SERANGAN FISIK TERHADAP PARA BUDAK DAN KAUM LEMAH

SERANGAN FISIK TERHADAP PARA BUDAK DAN KAUM LEMAH

Selain kepada orang-orang beriman yang merdeka, orang-orang kafir menumpahkan semua kebenciannya terhadap Islam dan pemeluknya kepada budak dan kaum lemah.

Para budak tidak memiliki perlindungan sehingga siksaan yang mereka terima lebih berat dan lebih menyakitkan dibandingkan orang merdeka. Allah Ta’ala memberi keringanan kepada orang-orang yang disiksa atas apa yang mereka ucapkan di saat mereka tidak saggup lagi menahan siksa.

Terdapat tujuh orang yang pertama kali memperlihatkan keislamannya. Mereka adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, Ammar dan ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Miqdad.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilindungi oleh Allah Ta’ala melalui pamannya, Abu Thalib. Abu Bakr dilindungi oleh AllahTa’ala melalui kaumnya. Yang lain disiksa oleh kaum musyrikin dengan diseret, dipakaikan baju besi, dan dijemur di bawah terik matahari. Tidak seorang pun dari mereka melainkan terpaksa mengikuti kemauan orang-orang musyrik, kecuali Bilal. Sesungguhnya jiwa Bilal telah tunduk kepada Allah Ta’ala. Ia tidak menghiraukan lagi perbuatan kaumnya. Oleh karena itu, mereka menyeretnya, menyuruh anak-anak mengikutinya, dan membawanya mengelilingi Makkah. Meskipun disiksa demikian, Bilal tetap berkata, “Ahad, Ahad.”

Di antara budak dan kaum lemah yang paling berat menerima siksaan di Makkah adalah sebagai berikut:

Keluarga Yasir

Keluarga Yasir adalah contoh kaum lemah yang tertimpa berbagai macam siksaan dalam sejarah Islam. Keluarga Yasir dibawa keluar oleh Bani Makhzum ketika matahari sedang panas-panasnya. Mereka disiksa di bawah panas terik kota Makkah.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati keluarga Yasir yang sedang disiksa. Beliau berkata kepada keluarga Yasir, ”Bergembiralah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya janji bagi kalian adalah Surga.”

Ummu Ammar atau Sumayyah binti Khabath adalah orang pertama yang syahid di jalan Allah. Ia dibunuh oleh Abu Jahal dengan ditusuk bokongnya dengan tombak.

Yasir meninggal karena tidak tahan siksaan. Anaknya Abdullah dilempar hingga jatuh. Ammar bin Yasir dipukuli serta dibiarkan kehausan dan kelaparan sehingga ia tidak sanggup lagi untuk sekedar duduk.

Mereka berkata kepada Ammar, “Apakah Lata dan Uzza adalah tuhan-tuhanmu selain Allah?”

“Ya,” jawab Ammar.

Ammar terpaksa menjawab demikian karena ia tidak sanggup lagi menahan penderitaan.

Terkait hal ini Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:

مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعدِ إيمانِهِ إِلّا مَن أُكرِهَ وَقَلبُهُ مُطمَئِنٌّ بِالإيمانِ وَلٰكِن مَن شَرَحَ بِالكُفرِ صَدرًا فَعَلَيهِم غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُم عَذابٌ عَظيمٌ

Barangsiapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (ia mendapatkan kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman. (Ia tidak berdosa), tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar.” (QS an-Nahl: 106)

Bilal

Bilal bin Rabah adalah budak yang mengalami siksaan hebat. Tuannya adalah sebagian Bani Jumah. Ibunya bernama Hamamah. Disebutkan bahwa ia orang Habasyi, dan ini yang masyhur. Dikatakan pula bahwa ia seorang utusan.

Bilal adalah orang yang bersih hatinya dan jujur keislamannya. Tuannya, Umayyah bin Khalaf selalu menyiksanya dengan membiarkannya kehausan sehari semalam. Setelah itu Bilal dibawa keluar, dicampakkan ke tanah, dan disiksa di bawah panas terik matahari. Kemudian Umayyah memerintahkan orang-orang membawa sebuah batu besar untuk diletakkan di atas dada Bilal.

Ia berkata kepada Bilal, “Kamu akan tetap seperti ini sampai mati atau kufur kepada Muhammad dan menyembah Lata dan Uzza?”

Bilal menjawab, “Ahad, ahad.”

Amru bin Ash yang pernah menyaksikan Bilal disiksa di bawah terik matahari mengatakan bahwa jika sekerat daging diletakkan di sana, daging itu pasti matang.

Bilal tetap berteguh hati dalam Islam meskipun disiksa demikian hebat. Ia berkata, “Aku kafir terhadap Lata dan Uzza.” Ucapan ini membuat Umayyah semakin marah. Ia menghampiri Bilal dan menginjak lehernya hingga pingsan. Kemudian Bilal siuman kembali.

Suatu hari Abu Bakr melihat Bilal yang tengah ditimbun dengan batu. Ia bernegosiasi dengan tuan-tuan Bilal untuk membelinya. Abu Bakr pun membeli Bilal seharga 5 gram.

Bilal berkata kepada Abu Bakr, “Jika engkau membeliku untuk dirimu sendiri, maka pertahankanlah aku. Jika engkau membeliku karena Allah, maka biarkan aku mengerjakan amal untuk Allah.”

Maka Abu Bakr memerdekakan Bilal.

