HILANGNYA AMANAH

HILANGNYA AMANAH

Salah satu tanda dari tanda-tanda kecil Kiamat adalah hilangnya amanah.

Amanah adalah lawan kata dari khianat sebagaimana firman Allah Ta’ala:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Semuanya enggan untuk memikul amanah dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS al-Ahzab: 72)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah Hari Kiamat!

Aku (Abu Hurairah) bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!” (HR al-Bukhari)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan cara diangkatnya (hilangnya) amanah dari hati manusia. Tidak tersisa amanah di hati manusia kecuali bekasnya saja.

Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan kepada kami dua hadis. Satu hadis telah kuketahui. Aku sedang menunggu hadis yang lain. Beliau meriwayatkan kepadaku bahwa amanah ditempatkan di pangkal hati manusia. Kemudian manusia belajar dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Beliau manyampaikan kepada kami tentang hilangnya amanah dengan bersabda,

يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الْأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ الْوَكْتِ. ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى أَثَرُهَا مِثْلَ الْمَجْلِ كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِك فَنَفِطَ فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ. فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ. فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا. وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ: مَا أَعْقَلَهُ، وَمَا أَظْرَفَهُ، وَمَا أَجْلَدَهُ. وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ. وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أَيَّكُمْ بَايَعْتُ. لَئِنْ كَانَ مُسْلِمًا، رَدَّهُ عَلَيَّ الْإِسْلَامُ. وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا، رَدَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ. فَأَمَّا الْيَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَايِعُ إِلَّا فُلَانًا وَفُلَانًا

Seseorang tertidur lelap, maka amanah dicabut dari hatinya sehingga bekasnya bagaikan titik-titik. Kemudian ia tertidur lelap, maka amanah dicabut kembali dan bekasnya bagaikan lepuh, seperti bara api yang digelindingkan di kakimu sehingga melukainya dan terlihat melepuh padahal sebenarnya tidak ada apa-apa di dalamnya. Pagi harinya manusia berbaiat, namun nyaris tak seorang pun menunaikan amanah. Selanjutnya dikatakan, ‘Di Bani Fulan ada seorang laki-laki yang terpercaya.’ Dan dikatakan tentang laki-laki itu, ‘Alangkah bijaknya dia, alangkah cerdasnya dia, alangkah pemberaninya dia,’ padahal di hatinya tidak ada seberat biji sawi pun keimanan. Telah berlalu suatu masa bagiku yang aku tidak peduli kepada siapa pun di antara kalian yang berbaiat, sebab apabila ia muslim, keislamannya akan mengembalikan (amanah) kepadaku, dan apabila ia Nasrani, walinya akan mengembalikan (amanah). Adapun hari ini, aku tidak membaiat selain si Fulan dan si Fulan.” (HR al-Bukhari)

Di dalam hadis ini terdapat penjelasan bahwa amanah akan dicabut dari hati seseorang sehingga ia menjadi pengkhianat, padahal sebelumnya ia orang yang terpercaya. Kejadian ini hanya terjadi pada orang yang rasa takutnya kepada Allah Ta’ala telah hilang, imannya lemah, dan bergaul dengan orang yang selalu berkhianat.

Di antara bentuk nyata hilangnya amanah adalah urusan kepemimpinan, kekhilafahan, peradilan dan pekerjaan diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, yang tidak mampu melaksanakan dan menjaganya. Mereka mengabaikan hak-hak orang lain, menganggap remeh kebaikan-kebaikan mereka, melukai hati mereka dan menimbulkan fitnah di antara mereka.

Jika orang yang memegang urusan orang lain mengabaikan amanah, sementara orang-orang mengikuti orang yang memegang urusannya, maka mereka akan sama dengannya dalam mengabaikan amanah. Baiknya pemimpin berakibat kepada baiknya orang yang dipimpin. Sebaliknya, rusaknya pemimpin berakibat kepada rusaknya orang yang dipimpin.

Sesungguhnya memercayakan urusan kepada orang yang bukan ahlinya merupakan bukti nyata tidak-adanya perhatian manusia terhadap agamanya. Mereka memercayakan urusan kepada orang yang mengabaikan agama mereka. Hal itu terjadi karena kebodohan mendominasi dan ilmu diangkat. Oleh karena itu, al-Bukhari rahimahullah menuturkan hadis dari Abu Hurairah yang terdahulu dalam kitab al-Ilmu sebagai isyarat kepada apa yang saya jelaskan di atas.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Kesesuaian matan hadis ini dengan kitab al-Ilmu adalah bahwa sesungguhnya mempercayakan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya terjadi apabila kebodohan mendominasi dan ilmu diangkat. Ini termasuk tanda-tanda Kiamat.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan akan adanya tahun-tahun yang penuh penghianatan. Semua urusan terbalik. Orang jujur dianggap bohong, dan orang bohong dianggap jujur. Orang terpercaya dianggap berkhianat, dan orang berkhianat dipercaya.

Baca juga: SIFAT ORANG MUNAFIK

Baca juga: BANYAKNYA PEMINUM KHAMAR DAN MENGANGGAPNYA HALAL

(Yusuf bin ‘Abdullah bin Yusuf al-Wabil)

Akidah