TUNGKU PANAS UNTUK PEZINA

TUNGKU PANAS UNTUK PEZINA

Para pezina laki-laki dan perempuan akan mendapatkan siksa di dalam kubur dengan disambar nyala api dari arah bawah.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan. Hati yang bergantung kepada sesuatu yang haram, setiap kali hendak meninggalkan dan membebaskan diri darinya, ia akan kembali kepadanya. Oleh karena itu, seperti itu pula balasannya di alam barzakh dan akhirat.”

Disebutkan dalam hadis dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu tentang mimpi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ، قَالَ: فَأَحْسِبُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: فَإِذَا فِيهِ لَغَطٌ وَأَصْوَاتٌ، قَالَ: فَاطَّلَعْنَا فِيهِ، فَإِذَا فِيهِ رِجَالٌ وَنِسَاءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمْ يَأْتِيهِمْ لَهَبٌ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ، فَإِذَا أَتَاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا

Kemudian kami pun berangkat untuk mendatangi suatu bangunan mirip tungku.” Kata Abu Raja, ‘Seingatku Samurah juga berkata, “Kami mendengar suara gaduh dari dalam tungku tersebut. Kami pun menengok ke dalamnya. Ternyata di sana terdapat banyak laki-laki dan perempuan telanjang. Mereka disambar nyala api dari bawah mereka. Jika nyala api itu mengenai mereka, mereka mengerang kesakitan.”

Di akhir hadis dijelaskan,

وَأَمَّا الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ الْعُرَاةُ الَّذِينَ فِي مِثْلِ بِنَاءِ التَّنُّورِ فَإِنَّهُمْ الزُّنَاةُ وَالزَّوَانِي

Adapun laki-laki dan perempuan yang telanjang di dalam bangunan yang mirip tungku itu adalah para pezina.” (HR al-Bukhari)

Renungkanlah hubungan azab ini dengan keadaan hati mereka, para pezina, di dunia. Dahulu, manakala mereka berkeinginan untuk bertobat, melepaskan diri dari jerat dosa, dan keluar dari tungku syahwat menuju cakrawala tobat, mereka kembali terjerumus setelah hampir keluar darinya.

Karena kemaksiatan dilakukan oleh anggota badan bagian bawah, maka api menyambar mereka dari arah bawah. Mengingat ketika di dunia api syahwat berkobar dari waktu ke waktu, sehingga mereka melampiaskannya dengan berbuat maksiat, maka api Neraka berkobar dan membakar mereka dari waktu ke waktu pula.

Setiap kali mereka ingin keluar dari kemaksiatan dan bertobat kepada Allah, keinginan itu tidak cukup kuat sehingga kalah oleh dorongan nafsu jahatnya. Mereka pun kembali berbuat maksiat. Oleh karena itu, setiap kali mereka hampir keluar dari tungku, mereka kembali lagi ke dalam tungku.

Seandainya ketika di dunia mereka mau bertobat dari maksiat dan kembali kepada Allah, tentu mereka berhasil keluar dari tungku, atau bahkan sama sekali tidak pernah masuk tungku, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam menyifati ibadurrahman:

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَانًا اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain, dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa melakukan yang demikian itu, niscaya ia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada Hari Kiamat, dan ia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. Maka, kejahatan mereka itu diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS al-Furqan: 68-70)

Ibadurahman tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak mengotori diri dengan hal itu. Jika di antara mereka ada yang mengotori diri dengan dosa besar, ia akan segera bertobat, kembali, dan beristikamah di jalan Allah. Dengan demikian, ia masuk ke dalam golongan ibadurrahman. Keburukannya pun diganti dengan kebaikan.

Baca juga: SIKSA KUBUR BAGI ORANG MUNAFIK, FASIK, DAN KAFIR

Baca juga: SIKSA KUBUR BAGI PENGADU DOMBA DAN ORANG YANG ENGGAN BERSUCI

(Syekh Dr Ahmad Farid)

Akidah