah).”

Ulama berbeda pendapat tentang tempat pemakaman Adam. Menurut pendapat yang masyhur, Adam dikebumikan di sebuah gunung di India, tempat ia diturunkan dari Surga. Menurut pendapat yang lain, ia dimakamkan di gunung Abu Qubais di Makkah. Wallahu a’lam.

Disebutkan dalam hadis al-Bukhari dari Anas -dalam hadis Mi’raj- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jibril kemudian meraih tanganku, lalu membawaku naik ke langit. Setiba di langit paling bawah, Jibril berkata kepada penjaga langit, ‘Bukalah!’

Penjaga langit bertanya, ‘Siapa itu?’

‘Jibril,’ jawab Jibril,

‘Siapa yang bersamamu itu?’ tanya penjaga langit.

‘Muhammad,’ jawab Jibril.

‘Apa ia sudah diutus sebagai rasul?’ tanya penjaga langit.

‘Sudah,’ jawab Jibril.

Maka pintu langit dibuka.

Setelah kami berada di atas langit, ternyata di sana ada seseorang. Di sebelah kanannya ada sekelompok besar manusia. Di sebelah kirinya ada sekelompok besar manusia. Ketika melihat ke sebelah kanan, ia tertawa. Namun, ketika melihat ke sebelah kiri, ia menangis.

Lalu ia berkata, ‘Selamat datang, wahai nabi dan anak yang saleh!’

Aku bertanya, ‘Siapa dia, wahai Jibril?’

Jibril menjawab, ‘Dia Adam. Sekelompok manusia di sebelah kanan dan kirinya adalah jiwa keturunannya. Sekelompok manusia di sebelah kanannya adalah penghuni Surga. Sekelompok manusia di sebelah kirinya adalah penghuni Neraka. Ketika melihat ke sebelah kanan, ia tertawa. Ketika melihat ke sebelah kiri, ia menangis,’”

Disebutkan dalam hadis al-Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Orang pertama yang dipanggil pada hari Kiamat adalah Adam. Seluruh keturunannya melihatnya.

Lalu dikatakan, ‘Ini ayah kalian, Adam.’

Adam berkata, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu (untuk senantiasa taat kepada-Mu). Dan aku akan senantiasa menolong (perintah dan agama-Mu).’

Allah Ta’ala berfirman, ‘Keluarkanlah utusan Neraka di antara keturunanmu.’

Adam bertanya, ‘Ya Rabb, berapa banyak yang aku keluarkan.’

Allah Ta’ala menjawab, ‘Keluarkanlqh sembilan puluh sembilan dari setiap seratus.’”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, jika setiap seratus di antara kami diambil sembilan puluh sembilan, lalu siapa yang tersisa dari kami?”

Beliau menjawab, “Sungguh, umatku di antara seluruh umat lain laksana bulu putih pada kerbau hitam.”

Disebutkan dalam hadis yang disepakati sahih (Muttafaq ‘alaih) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Rombongan pertama yang masuk Surga, wujud mereka seperti bulan purnama. Kemudian rombongan setelahnya, wujud mereka seperti bintang paling terang cahayanya di langit. Mereka tidak kencing, tidak berak, tidak meludah, dan tidak mengeluarkan ingus. Sisir mereka emas, keringat mereka kasturi, dupa mereka kasturi, istri-istri mereka bidadari. Mereka berwujud seperti wujud ayah mereka Adam. Tingginya enam puluh hasta.”

Baca sebelumnya: ADAM KELUAR DARI SURGA

Baca setelahnya: KISAH DUA ANAK ADAM

(Dr Hamid Ahmad ath-Thahir)

Kisah