HIJRAHNYA UMAR BIN KHATHTHAB DAN ORANG-ORANG BERSAMANYA

HIJRAHNYA UMAR BIN KHATHTHAB DAN ORANG-ORANG BERSAMANYA

Sebelum hijrah ke Madinah, Umar bin Khaththab, Ayyasy bin Abu Rabi’ah dan Hisyam bin al-Ash sepakat untuk bertemu di Tanadhub, sebuah anak sungai di tanah milik Bani Ghifar di atas Sarif.

Mereka berkata, “Jika salah seorang di antara kita tidak berada di sana besok pagi, berarti ia telah tertahan. Hendaklah dua lainnya berangkat ke Madinah.”

Keesokan harinya, Umar dan Ayyasy tiba di Tanadhub, sedangkan Hisyam tidak karena ditahan dan disiksa oleh orang Quraisy.

Dan ketika turun ayat:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَاَنِيْبُوْٓا اِلٰى رَبِّكُمْ وَاَسْلِمُوْا لَهٗ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ وَاتَّبِعُوْٓا اَحْسَنَ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَّاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ

Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Mahapengampun, Mahapenyayang. Dan kembalilah kalian kepada Rabb kalian, dan berserah-dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepada kalian, kemudian kalian tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepada kalian (al-Qur’an) dari Rabb kalian sebelum datang azab kepada kalian secara mendadak, sedangkan kalian tidak menyadarinya.’” (QS az-Zumar: 53-55)

Umar menulis ayat tersebut dan mengirimnya kepada Hisyam di Makkah, namun Hisyam kesulitan memahaminya. Ia memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia memberinya pemahaman. Allah Ta’ala kemudian memberi pemahaman di hatinya bahwasanya ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan orang-orang seperti dirinya. Beberapa tahun kemudian setelah perang Khandaq Hisyam menyusul Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah.

Telah terbukti bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat itu selalu membaca qunut setelah rukuk terakhir pada salat beliau dengan berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah al-Walid bin al-Walid, Salamah bin Hisyam, dan Ayyasy bin Abu Rabi’ah.”

Dalam riwayat lain terdapat tambahan dalam doa tersebut, “Ya Allah, selamatkanlah orang-orang lemah dari kaum mukminin.”

Dan Allah Ta’ala menyelamatkan mereka bertiga dan yang lainnya.

Umar bin Khaththab hijrah ke Madinah bersama Ayyasy bin Abu Rabi’ah. Ia tinggal di Madinah bersama Ayyasy. Dua puluh orang keluarga Umar menyusul kemudian dengan hewan tunggangan masing-masing.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Jibril, “Siapa yang akan menemaniku hijrah?”

Jibril menjawab, “Abu Bakar ash-Shiddiq.”

Rasulullah menahan Abu Bakar ash-Shiddiq ketika ia hendak berangkat hijrah. Beliau meminta Abu Bakar tetap di Makkah sampai ia menemani beliau hijrah jika beliau sudah diizinkan Allah Ta’ala. Sejak saat itu Abu Bakar mempersiapkan diri untuk hari tersebut. Ia membeli dua hewan tunggangan dan memberinya makan selama empat bulan.

Rombongan kaum mukminin pun terus berdatangan ke bumi hijrah, tanah Islam. Tidak seorang pun tersisa di tanah kafir, tanah perang, kecuali orang-orang lemah yang tertawan atau orang-orang yang masih memiliki urusan.

Orang terakhir dari kaum muslimin yang masih berada di Makkah adalah Abdullah bin Jahsy, seorang sahabat yang buta. Ketika ia memutuskan untuk hijrah, istrinya tidak setuju. Ia memintanya untuk hijrah ke tempat lain selain Madinah. Maka ia pun pergi hijrah dengan keluarga dan hartanya secara sembunyi-sembunyi hingga tiba di Madinah.

Abu Sufyan mengambil rumah Abdullah bin Jahsy di Makkah dan menjualnya. Lewatlah di depan rumah itu Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, al-Abbas bin Abdul Muththalib, dan Huwaithib bin Abdul Uzza. Di sana mereka menemukan kulit-kulit yang sudah rusak. Melihat itu Utbah menitikkan air mata. Ia menyenandungkan sebuah syair yang berbunyi:

Setiap rumah, selama apa pun ia tegak kokoh…

Suatu hari pasti akan punah

Abu Jahal mendatangi Abbas dan berkata, “Inilah yang kalian lakukan kepada kami.”

Kisah ini serta kisah lainnya membuktikan bahwa banyak rumah di Makkah kosong ditinggalkan pemiliknya.

Baca sebelumnya: KISAH HIJRAHNYA SHUHAIB

Baca sesudahnya: KONSPIRASI QURAISY UNTUK MENYINGKIRKAN RASULULLAH

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah