SABAR DALAM MENGHADAPI PEMIMPIN YANG MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

SABAR DALAM MENGHADAPI PEMIMPIN YANG MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Dari Abu Yahya, Usaid bin Hudhair radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang sahabat Anshar berkata, “Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak mempekerjakanku sebagaimana engkau mempekerjakan si fulan?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّكُمْ سَتَلْقَونَ بَعْدِي أَثَرَةً. فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

Sesungguhnya sepeninggalku kelak kalian akan menjumpai pemimpin yang mementingkan diri sendiri, maka bersabarlah hingga kalian bertemu denganku di telaga.” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Di dalam hadis Usaid bin Hudhair radhiyallahu ‘anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sepeninggalanku kelak kalian akan menjumpai atsarah.” Yaitu, sikap mementingkan diri sendiri atau mengambil hak orang lain secara tidak adil. Namun, beliau juga hersabda, “Bersabarlah hingga kalian bertemu denganku di telaga.”

Yakni, bersabarlah dan janganlah kalian bertikai dengan para pemimpin tentang urusan mereka hingga kalian bertemu denganku di telaga. Artinya, jika kalian bersabar, maka Allah akan memberikan kepada kalian pahala atas kesabaran kalian dengan memberi minum kepada kalian dari telaganya, telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya Allah, jadikanlah kami semua termasuk orang-orang yang mendatanginya dan minum darinya.

Telaga Nabi

Telaga ini akan ada pada Hari Kiamat di tempat dan waktu di mana manusia sangat membutuhkannya. Pada hari itu, manusia mengalami kesedihan, kesusahan, kesulitan, keringat, dan panas yang membuat mereka sangat membutuhkan air. Maka mereka mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebuah telaga yang sangat besar yang panjangnya sebulan perjalanan dan lebarnya sebulan perjalanan. Di atasnya terdapat dua saluran dari al-Kautsar, yang merupakan sungai di Surga yang diberikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih harum dari aroma kasturi. Di dalamnya terdapat bejana-bejana yang bersinar seperti bintang-bintang di langit dalam kecerahan, keindahan, dan jumlah yang banyak. Barangsiapa minum darinya sekali teguk, tidak akan pernah merasa haus setelah itu. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang minum darinya.

Nabi ‘alaihishshalatu wassalam memberikan petunjuk agar mereka bersabar meskipun mereka menemukan atsarah, karena kesabaran mereka terhadap kezaliman para pemimpin merupakan salah satu sebab mereka akan sampai ke telaga dan minum darinya.

Perilaku Pemimpin sesuai dengan Perilaku Rakyatnya

Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk bersabar terhadap monopoli para pemimpin atas hak-hak rakyat. Namun, kita harus mengetahui bahwa rakyat akan mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan perilaku mereka. Apabila rakyat berbuat buruk dalam hubungan mereka dengan Allah, maka Allah akan menimpakan pemimpin yang zalim kepada mereka, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS al-An’am: 129)

Jika rakyat baik, Allah akan memberikan pemimpin yang baik kepada mereka. Jika sebaliknya, maka keadaannya akan sebaliknya.

Dikisahkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan Khawarij datang kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan berkata, “Wahai Ali, mengapa orang-orang memberontak kepadamu dan tidak memberontak kepada Abu Bakar dan Umar?”

Ali menjawab, “Sesungguhnya orang-orang di masa Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma adalah aku dan orang-orang sepertiku. Adapun orang-orang di masaku adalah kamu dan orang-orang sepertimu,” yaitu orang-orang yang tidak ada kebaikan di dalamnya, sehingga menjadi sebab orang-orang memberontak dan terpecah belah terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, melawannya hingga membunuhnya.

Dikisahkan pula bahwa salah seorang raja Bani Umayah mendengar perkataan orang-orang tentang dirinya. Ia mengumpulkan para pembesar dan tokoh masyarakat. – Kukira, raja tersebut adalah Abdul Malik bin Marwan – . Dia berkata kepada mereka, “Wahai manusia, apakah kalian menginginkan kami menjadi seperti Abu Bakar dan Umar bagi kalian?”

Mereka menjawab, “Ya!”

Raja berkata, “Jika kalian menginginkan hal itu, maka jadilah kalian seperti orang-orang di masa Abu Bakar dan Umar!”

Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Bijaksana. Dia menetapkan pemimpin atas manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika mereka berbuat buruk, maka Dia akan memberikan pemimpin yang buruk kepada mereka. Jika mereka berbuat baik, maka Dia akan memberikan pemimpin yang baik kepada mereka. Namun demikian, tidak diragukan lagi bahwa kebaikan pemimpin adalah yang utama. Jika pemimpin baik, maka rakyat akan baik, karena pemimpin memiliki kekuasaan untuk meluruskan rakyat yang menyimpang dan mendisiplinkan rakyat yang zalim dan bersikap tidak adil.

Allah-lah yang memberikan taufik.

Baca juga: TETAP PATUH WALAUPUN DIZALIMI

Baca juga: BENTUK-BENTUK NASIHAT UNTUK PEMIMPIN

Baca juga: LAKI-LAKI ADALAH PEMIMPIN BAGI PEREMPUAN

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Akidah Riyadhush Shalihin