Dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن يُرِدِ اللهُ بِهِ خيرًا، يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, niscaya Allah jadikan ia fakih (paham) ilmu agama.” (Muttalaq ‘alaih)
PENJELASAN
1️⃣ Hadis ini merupakan dalil akan agungnya fikih di dalam agama yang mencakup usul keimanan, syariat Islam, hakikat ihsan dan ilmu tentang halal dan haram.
Agama ini mencakup seluruh aspek penting dalam kehidupan, karena Jibril, ketika ditanya tentang persoalan-persoalan tersebut lalu menjawabnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya,
هَذَاجِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ
“Ia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan kalian agama kalian.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
2️⃣ Adapun penamaan fikih sebagai ilmu tentang hukum-hukum syar’iyyah yang berkenaan dengan amal hanyalah sebagai istilah yang dibuat oleh ulama-ulama fikih belakangan. Pada hakikatnya ia mencakup seluruh sendi agama, baik berupa hakikat keimanan, ilmu tentang hukum syariat Islam, dan ilmu tentang jalan untuk menggapai rida Allah Ta’ala dengan ilmu tingkatan ihsan. Barangsiapa yang Allah Ta’ala kehendaki baginya kebaikan, niscaya Allah Ta’ala akan menjadikannya paham terhadap seluruh persoalan agama dan memberinya taufik untuk beramal terhadap apa yang ia pahami itu.
3️⃣ Hadis ini mengisyaratkan bahwa barangsiapa tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’ala, niscaya Allah Ta’ala tidak akan memberinya taufik berupa pemahaman dan kemampuan untuk mengamalkan apa yang ia pahami dari agama ini. Isyarat ini telah disebutkan secara jelas pada riwayat Abu Ya’la, “Barangsiapa yang Allah tidak memberikan padanya pemahaman, berarti Allah tidak lagi menghiraukannya.”
4️⃣ Ilmu agama merupakan amal yang bermanfaat yang akan dirasakan oleh orang yang mendalami, mengamalkan dan mengajarkannya. Ilmu agama jika dikeluarkan haknya dengan semestinya, maka ia termasuk amal yang akan abadi meskipun pelakunya telah wafat.
Allah Ta’ala berfirman:
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
“Allah Ta’ala menganugrahkan al-hikmah (pemahaman yang dalam tentang al-Qur’an dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS al-Baqarah: 269)
5️⃣ Banyak cara untuk mencapai pemahaman yang sempurna terhadap agama ini. Di antaranya adalah dengan bertakwa kepada Allah Ta’ala dan ikhlas semata-semata untuk meraih rida Allah Ta’ala dalam menuntut ilmu. Di antara juga adalah menempuh cara (metode) yang benar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, yaitu dengan memulai dengan mempelajari dan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang ringkas, lalu meningkat dan meningkat ke pelajaran yang rumit. Orang yang baru menuntut ilmu tidak dibenarkan langsung mendalami masalah-masalah yang rumit, hingga akhirnya ia keluar tanpa hasil yang memuaskan.
Baca juga: MEMAHAMI AGAMA ADALAH TANDA KEBERUNTUNGAN
Baca juga: BARANGSIAPA DIBERI TAUFIK, DIA BERUNTUNG DAN MENANG
Baca juga: HINDARILAH BANYAK BERBANTAH DAN BERDEBAT
(Syekh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam)