KEZALIMAN DAN JENIS-JENISNYA

KEZALIMAN DAN JENIS-JENISNYA

Kezaliman adalah perbuatan yang melampaui batas atau meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kezaliman mempunyai banyak macam, bentuk, dan sisi yang berbeda. Akan tetapi, secara umum kezaliman dikelompokkan ke dalam tiga kelompok:

1️⃣ Kezaliman seseorang terhadap diri sendiri dengan menyekutukan Allah Ta’ala

Kezaliman ini adalah kezaliman paling buruk dan paling keji.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya perbuatan syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman: 13)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Dosa apa yang paling besar?”

Beliau menjawab,

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia menciptakanmu.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Syirik adalah jenis kezaliman yang paling besar. Oleh karena itu, balasan pelakunya adalah kekal di dalam Neraka, sebegaimana firman Allah Ta’ala:

 اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

Sesungguhnya barangsiapa menyekutukan Allah, maka sungguh Allah telah mengharamkan atasnya Surga. Tempatnya adalah Neraka. Tidak seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim.” (QS al-Maidah: 72)

Semua dosa diampuni oleh Allah Ta’ala kecuali dosa syirik. Pelakunya tidak akan mendapat ampunan.

Allah Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan-Nya dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) bagi orang yang Dia kehendaki.” (QS an-Nisa’: 48)

Termasuk syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama adalah bertakarub kepada orang yang meninggal dunia, wali, orang-orang saleh dan lainnya, yaitu dengan memohon doa kepada mereka, memohon pertolongan kepada mereka, menyembelih binatang untuk mereka, bernazar untuk mereka, tawaf di sekeliling makam mereka, bersumpah atas nama mereka karena memandang mereka agung, berkeyakinan bahwa mereka dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudarat, berkeyakinan bahwa mereka mempunyai pengaruh terhadap alam, mampu menolak dan menyingkirkan nasib buruk, memberi dan menolak, menolong dan mendatangkan bencana. Ini semua sebagaimana yang terjadi di sejumlah negeri muslim.

2️⃣ Kezaliman seseorang terhadap Allah Ta’ala, yaitu kezaliman yang tidak dipedulikan oleh Allah sedikit pun

Kezaliman ini adalah kezaliman seseorang terhadap diri sendiri dengan melakukan kedurhakaan kepada Allah Ta’ala dan keluar dari ketaatan kepada-Nya. Hal itu karena hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya, mengesakan-Nya, menaati-Nya, tidak menentang-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan tidak kufur terhadap-Nya. Jika mereka tidak demikian, maka mereka adalah orang-orang yang berbuat zalim.

Allah Ta’ala berfrrman:

وَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Dan barangsiapa melanggar batas-batas Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS al-Baqarah: 229)

وَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهٗ

Dan itulah batas-batas Allah. Barangsiapa melanggar batas-batas Allah, ia telah menzalimi diri sendiri.” (QS ath-Thalaq: 1)

Yakni, ia melakukan keburukan terhadap diri sendiri dengan menempatkan diri pada kemurkaan, laknat, hukuman, dan siksa Allah.

Maimun bin Muhran berkata, “Seorang laki-laki sedang membaca al-Qur’an, namun hakikatnya ia sedang melaknati diri sendiri.” Seseorang bertanya kepadanya, “Bagaimana orang itu sedang melaknati diri sendiri?” Maimun membaca, “Ingatlah laknat Allah (diberikan) kepada orang-orang yang zalim,” (QS Hud: 18) sementara laki-laki itu adalah orang yang zalim.”

Allah Ta’ala tidak membutuhkan hamba-hamba-Nya. Ketaatan orang-orang yang taat tidak bermanfaat bagi-Nya. Kemaksiatan para pelaku maksiat tidak memberi-Nya mudarat. Justru, merekalah yang memberi manfaat atau menimpakan mudarat kepada diri mereka sendiri.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ

Barangsiapa beramal saleh, (pahalanya) adalah untuk diri sendiri. Barangsiapa berbuat buruk, akibatnya atas diri sendiri. Dan Rabb-mu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS Fushshilat: 46)

Dan firman-Nya:

وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Barangsiapa berusaha sungguh-sungguh (untuk berbuat kebajikan), sesungguhnya ia sedang berusaha untuk diri sendiri. Sesungguhnya Allah benarbenar tidak membutuhkan sekalian alam.” (QS al-Ankabut: 6)

Orang yang menyekutukan Allah dan durhaka kepada-Nya sebenarnya menzalimi diri sendiri. Kedurhakaan itu tidak mendatangkan mudarat sedikit pun terhadap Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Tidaklah mereka menzalimi Kami. Justru mereka menzalimi diri sendiri.” (QS al-Baqarah: 57)

Dalam sebuah hadis qudsi dikatakan,

يَا عِبَادِي، إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي، يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ، يَا عِبَادِي، إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ، فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ

Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menimpakan mudarat kepada-Ku sehingga membahayakan-Ku, dan kalian tidak akan mampu memberi manfaat kepada-Ku sehingga bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya kalian dari yang awal hingga yang akhir dari bangsa manusia maupun jin sama salehnya dengan orang yang paling saleh di antara kalian, maka hal itu tidak akan menambah sedikit pun kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya kalian dari yang awal hingga yang akhir dari bangsa manusia maupun jin sama jahatnya dengan hati orang yang paling jahat di antara kalian, maka hal itu tidak akan mengurangi sedikit pun kekuasaan-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya kalian dari yang awal hingga yang akhir dari bangsa manusia maupun jin berkumpul di suatu tempat yang luas dan memohon kepada-Ku, kemudian Aku mengabulkan permohonan mereka, maka hal itu tidak akan mengurangi kekayaan yang Aku miliki melainkan seperti jarum yang dicelupkan ke laut dan diangkat lagi. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mencatat amal perbuatan kalian dan Aku membalasnya. Oleh karena itu, barangsiapa mendapat kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah. Barangsiapa mendapat selain itu, maka hendaklah ia tidak mencela kecuali diri sendiri.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

3️⃣ Kezaliman seseorang terhadap sesama manusia, yaitu kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah sedikit pun

Kezaliman ini adalah kezaliman hamba terhadap sesama. Ini merupakan jenis kezaliman yang paling banyak dan paling menonjol. Kezaliman ini lebih berat daripada kezaliman sebelumnya dan dosanya lebih besar, akibatnya lebih parah, tidak dapat keluar darinya dan tidak dapat terlepas dari deritanya hanya dengan menjauhkan diri dan penyesalan, melainkan harus meminta keridaan orang yang dizalimi dan mengembalikan hak-haknya yang dirampas. Namun, siapakah yang memberi jaminan bahwa orang yang dizalimi mau memberi kerelaan ketika diminta kerelaan dan maafnya? Oleh karena itu, hendaklah kita mohon perlindungan dari perbuatan zalim terhadap sesama agar kita tidak masuk ke dalam golongan orang-orang yang zalim.

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Jika kamu menemui Allah dengan membawa tujuh puluh dosa yang menyangkut hubungan antara Allah dan kamu, maka dosa itu lebih ringan bagimu daripada menemui-Nya dengan membawa satu dosa yang berhubungan antara kamu dan sesama manusia.”

Disebutkan dari Abu Bakr al-Wariq, ia berkata, “Kebanyakan yang mencabut iman dari hati seseorang adalah perbuatan zalim terhadap sesama.”

Ibnu al-Qayyim berkata, “Perbuatan zalim di sisi Allah pada Hari Kiamat mempunyai tiga dawawin (catatan-catatan amal), yakni diwan (catatan amal) yang tidak diampuni oleh Allah sedikit pun, yaitu syirik (menyekutukan) Allah, karena Allah tidak akan mengampuni dosa syirik sedikit pun; diwan (catatan amal) yang tidak dibiarkan sedikit pun oleh Allah, yaitu perbuatan zalim manusia terhadap sesama, karena Allah akan memberi balasan seluruhnya; dan diwan (catatan amal) yang tidak dipedulikan oleh Allah sedikit pun, yaitu perbuatan zalim manusia terhadap diri sendiri antara dirinya dengan Allah, karena diwan (catatan amal) ini adalah yang paling ringan dan yang paling cepat dihapus. Dosa ini terhapus dengan tobat dan istigfar, amal saleh penghapus dosa, musibah penghilang dosa dan lain-lain. Berbeda dengan diwan (catatan amal) syirik yang tidak dapat dihapus kecuali dengan tauhid. Sedangkan diwan (catatan amal) kezaliman terhadap sesama tidak dapat dihapus kecuali dengan keluar dari kezaliman tersebut menuju orang yang dizalimi dan meminta kerelaannya.”

Apa yang disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim adalah makna dari hads Aisyah radhiyallahu ‘anha yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدَّوَاوِينُ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثَلَاثَةٌ دِيوَانٌ لَا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا وَدِيوَانٌ لَا يَتْرُكُ اللَّهُ مِنْهُ شَيْئًا وَدِيوَانٌ لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لَا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَالشِّرْكُ بِاللَّهِ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ } وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لَا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعَبْدِ نَفْسَهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ مِنْ صَوْمِ يَوْمٍ تَرَكَهُ أَوْ صَلَاةٍ تَرَكَهَا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَغْفِرُ ذَلِكَ وَيَتَجَاوَزُ إِنْ شَاءَ وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لَا يَتْرُكُ اللَّهُ مِنْهُ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا الْقِصَاصُ لَا مَحَالَةَ

