PAHAM AGAMA, TANDA ALLAH MENGHENDAKI KEBAIKAN

PAHAM AGAMA, TANDA ALLAH MENGHENDAKI KEBAIKAN

Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا، يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Dia akan menjadikannya paham agama (Islam).” (Muttafaq ‘alaih)

PENJELASAN

Allah Ta’ala menghendaki apa pun pada hamba-Nya, baik yang Dia sukai maupun yang Dia tidak sukai. Semua kehendak Allah adalah baik, sedangkan tujuan yang dikehendaki-Nya bisa baik dan bisa juga buruk. Semua takdir Allah adalah baik, sedangkan konsenkuensinya ada yang baik dan ada yang buruk.

Hati manusia ada dua macam: hati yang baik dan hati yang buruk. Allah mengetahui kebaikan hati seseorang sehingga Dia memberikan taufik kepadanya. Allah juga mengetahui keburukkan hati seseorang sehingga Dia menghinakannya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا زَاغُوْٓا اَزَاغَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (QS ash-Shaff: 5)

Artinya, Allah Ta’ala tidak memalingkan hati mereka, melainkan mereka sendirilah yang berpaling. Mereka adalah orang-orang yang selalu menginginkan keburukan dan membenci kebaikan. Sedangkan orang-orang yang diketahui Allah sebagai orang-orang yang berhati baik akan diberi taufik dan kebaikan oleh-Nya. Jika Allah telah menghendaki kebaikan padanya, maka Dia akan menjadikannya mampu memahami agama Islam dan syariat-Nya.

Ketika Allah Ta’ala menghendaki sesuatu, Dia pasti menyiapkan jalan-jalannya. Di antara jalan untuk memahami agama Islam adalah belajar agama Islam dan berusaha mendapatkan martabat mulia. Oleh karena itu, orang yang menginginkan kebaikan dari Allah harus berusaha memahami agama Islam.

Memahami agama Islam tidak sekadar memiliki ilmunya, tetapi juga mengerti benar agama Islam dan mengamalkannya. Oleh karena itu, para ulama terdahulu mengingatkan akan bahaya banyaknya orang yang membaca kitab-kitab Islam namun sedikit yang memahaminya. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata “Bagaimana jadinya jika orang yang membaca sangat banyak, tetapi yang memahaminya sedikit?”

Walaupun hafal dan paham isi kitab fikih, jika tidak mengamalkannya, maka dia bukan orang yang fakih agama. Ia hanya kari (pembaca). Sebab, orang fakih adalah orang yang mempelajari ilmu dan memahaminya, kemudian mengamalkannya.

Kaum Nabi Syu’aib berkata kepada Nabi Syu’aib,

يٰشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَقُوْلُ

Wahai Syu‘aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu.” (QS Hud: 91)

Kaum Nabi Syu’aib tidak mendapatkan kebaikan karena Allah Ta’ala mengetahui keburukan hati mereka.

Oleh karena itu, bersemangatlah menuntut ilmu, lalu amalkanlah supaya engkau menjadi orang yang mendapatkan kebaikan dari Allah Ta’ala.

Baca juga: KEUTAMAAN ILMU SYARIAT

Baca juga: MEMAHAMI AGAMA ADALAH TANDA KEBERUNTUNGAN

Baca juga: AL-QUR’AN PEMBELA BAGI ORANG YANG MENGAMALKANNYA

(Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin)

Kelembutan Hati