Khabab bin al-Aratti

Ia adalah Khabab bin al-Aratti bin Jandalah bin Sa’ad bin Khuzaimah bin Tamim at-Tamimi. Ia ditawan pada masa jahiliah dan dijual di Makkah. Ia merupakan budak dari Ummu Anmar al-Khuza’iyah, kemudian bersekutu dengan Bani Zuhrah. Ia bekerja sebagai pandai besi. Keahliannya adalah membuat kepala anak panah dan pedang. Ia termasuk di antara orang yang pertama-tama masuk Islam. Karena menunjukkan keislamannya, ia menerima berbagai macam siksaan bersama golongan lemah lainnya.

Orang-orang musyrik menjambak rambut Khabab dan memutar lehernya dengan kasar. Mereka berkali-kali merebahkannya di atas batu besar yang sangat panas, kemudian meletakkan sebuah batu di atasnya sehingga ia tidak bisa bangun. Mereka juga menyalakan api, lalu meletakkan Khabab di atasnya. Mereka tidak mematikan api hingga punggung Khabab mengelupas. Mereka juga membaringkan Khabab di atas batu yang telah dipanaskan. Semua upaya itu tidak membuat Khabab berubah sikap. Ia tetap dalam keislamannya.

Khabab pernah membuat sebilah pedang untuk al-Ash bin Wa’il. Setelah selesai ia mendatangi al-Ash untuk meminta bayaran.

al-Ash berkata, “Aku tidak akan memberimu hingga engkau kufur terhadap Muhammad.”

“Aku tidak akan kufur terhadap Muhammad hingga Allah mematikanmu dan menghidupkanmu kembali,” balas Khabab.

al-Ash berkata, “Jika Allah mematikanku dan menghidupkanku kembali, sementara aku memiliki harta dan anak-anak, aku pasti akan menuntutmu.”

Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya:

أَفَرَأَيتَ الَّذي كَفَرَ بِآياتِنا وَقالَ لَأوتَيَنَّ مالًا وَوَلَدًا أَطَّلَعَ الغَيبَ أَمِ اتَّخَذَ عِندَ الرَّحمٰنِ عَهدًا

Maka apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, ‘Pasti aku akan diberi harta dan anak?’” (QS Maryam: 77-78)

Ketika cobaan yang menimpa Khabab dan saudara-saudaranya dari golongan lemah semakin hebat, mereka mengadukan keadaan mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu beliau tengah berbantalkan selendangnya di bawah naungan Ka’bah.

Mereka berkata kepada beliau, “Mengapa engkau tidak meminta pertolongan untuk kami? Mengapa engkau tidak berdoa untuk kami?”

Beliau bersabda,

قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهَا، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ، فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ، فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ، فَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ. وَاللَّهِ لَيَتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرُ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ. لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ. وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ

Seorang laki-laki sebelum kalian pernah diringkus lalu digali lubang di tanah untuknya. Setelah itu ia ditimbun di sana. Kemudian didatangkan gergaji dan diletakkan di kepalanya, lalu kepalanya dibelah menjadi dua, dan disisir dengan sisir besi sehingga tulang dan dagingnya terpisah. Namun semua siksaan itu tidak memalingkannya dari agamanya. Demi Allah, perkara ini akan sempurna hingga seorang pengendara melakukan perjalanan dari Shan’a ke Hadramaut. Ia tidak takut apa-apa selain Allah dan srigala yang akan menerkam dombanya. Akan tetapi, kalian tergesa-gesa.” (HR al-Bukhari)

Budak dan kaum lemah lainnya

Di antara budak dan kaum lemah yang mendapat siksaan fisik dari kaum kafir Quraisy adalah Hamamah (ibunda Bilal), Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zinnirah, an-Nahdiyah dan putrinya (budak Bani Adi yang pernah disiksa oleh Umar bin Khaththab sebelum masuk Islam), dan seorang budak wanita dari Bani Mu’ammil. Mereka semua dimerdekakan oleh Abu Bakr.

Ketika Abu Quhafah melihat putranya Abu Bakr memerdekakan budak-budak lemah tersebut, ia berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihatmu memerdekakan budak-budak yang lemah. Seandainya engkau hanya memerdekakan budak-budak laki-laki yang kuat yang dapat melindungimu dan membelamu, tentu hal itu lebih baik bagimu.”

Abu Bakr membalas, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku hanya menginginkan apa yang diinginkan oleh Allah Ta’ala.”

Maka turunlah ayat:

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (yaitu Surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan). Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah) serta mendustakan pahala terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan). Dan hartanya tidak bermanfaat baginya jika ia telah binasa. Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk, dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu. Maka aku memperingatkan kamu dengan Neraka yang menyala-nyala, yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan akan dijauhkan darinya (Neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya). Dan tidak seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Rabbnya Yang Mahatinggi. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).” (QS al-Lail: 5-21)

Zinnirah sudah buta ketika dimerdekakan oleh Abu Bakr. Orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Bakr, “Tidak ada yang menghilangkan penglihatannya selain Lata dan Uzza.”

“Demi Baitullah, mereka bohong,” sanggah Abu Bakr. “Latta dan Uzza tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat.”

Maka Allah mengembalikan penglihatan Zannirah.

Aflah atau Abu Fukaihah, seorang budak dari Bani Abdud Dar sering diikat dengan tali di kakinya oleh tuannya, kemudian ditarik di tanah untuk menghalanginya dari agamanya.

Baca sebelumnya: SIKSAAN FISIK TERHADAP MUSLIM YANG BERASAL DARI LUAR MAKKAH

Baca setelahnya: DARUL ARQAM, TEMPAT PERTEMUAN RASULULLAH DENGAN KAUM MUSLIMIN

(Prof Dr Mahdi Rizqullah Ahmad)

Kisah