Catatan-catatan amal di sisi Allah Azza wa Jalla ada tiga macam: catatan amal yang tidak Allah pedulikan sama sekali, catatan amal yang tidak Allah tinggalkan darinya sedikit pun, dan catatan amal yang Allah tidak akan mengampuninya. Adapun catatan amal yang tidak akan diampuni oleh Allah adalah syirik kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan baginya Surga.’ Sedangkan catatan amal yang tidak Allah pedulikan sama sekali adalah kezaliman seorang hamba terhadap diri sendiri dan antara dia dengan Rabb-nya, dari puasa sehari yang ia tinggalkan maupun salat yang tidak ia lakukan. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan mengampuninya dan akan lebih mengampuninya jika Dia berkehendak. Sedangkan catatan amal yang tidak Allah tinggalkan adalah kezaliman seorang hamba antara ia dan sesamanya, yaitu kisas yang tidak pada tempatnya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim dan ia menilai isnad hadis ini sahih, tetapi mereka berdua tidak mentakhrijnya. Didaifkan oleh Syekh al-Albani dan pentahqiq Musnad Imam Ahmad. Akan tetapi, Syekh al-Abani memandang maknanya benar karena dikuatkan dengan hadis yang lain)

Allah  telah memperingatkan hamba-hamba-Nya dari perbuatan dan sikap zalim. Dia berfirman dalam hadis qudsi:

يَا عِبَادِى، إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلاَ تَظَالَمُوا

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling menzalimi.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

Siapa pun tidak boleh berbuat zalim terhadap hamba-hamba Allah, menyakiti dan melukai mereka, berbuat jahat terhadap mereka, melanggar kepentingan mereka, dan menodai kehormatan mereka. Begitu juga, tidak boleh menghalangi hak-hak mereka, merampas harta mereka, melalaikan kewajiban terhadap mereka. Hal itu karena manusia adalah makhluk Allah. Manusia yang paling Allah cintai adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sesama. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak berbuat untuk kemaslahatan sesama mereka. Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang beriman agar menjadi saudara yang saling mencintai, menyayangi dan menolong, saling menyambung hubungan dengan kasih sayang. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan iman yang sempurna) hingga ia mencintai saudaranya seperti halnya ia mencintai diri sendiri.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Jika orang beriman tidak sempurna imannya dan tidak bebas tanggungannya hingga ia mencintai saudara-saudaranya seperti halnya ia mencintai diri sendiri, tidak menyukai untuk mereka apa-apa yang tidak disukai untuk dirinya, memperlakukan mereka seperti perlakuan yang ingin ia terima dari mereka, maka bagaimana mungkin ia boleh berbuat zalim terhadap mereka, mengabaikan hak-hak mereka, menyakiti dan memperlakukan mereka dengan buruk, menyakiti jasmani mereka, serta melanggar kehormatan dan harta mereka?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhotbah pada Hari Raya Kurban saat Haji Wada di depan lebih dari seratus ribu muslim. Beliau bertanya,

أَتَدْرُونَ أَىُّ يَوْمٍ هَذَا؟

Tahukah kalian, hari apakah hari ini?

Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau terdiam hingga kami mengira bahwa beliau akan memberi hari itu nama yang lain.

Beliau bersabda,

أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟

Bukankah hari ini Hari Kurban (an-Nahr)?

Kami menjawab, “Benar.”

Beliau bertanya lagi,

أَىُّ شَهْرٍ هَذَا

Bulan apa ini?

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau terdiam hingga kami mengira bahwa beliau akan memberi bulan itu nama yang lain.

Beliau bersabda,

أَلَيْسَ ذُو الْحَجَّةِ؟

Bukankah bulan Zulhijah?

Kami menjawab, “Benar.”

Beliau bertanya lagi,

أَىُّ بَلَدٍ هَذَا؟

Negeri apakan ini?

Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau terdiam hingga kami mengira bahwa beliau akan memberi negeri itu nama yang lain.

Beliau bersabda,

أَلَيْسَتْ بِالْبَلْدَةِ الْحَرَامِ؟

Bukankah negeri al-Haram?

Kami menjawab, “Benar.”

Beliau bersabda,

فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، إِلَى يَوْمِ تَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ‏.‏ أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ

Tidak diragukan lagi bahwa darah kalian dan harta kalian adalah haram atas kalian sebagaimana haramnya (kesucian) hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negeri kalian ini hingga hari kalian bertemu dengan Rabb kalian. Bukankah sudah aku sampaikan?

Mereka menjawab, “Benar, sudah engkau sampaikan.”

Lalu beliau bersabda lagi,

اللَّهُمَّ اشْهَدْ، فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ، فَلاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ

Ya Allah, jadilah saksi! Hendaklan mereka yang hadir (di sini) menyampaikan kepada mereka yang tidak hadir. Bisa jadi orang yang diberitahu lebih memahami (apa yang aku katakan) daripada orang yang hadir. Hati-hatilah! Janganlah kalian murtad sepeninggalku dengan saling memenggal leher kalian.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: WASPADA TERHADAP KEZALIMAN DAN KEKIKIRAN

Baca juga: MENGAPA SYIRIK DISEBUT KEZALIMAN YANG BESAR?

Baca juga: MENOLONG ORANG ZALIM DAN ORANG TERZALIMI

(Dr Abdul Aziz bin Fauzan bin Shalih al-Fauzan)

Serba-Serbi