MAKAN DENGAN TIGA JARI DAN MENJILATINYA SETELAH MAKAN

MAKAN DENGAN TIGA JARI DAN MENJILATINYA SETELAH MAKAN

Di antara sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau makan dengan menggunakan tiga jari. Beliau juga menjilati jari-jemari setelah makan.

Disebutkan dalam hadis dari Ka’b bin Malik, dari ayahnya radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam makan, beliau makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilatinya sebelum mengelap (membersihkan)nya.” (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan ad-Darimi)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Hal itu karena makan dengan satu atau dua jari tidak membuat seseorang menikmati makanannya, tidak memuaskannya, tidak membuatnya kenyang kecuali setelah beberapa lama, dan tidak memberi rasa enak di mulut dan pencernaan dengan makanan yang masuk ke dalamnya. Sedangkan makan dengan lima jari dan telapak tangan menyebabkan makanan memenuhi rongga mulut dan pencernaan. Terkadang menyumbat saluran pencernaan sehingga sistem pencemaan terganggu. Ia tidak merasakan kelezatan dan kepuasan. Dengan begitu, cara makan yang paling baik adalah cara makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan cara makan yang meneladani beliau, yaitu dengan menggunakan tiga jari.”

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا، فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ، حَتَّى يَلْعَقَهَا، أَوْ يُلْعِقَهَا

Apabila salah seorang dari kalian makan, janganlah ia membasuh tangannya hingga ia menjilatinya atau dijilatkan kepada orang lain.”

Dalam riwayat Ahmad dan Abu Dawud disebutkan,

فَلَا يَمْسَحَنَّ يَدَهُ بِالْمِنْدِيلِ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا

Maka janganlah ia mengelap tangannya dengan sapu tangan hingga ia menjilatinya atau dijilatkan kepada orang lain.” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)

Hikmah diperintahkannya menjilati tangan setelah makan dijelaskan dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menjilati jari-jemari dan piring makanan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ فِي أَيِّهِ الْبَرَكَةُ

Sesungguhnya kalian tidak tahu di mana keberkahan itu berada.” (HR Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Pada sabda beliau, “Sesungguhnya kalian tidak tahu di mana keberkahan itu berada,” maknanya –wallahu a’lam– adalah bahwa makanan yang berada di hadapan seseorang mengandung berkah. Ia tidak mengetahui apakah keberkahan itu ada pada makanan yang telah dimakannya, atau pada makanan yang tersisa di jari-jemarinya, atau yang tersisa di piring, atau pada butiran makanan yang terjatuh. Maka, sepatutnyalah seseorang menjaga semua itu agar ia memperoleh berkah.

Makna berkah adalah tambahan dan kebaikan yang selalu ada dan dirasakan. Dan yang dimaksud di sini –wallahu a’lam– adalah makanan yang dapat mengenyangkan yang akhirnya memberi keselamatan dari segala gangguan, memperkuat ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan sebagainya. Demikian yang dikatakan oleh Imam an-Nawawi.

Baca juga: MAKAN DARI PINGGIR PIRING, BUKAN DARI ATAS

Baca juga: MEMAKAN MAKANAN YANG TERDEKAT

(Fuad bin Abdil Aziz asy-Syalhub)

Adab