PENGERTIAN RAHIM ATAU KEKERABATAN

PENGERTIAN RAHIM ATAU KEKERABATAN

Rahim perempuan adalah tempat di dalam perut untuk tumbuh janin. Kata ini digunakan untuk memberi pengertian kias terhadap para kerabat karena mereka keluar dari rahim yang sama. Jadi, rahim adalah mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan manusia dari pihak ayah dan ibu. Sedangkan kekerabatan adalah hubungan antara dua manusia melalui persekutuan dalam kelahiran yang berdekatan atau berjauhan. Ini mencakup akar-akar, cabang-cabang, dan sisian.

Akar-akar adalah ayah, ibu, kakek, nenek dan seterusnya ke atas, sedangkan cabang-cabang adalah anak laki-laki dan anak perempuan beserta anak-anak mereka dan seterusnya ke bawah.

Sisian adalah saudara laki-laki dan perempuan dan seterusnya ke bawah; juga paman, bibi dan seterusnya ke atas beserta anak-anak mereka dan seterusnya ke bawah.

Jadi, arham (bentuk jamak dari rahim) adalah mereka yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan kamu, baik yang mahram maupun yang bukan mahram, baik yang ahli waris maupun yang bukan ahli waris, dan baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata, “Rahim yang menyambung, memutus, dan berbakti hanyalah rahim kekerabatan dan nasab yang disatukan oleh rahim perempuan yang melahirkan dan bersambung satu sama lain. Maka, hubungan itu disebut rahim (kekerabatan).”

al-Qurthubi rahimahullah berkata setelah menyebutkan pebedaan pendapat para ulama tentang maksud rahim, “Yang benar adalah apa yang kami sebutkan bahwa rahim adalah kerabat seseorang dari pihak kedua orang tuanya urut ke atas, dan anak-anaknya urut ke bawah, serta kerabat yang berhubungan dengan saudara laki-laki dan perempuan, bibi dan paman dari pihak ayah dan ibu serta anak cucu yang terkait dengan rahim yang sama.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang rahim (kekerabatan) yang harus disambung ketika ditanya, “Siapakah manusia yang paling berhak diberi bakti?”

Beliau menjawab,

أُمَّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ

Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian berikutnya dan berikutnya.” (HR Muslim)

Dalam satu riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku berbakti?”

Beliau menjawab,

أُمَّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أُمَّكَ، ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ الْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ

Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat, berikutnya yang lebih dekat.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dalam satu riwayat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berbaktilah kepada ibumu dan ayahmu, saudara perempuanmu dan saudara lakilakimu, kemudian yang berikutnya dan berikutnya.” (HR ath-Thabrani dan al-Hakim)

Baca juga: PERINTAH BERBUAT BAIK KEPADA KERABAT

Baca juga: ANJURAN UNTUK MENYAMBUNG SILATURAHMI DENGAN KERABAT YANG KAFIR

Baca juga: ADAB BERTEMU

(Abdul Aziz bin Fauzan bin Shalih al-Fauzan)

Adab